Senin, 06 Agustus 2018

Matur Nuwun, Bapak Ahmad Tohari


Alhamdulillah..., kesampaian juga bukuku dipegang budayawan Indonesia, novelis kelas dunia asli Banyumas, Bapak Ahmad Tohari. Beliaulah pengarang novel Ronggeng Dukuh Paruk  yg sudah difilmkan dengan judul "Sang Penari", juga kumpulan cerita Senyum Karyamin, dan lain-lain.


Salah satu endorsement buku keduaku, Ada Bioskop di Sekolah, Bapak Ahmad Tohari. Komentar beliau aku pasang di kover belakang.


Mengapa aku minta endorsement beliau? Karena beliau penulis hebat yang bisa terjangkau, sesama Banyumas. Selain itu karena kami pernah mengundangnya menjadi pembicara dalam Bulan Bahasa 2015 di sekolah. Satu lagi, kedua cucunya adalah siswa kami.

Buku keduaku ini merupakan memoar, perjalanan 18 tahun aku menjadi bagian Al Irsyad Purwokerto. Salah satunya, ide membuat bioskop di sekolah bersama anak-anak pengurus OSIS saat Open House.


Ah, pingin sekali berkunjung ke rumah beliau lagi supaya mendapatkan cerita langsung dari ide-ide ceritanya. Sangat seru, haru, kagum, bangga, dan segalanya.


Bagaimana dengan bukuku. He..he... Baca sendiri saja yah....*

(WA: 085726427549)

Pengurus OSIS Kunjungi Dua Veteran

Bulan Agustus identik dengan mengenang perjuangan bangsa Indonesia, khususnya perjuangan memperebutkan kemerdekaan Indonesia. Tak terkecuali 42 siswa SMP Al Irsyad pada Sabtu, 4 Agustus 2018 lalu. Mereka dengan khidmat mengenang perjuangan tersebut dengan cara mendengarkan cerita sejarah perjuangan Bapak Imam Soetardjo (pejuang Tentara Pelajar) dan Bapak Soegeng Boediarto (pejuang Kemerdekaan 45), para veteran Republik Indonesia yang tinggal di Purwokerto.

Program mengundang tokoh yang biasa dilakukan sekolah, kali ini dikemas dalam bentuk yang berbeda dan merupakan program khusus dari Pengurus OSIS masa bakti 2017 - 2018. Para siswa mengunjungi, bukan sekolah yang mendatangkan tokoh. Hal ini dengan harapan para siswa mendapatkan kesan yang berbeda. Adapun alasan lain adalah para veteran tersebut sudah lanjut usia, khususnya Pak Soegeng yang sudah 90 tahun lebih. Sedangkan kegiatan general biasanya dipusatkan di aula sekolah lantai 3.

Benar pula adanya, sangat berbeda. Rencana kegiatan mengunjungi tokoh secara sederhana, dua orang untuk dua rombongan terpisah, ternyata Bapak-Bapak Veteran mengharapkan kegiatan digabung. Alhamdulillah, bersamaan dengan pihak TV Banyumas ingin mewawancarai mereka. Maka, seperti mendapatkan durian runtuh, kemasan acara jadi tambah semarak. Kedua tokoh perjuangan hadir dalam satu forum, hadir pula Pengurus Markas Cabang LVRI Banyumas, sekaligus hadir pula pihak TV Banyumas. Bahkan bonus pencerahan dari Pihak TV Banyumas, Bapak Aris, tentang makna perjuangan di era digital.

Acara dibuka dengan penghormat dan laporan ala militer, dilanjutkan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Para siswa menerima materi layaknya di kelas karena Pak Imam memberikan pertanyaan dan bergantian siswa maju menunjukkan pulau dan tempat-tempat tertentu di dalam peta  dunia yang dibawa dari sekolah.

Adapun Pak Soegeng dengan semangat menunjukkan bukti tertulis dalam beberapa jilid buku akan perjuangan beliau masa lalu.

Terakhir, Pak Aris memberikan penguatan dan poin penting dari kunjungan ini. Para siswa diajak mengaitkan cerita sejarah pejuang masa lalu dengan tantangan untuk remaja agar turut  berjuang pada era modern ini. Khususnya ikut berjuang dengan senjata whatsapp, instragram, atau facebook dalam gadgetnya untuk mencintai Indonesia, melewati mencintai Banyumas. Caranya dengan mempromosikan budaya, kuliner, dan segala produk asli Banyumas, salah satunya dengan cara membuat video.

“Saya merasa sangat senang bisa bertemu para veteran dan bisa mempraktikkan bunyi peribahasa Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawan,” kata Hanifah Adhwa, salah satu Pengurus OSIS putri. *

Purwokerto, 6 Agustus 2018