Minggu, 30 Januari 2022

Zohri dan Tas Merah Rasya

Melihat tas merah dipakai siswa, apa anehnya? Tidak aneh memang, tetapi mataku tertuju pada tulisan yang mencolok, “TIM INDONESIA”. Pasti ada sesuatunya, nih!

“Mas, tas tim apa itu? Kamu ikut lomba apa?” tanyaku  kepada pemilik tas.
“Saya nggak ikut apa-apa, Ustazah.” Ustaz ustazah adalah panggilan untuk guru di sekolah tempatku mengajar.


“Kok ada tulisan Tim Indonesia?” desakku.
“Ayah.” Katanya tas itu dari ayah. Jawabannya semakin membuatku penasaran. Saat kutanya atlet apa, jawabnya bukan juga.

“Ayah manajernya Zohri.”
“Hah, Lalu Muhammad Zohri pelari nasional?” Aku tersentak mendengar jawabannya.

Kata anak ini, Rasya Al Faridzi Kusuma namanya,  ayahnya terakhir menemani Zohri ke Jepang dalam ajang Olimpiade Tokyo 2020, Juli 2021 lalu.
 
(Sumber gambar: google) 

Ah, kenapa aku begitu kaget mendengar nama Zohri? Ya, beberapa kali aku mengikuti webinar dari ABCo Motivatindo bersama Pak Aris Ahmad Jaya, Mr. Sugesti Indonesia. Berkali-kali pula Pak Aris mencontohkan semangat dan luar biasanya Zohri, apalagi guru olahraganya waktu Zohri SMP, Bu Rosida. Guru hebat inilah yang menemukan bakat Zohri. Foto-foto dan video Zohri membuat kagum semua peserta webinar dan masyarakat Indonesia tentunya.

Melihat Zohri yang sehebat itu, pastilah manajernya memiliki banyak cerita. Aku pikir ini kesempatan yang tidak patut disia-siakan. Sekolah bisa mengundang Ayah Rasya untuk berbagi cerita. Bisa cerita seputar Zohri, seputar suka duka menjadi atlet dan prestasi bidang olahraga, atau motivasi bagi anak-anak dalam mengembangkan bakat.

Nah,  kemarin baru saja aku bertemu lagi dengan Rasya di perpustakaan sekolah. Ayahnya, Moh. Nanang Himawan Kusuma yang dosen prodi Pendidikan Jasmani Universitas Jenderal Soedirman ini, sedang ke Sulawesi untuk mencari bibit-bibit atlet untuk semakin mengharumkan nama Indonesia. Semoga mendapatkan calon-calon atlet terbaik. 
 
Purwokerto, 29 Januari 2022
Sumintarsih
Mengajar di SMP Al Irsyad Purwokerto

-------+
Informasi tambahan dari Rasya:

"Ustdazah, jadi ayahku dulu juga atlet nasional di pelatnas tapi lompat tinggi. Ayah cerita jaman dulu sering kalah dg atlet luar negeri, bahkan waktu jadi pelatih nasional juga karena masih ketinggalan ilmu dan teknologinya, padahal kata ayah orang indonesia itu bakatnya hebat hebat tapi kurang percaya diri dan juga ilmu sport science nya belum berkembang. Lalu setelah ayah jadi dosen, ayah bertekad mencari beasiswa dan alhamdulillah berhasil belajar ke Jerman lama, bahkan aku ikut ke jerman dan adikku lahir di sana. Sekarang ayah bertekad membantu indonesia untuk mengajari pelatih nasional dengan ilmu dan pengalaman yang ayah miliki, mencari bibit atlet ke daerah-daerah, menyemangati, dan mengajari atlet dan pelatih-pelatih indonesia dengan menerapkan ilmu melatih, mendidik atlet berbakat di indonesia agar indonesia bisa juara dan dihormati negara lain. Ayah juga sering diundang ke India, Singapore, Malaysia, Thailand, Myanmar untuk menatar pelatih-pelatih di sana ustadzah."
(1/ 2  2022) 

ini Ayah Rasya dan Zohri

Kamis, 27 Januari 2022

Jam Kosong yang Dirindukan

KAMIS, 27 Januari 2022 
Tema: Menelisik hal positif dari sebuah keburukan 

 Membaca tulisan Pak Rizky hari ini, ada pembahasan tentang jurusan IPA dan IPS di SMA. Spontan saya teringat dengan keseruan teman-teman sekelas saya waktu SMA. Ya, kelas IPS-2. Waktu itu masih dengan sebutan kelas 3 SMA, belum kelas 12. 

Suatu siang, persis seperti yang diulas Pak Rizky, kelas saya ada jamkos. Jam kosong ternyata menjadi acara favorit kebanyakan siswa. Bahkan, Ketika anak-anak SMP kelas 9 saya survei dengan pertanyaan, “Hal apa yang kamu rindukan dari kelas offline?” Dari jawaban mereka, ada yang mengatakan kangen jamkos. Aneh, kan ya? Menurutnya, karena dalam jam kosong mereka bisa bebas ngobrol seru-seruan. Ya, Allah…. 

 Kembali ke jam kosong saat saya SMA. Ketua kelas biasanya sibuk mengurus jam mata pelajaran selanjutnya agar bisa maju. Kalau sudah seperti itu akan sama-sama enak. Guru dan murid boleh pulang gasik. Namun, setelah kelas boleh pulang gasik, ternyata kepuasan sebenarnya hanya sesaat. Kepuasan sesungguhnya hanya ketika sukses membuat kelas lain panas. Kita bangga akan pulang awal, kelas lain panas harus melanjutkan belajar sampai siang. Itu saja. Selebihnya, kami semua bingung. Setelah beberapa meter meninggalkan gerbang sekolah, kami saling bertanya, mau ngapain ini, mau ke mana, ya. Atau, wah, di luar sekolah sepi dan kebingungan lainnya. 


 Bahkan, suatu hari kami sudah sampai gerbang sekolah, Bu Guru Siti yang seharusnya mengajar agama baru datang. Kami ragu mau melanjutkan membolos atau kembali ke kelas. Yang terpikir adalah gaya anak muda, “Gengsi ya, kalau kembali ke kelas.” Salah satu teman putra berucap seperti itu. 

Sampai hari ini, kejadian itu tidak pernah saya lupakan. Meskipun sebenarnya kami semua memahami bahwa Bu Siti adalah guru terbang, dari luar kota. Beliau harus naik bus sekitar 1,5 sampai 2 jam ke sekolah. Namun, bukankah setiap orang harus memiliki sikap disiplin? Bagaimana kalau ternyata ada halangan di jalan? Bagi siswa kebanyakan tidak mau tahu selama sekolah membolehkan siswa dan guru pulang gasik, sah-sah saja kesempatan itu diambil. Mau dikatakan korupsi atau tidak, nyatanya bukan sesuatu yang dilarang. 

 Nah, hal ini saya hubungkan dengan peraturan di sekolah tempat saya mengajar. Sekolah swasta fullday. Peraturan sudah ditetapkan bahwa kedatangan dan kepulangan baik guru maupun siswa seragam. Tidak pernah ada dalam sejarah selama saya mengajar dari tahun 2000, sekolah tiba-tiba memulangkan siswa lebih awal. Tidak akan mungkin. Pasti dari hari sebelumnya sudah ada pemberitahuan. Hal ini tentu memudahkan mengingat tidak sedikit domisili siswa yang luar kota selain kesibukan orang tua yang sangat repot bila mendadak anak-anaknya pulang awal. 

 Bagaimana dengan jam kosong? Kalau ada jam kosong karena guru sakit atau tugas luar, siswa akan mendapatkan tugas sebagai pengganti atau guru lain yang mengisi kekosongan tersebut. Sepertinya hal seperti ini lebih nyaman bagi semua pihak? Adil, nyaman, dan jelas. Memang harus ikhlas pulang sampai sore.*

Minggu, 23 Januari 2022

GELIAT KEGIATAN SISWA SMP AL IRSYAD


Alhamdulillah, beberapa hari ini geliat kegiatan siswa di sekolah mulai terlihat. Gaung dan suasana sekolah pada umumnya sudah sedikit melegakan. Kegiatan mulai pulih di halaman sekolah, di lapangan, di kelas tentunya, di perpustakaan, bahkan di kantin sekolah.  

Usia SMP adalah usia yang sudah mulai bisa mengekspresikan diri, berkreasi, dan menunjukkan tanggung jawabnya. Amanah yang diberikan bisa dijalankan dengan baik. Untuk itulah, keberlangsungan kegiatan siswa SMP Al Irsyad Purwokerto dan sekolah pada umumnya,  dipercayakan kepada pengurus, seperti pengurus OSIS, Paskibra, Pasus Pramuka, PMR, dan Pustakawan Remaja.

Sabtu, 22 Januari 2022, dari pagi tampak hilir mudik beberapa siswa kelas 9 di koridor. Mereka yang lebih senior, sebagai pengurus organisasi, mulai bergerak mencari anggota. Sebenarnya agak kasihan juga karena satu setengah tahun yang lalu kegiatan sekolah vakum, hanya beberapa kegiatan atau organisasi siswa yang bisa dilaksanakan karena pandemi. Kini saatnya, dalam waktu yang tersisa mereka kembali berkegiatan.

Beberapa organisasi siswa itu tengah menjaring anggota baru. Mereka melakukan perekrutan dan penyeleksian, mulai membuat poster, promosi, dan menyeleksi sendiri. Tentunya dengan berkonsultasi kepada pembimbingnya.

Dengan jas warna warni khas dari tiap kegiatan, mereka mengundang minat adik-adik kelasnya, dari kelas 7 dan 8. Apalagi, Ketua OSIS langsung masuk ke tiap kelas untuk menginformasikan kegiatan-kegiatan mereka dan informasi seputar perekrutan pengururs baru.


Hari itu, pengurus PMR dan Paskibra sudah masuk pada tahap seleksi. “Alhamdulillah, peminatnya membludak, bahkan paskibra putri tercatat 85 siswa yang mendaftar dari total 10 kelas putri. Tahap selanjutnya akan diadakan seleksi baris bernaris,” kata Naila, pengurus Paskibra putri.       


 PMR juga sedang tahap seleksi tulis.  Keberadaan tim PMR sangat terasa kemarin dalam pelaksanaan upacara bendera perdana, Senin 17 Januari 2022. Karena sekian lama siswa tidak mengikuti upacara bendera, banyak yang gugur tidak tuntas mengikuti upacara bendera. Mereka merasa kelelahan dan tidak kuat berdiri lama. "PMR banyak yang mendaftar, 140 anak. Rupanya anak-anak kangen berkegiatan," jelas Ustazah Listy, pembina PMR. 


Sedangkan Pustakawan Remaja putri sedang mengadakan bedah buku, pas setelah selesai jam sekolah. Hadir menyimak dua orang yang membedah buku di perpustakaan, sekitar 40 anak. Pekan depan akan disambung perekrutan anggota baru. Demikian juga Pasus Pramuka, Tim Rohis, dan lain-lainnya.

Dengan berkegiatan di luar kelas, mereka mendapatkan ilmu praktis berorganisasi yang tidak didapatkan di dalam kelas. Semoga menjadi pengalaman berharga.

 

Purwokerto, 24 Januari 2022

 

Senin, 17 Januari 2022

Tembus Penerbit Mayor

“Teruslah menulis dan biarkan tulisan kita menjumpai takdirnya” 
Saya pertama mendengar kalimat mantra dahsyat itu pada pelatihan Sagusabu, Satu Guru Satu Buku, 2017. Pak Eko Prasetyo lah, Pimpinan Redaksi MediaGuru sang narasumber, yang pertama menyampaikan kalimat tersebut. 

Kini, bagian dari takdir tulisan saya adalah masuk ke penerbit mayor, Elexmedia, khususnya Elexkids. Meskipun tulisan kroyokan, saya patut bersyukur.  Buku tersebut adalah Cerita Binatang (Kumpulan kisah lucu binatang untuk anak-anak) dari 56 penulis. Penulis yang terkumpul dari beberapa daerah ini dari SMWK (Sekolah Menulis Wadas Kelir) yang berasal dari Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, bahkan Jambi, dan dari Purwokerto tentu saja. 

Dari kelas menulis daring yang saya ikuti di SMWK, salah satu karya yang dihasilkan adalah cerita anak. Prosesnya sangat lama, bahkan para penulis mungkin sampai lupa dengan proyek tersebut. Proyek yang dimulai pada Oktober 2020 ini baru ada tanda-tanda tuntas pada awal 2022. 
Awalnya, para penulis mengikuti pelatihan Kelas Menulis Online bersama Elexkids dan SMWK (Pak Guru Heru, founder SMWK dan penulis buku bacaan anak). Selanjutnya, penulis mengirimkan naskah dan mendapatkan review dari Elexkids. Naskah tersebut direvisi dan dikirim ulang. Penulis yang lolos naskahnya digabungkan dalam grup WA agar mudah dalam berkoordinasi. Para penulis terus bersabar dan menunggu perkembangan dari penerbit.

Yang paling lama adalah tahap ilustrasi. Pada Januari 2021 satu persatu ilustrasi tiap judul cerita dikirimkan. Desain bukunya full colour dan ilustrasi gambar binatangnya lucu-lucu, sangat menarik. Sambil menunggu ilustrasi tuntas, penyuntingan naskah terus berlanjut di pihak penerbit. 

Awal Januari 2022 ini, kover buku terbit. Ini hal yang sangat menyenangkan. “Akhirnya.... “ Ya, kata itulah yg muncul. Hadirnya kover dan ISBN pertanda proses buku kami hampir tuntas. Nantinya, buku kami akan dipajang di 125 Toko Buku Gramedia se-Indonesia.  
Tadi malam, Meet and Great dan Temu Penulis Buku Cerita Binatang (Kumpulan Kisah Lucu Binatang untuk Anak-Anak) dengan zoom meeting. Kami mendiskusikan agenda promosi yang memungkinkan untuk dilaksanakan di daerah masing-masing. Kami berharap buku ini bisa diterima oleh masyarakat diukur dengan angka penjualan yang tinggi. Semoga bisa berlanjut dengan proyek penulisan naskah buku selanjutnya.
Bagi 56 penulis, capaian ini tentu menyemangati untuk menghasilkan buku solo yang bisa tembus ke penerbit mayor. Apalagi, beberapa penulis dari SMWK sudah ada yang berhasil naskahnya diterima di penerbit mayor, khususnya buku bacaan anak.*

Purwokerto, 17 Januari 2022

Kamis, 13 Januari 2022

SEMANGAT PTM 100%

 

Kamis Menulis tema: Semangat


Setiap hari mengajar dari kelas ke kelas

Energi terkuras tidaklah mengapa

Menyiapkan generasi hebat calon penerus bangsa

Ajak peserta didik menjadi pribadi tangguh

Naik turun tangga tak kenal jenuh

Gairah mengajar mengalahkan lelah 

Asa membayang mengayunkan langkah

Terusah berpacu untuk masa depan  pendidikan Indonesia nan cerah

Sepertinya itulah perasaan yang menggambarkan saya pada akhir-akhir ini. Kerinduan bertatap muka dengan 100% peserta didik terjawab sudah. PTM sudah berjalan dua pekan ini dengan kondisi masih penyesuaian di sana sini. Semangat mengajar terlampiaskan meskipun PTM 100% sempat membuat semua orang kaget. Kelas menjadi penuh dan ramai dibanding beberapa waktu sebelumnya yang selang seling, PTM 50%. 

Rabu kemarin saya mengajar di tiga kelas. Ketiganya kelas putra. Ini sangat menguras energi. Dibanding kelas putri, tentu power dan volume suara harus dinaikkan. Belum cukup itu, kondisi gedung memaksa saya bergerak dari lantai empat, ke lantai tiga, ke lantai dua, dan kembali lagi ke lantai empat. Kalau tidak diniatkan sekalian olahraga, kaki-kaki saya sepertinya ingin protes.

Namun, kepuasan setelah mengajar dan bertemu peserta didik telah menghapus rasa lelah itu. Pelajaran bahasa Indonesia yang saya sampaikan saya coba dengan selalu memberikan kejutan di awal waktu. Dari sarapan kata baku, aneka game, dan lain-lain menjadikan kelas hangat sampai pelajaran usai. Salah satu ukuran saya diterima dalam pembelajaran tersebut adalah ucapan terima kasih peserta didi k yang menggelora setelah saya menyampaikan salam penutup.  Alhamdulillah.*


Purwokerto, 13 Januari 2022

Senin, 10 Januari 2022

Menipisnya Kepekaan Sosial


Kepekaan sosail masyarakat Indonesia semakin menipis seiring maraknya dunia digital. Semakin banyaknya media sosial yang digunakan masyarakat seakan membuat mereka berlomba-lomba untuk menjadi orang pertama dalam mengunggah ide atau berita. Kepekaan sosial itu sendiri diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk bereaksi secara cepat dan tepat terhadap objek atau situasi sosial tertentu yang ada di sekitarnya.

Tidak perlu jauh-jauh menguji kepekaan sosial masyarakat. Benar atau salah? Kita tanyakan kepada hati kecil kita. Bila ada musibah atau kecelakaan, kita spontan akan langsung membantu atau menjadi wartawan amatiran?  Berhubung ponsel selalu di tangan, seringkali tangan kita gatal untuk segera merekam dan memposting peristiwa tersebut. Di satu sisi, ada korban yang sebenarnya memerlukan bantuan  Akhirnya sudah tidak berlaku lagi PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), tetapi berubah menjadi Postingan Pertama Pada Kecelakaan.

Kejadian nyata ini bahkan sering kita saksikan di layar tv. Ketika ada berita kecelakaan, tampak banyak orang yang memfoto dan memvideo, sementara itu ada korban yang mengerang kesakitan hanya dibiarkan.

Psikolog UGM, Koentjoro, (dalam sebuah berita) sangat melarang penyebaran foto korban kecelakaan. Apalagi jika foto dan video yang disebarkan memiliki grafis yang membuat trauma, misalnya berdarah-darah, luka yang parah, atau hal lainnya. 

Adapun dari pihak kepolisian, Polisi Bandung sudah mengawali mengeluarkan larangan kepada jajarannya agar tidak menyebarluaskan foto mayat korban tindak pidana, korban laka lantas, atau yang lainnya yang ditemukan di TKP. 

Ada satu video yang pernah saya tonton dan tidak bisa hilang dalam ingatan. Adanya tawuran antarpelajar di jalan raya. Di pinggir jalan banyak orang yang hanya menonton dan merekam, bahkan ad ayang bersama anak-anaknya. Tawuran itu seperti adegan karnaval saja, film, atau sebuah tontonan menarik untuk mendapatkan tepuk tangan.

Dalam tawuran itu, ada korban yang punggungnya dibacok dengan celurit sampai roboh. Darah pun bercucuran dan entah bagaimana nasibnya kemudian.  Tawuran memang dalam situasi emosi memuncak. Namun, bila banyaknya penonton itu bersamaan melerai, sepertinya bukan hal yang mustahil bisa menggagalkan pembacokan korban.*

Purwokerto, 11 Januari 2022

Kamis, 06 Januari 2022

Keoptimisan Wali Kelas

observasi profesi
Kamis menulis, tema OPTIMIS

Rasanya satu tahun cepat sekali. Tahun lalu saya menugasi siswa dalam mengisi liburan. Tahun ini saya menugaskan lagi kepada siswa kelas 9, khusus kelas 9E SMP Al Irsyad Purwokerto. Dalam liburan akhir semester 1, Desember lalu, para siswa mendendapatkan tantangan dari wali kelas. Tantangan tersebut berupa proyek liburan produktif.  

Apa tidak ada kegiatan lain, kok kegiatan seperti ini diulangi lagi? Justru ini bukti dari keoptimisan saya sebagai wali kelas. Kegiatan ini penting dan bermanfaat maka saya optimis menyampaikan lagi pada tahun ini. Kegiatan yang bersifat individu ini kegiatan kelas sebagai pengisi waktu luang semata. Apa saja kegiatan mereka? 

Kegiatan mereka berupa tiga tantangan yaitu observasi profesi, berjualan, dan membuat kerajinan tangan. Dengan observasi profesi, siswa diharapkan bisa mencari profesi yang diminati. Apabila kesulitan, mengobservasi orang tuanya saja. Bila masih repot juga, bisa profesi apa saja, bahkan ada yang observasi pada pembuat tempe.  Kegiatan ini mengajak siswa agar bersosialisasi dengan lingkungan. Tidak sedikit siswa yang selama ini jarang menyapa orang lain, apalagi ngobrol. Kebanyakan kegiatan mereka hanya sekolah dan di dalam rumah. Apalagi selama pandemi, mereka lebih banyak bergaul dengan teman di dunia maya. 

Siswa berhasil praktik terampil berbicara dari meminta izin, mewawancarai, sampai berpamitan. Terlebih yang harus ke kantor, mereka pasti akan bertemu dan menyapa orang lain. Meskipun hanya satu hari, kegiatan ini sudah memberikan pesan kepada mereka. “Kegiatan observasi profesi menyenangkan karena bisa mengetahui pekerjaan dosen dan apa saja yang dilakukan dosen,” kata Nina.
Kegiatan berjualan pun dilaksanakan secara fleksibel. Yang terpenting, siswa praktik berinteraksi dengan calon pembeli. Hasilnya di luafr dugaan. Ada yang hanya reseller, membuat dan menitipkan makanan, bahkan membuat dan menjual sendiri lontong sayur dengan menggelar meja di depan rumah. “Ada 10 pembeli,” kata Fiqa. Seperti yang saya targetkan, sebagian siswa menyampaikan kesannya bahwa ternyata mencari duit itu tidak gampang.   
Adapun kegiatan membuat kerajinan tidak berbeda. Para siswa bebas membuat benda dari bahan apa saja.  Tangan-tangan yang selama ada waktu luang untuk memegang hp, kini dipakai untuk membuat bunga kertas, melukis, membuat tempat sampah dari kardus bekas, dan lain-lain. Menurut Mita, yang paling seru adalah membuat kerajinan karena harus membuat desain dan asyik mengerjakannya.

Bagaimana saya, sebagai wali kelas tidak optimis, sudah ada bukti nyata. Salah satu siswa yang mendapatkan tantangan serupa pada tahun lalu, sampai sekarang masih berlanjut. Ia masih berjualan online masker wajah.*

Purwokerto, 6 Januari 2022

Berikut link video karya mereka. 

https://www.instagram.com/p/CYXVWgfvbr-/?utm_medium=share_sheetobservasi profesi

https://www.instagram.com/sumintarsih_24/p/CYXVyHwv3vN/?utm_medium=share_sheetberjualan

http://www.instagram.com/p/CYXWT0VPPKv/?utm_medium=share_sheetmembuat kerajinan

Senin, 03 Januari 2022

Sepeda Baru dan 3 Ekor Kerbau

“Assalamualaikum, Ma.”  Riza pulang dari TPA, Taman Pendidikan Al Qur’an. Anak kelas 4 SD ini sepekan 3 kali mengikuti TPA di masjid dekat rumahnya. Ia membuka pintu dan matanya terbelalak.

“Ma, ini sepeda untuk Riza?” Wajah Riza ceria. Tangannya mengusap dan mengelus-elus sepeda hitam di depannya.

“Ini sepeda Riza, Ma? Pa?”  Riza masih tidak percaya. Sudah lama sepedanya rusak. Selama ini ia hanya memandangi teman-temannya yang main sepeda. 

“Iya dong, Sayang!” Papa riza muncul dari balik pintu. “Tapi, ada syaratnya. Makin rajin dan semangat. Bagaimana?”

“Pasti, Pa. Aku akan semangat main sepeda.”
“Eits, bukan hanya naik sepedanya.”
“Hehe…, iya, Pa. Aku akan rajin mengaji dan rajin belajar.” Papa tersenyum karena hafal.

 Anak laki-lakinya ini suka bercanda.  Riza dan papa tos tangan tanda bersepakat. Berhubung sudah menjelang magrib, Riza hanya boleh mencoba sepeda barunya sebentar di jalan depan rumah. Sebenarnya Riza sudah tidak sabar. Ia ingin berpetualang dengan sepeda barunya. Tentu sangat seru dan menyenangkan. 

Setiap pulang sekolah, Riza langsung menyambar sepedanya. Ia hanya meletakkan tas dan berganti pakaian. Oleh karena itu, mama selalu berjaga di depan pintu.  Riza tidak boleh kabur sebelum makan siang.

Biasanya ia melewati jalan-jalan di perumahan. Belum puas di situ kemudian ia melewati jalanan pinggir lapangan. Kaki-kakinya lincah mengayuh pedal. Ia tidak peduli dengan kulit badannya yang kian gelap. Rambutnya pun memerah. Bersama Danu, Lilo, dan Wawan mereka berkejaran, bercanda, tertawa, dan saling bersautan membunyikan bel sepeda.

Kali ini, Riza bersama Danu. Mereka bahkan mulai berani di jalanan pinggir sawah. Semakin jauh dari rumah. Mereka melewati jalanan yang setengan berkerikil. Sesekali ban sepedanya terpeleset batu-batu kecil yang bercampur pasir. Samping kanan jalan ada selokan yang lumayan lebar untuk pengairan sawah. Sedangkan samping kiri ada hamparan sawah basah. Sebagian masih digarap para petani bersama kerbau-kerbaunya.

“Awas Riza!” teriak Danu. “Ada kerbau lari ke arah kita!” sambungnya.
“Wah, sudah dekat. Mereka seperti mengejar kita,” balas Riza.
“Bagaimana ini, kerbaunya ada 3 dan gemuk-gemuk?” teriak Danu yang tampak makin panik. Mereka mengayuh sepeda lebih cepat. Naas, Riza terpeleset dan terjatuh. Untung masih di atas jalan.
“Aduh…!” Kaki kanan tertindih sepeda. Lutut dan telapak tangannya berdarah. Sedangkan Danu spontan berhenti dan menolong Riza. 
Rupanya kerbau-kerbau itu mau dimandikan. Kerbau-kerbau itu langsung masuk ke selokan dan tidak menubruk Riza. Tidak lama kemudian Riza dan Danu pulang.

Sementara itu, Mama Riza sedang mengangkati jemuran.
“Riza…,” panggil Mama Riza. Waktunya persiapan mengaji. Namun, siang itu Riza belum tampak.
“Riza….” Sekali lagi mama memanggil. “Biasanya azan asar, dia sudah selesai mandi terus lari ke masjid,” keluh mamanya. Mama menunggu Riza sampai hampir 60 menit.
“Assalamualaikum, Riza pulang. Ma…, Ma….” Riza memanggil-manggil mamanya. 
“Riza sudah pulang?” Mama keluar dari dapur. “Dari mengaji atau dari mana Riza?” sindir mama.

“Hehe…, iya Ma. Maaf. Riza kalau main sepeda lupa pamit. Terlambat pulang juga.”
“Bukan cuma itu, Riza. Satu lagi apa coba?”
“Hehe…, iya Ma. Maaf. Hari ini Riza tidak berangkat mengaji. Main sepeda kebablasan.”
“Riza, kamu jatuh?” kata mama sambil melirik kaki dan tangan Riza.

“Iya, Ma.” Meski kesakitan, Riza nerocos menceritakan keseruan bersepeda siang itu. Sedangkan Mama Riza, meski kesal Mama Riza dengan sabar membersihkan luka di kaki dan tangan Riza.  

“Ma, Riza jatuh di jalan dekat sawah. Ada kerbau lari.”
“Apa, di jalan dekat sawah? Dikejar kerbau? Jauh sekali kamu sampai sana.” 
“Kerbaunya cuma lewat, Ma,” jawab Riza dengan memeluk mamanya tanda minta maaf. *

Berita Itu (late post)

*Puisi Kerinduan*
(Sumintarsih)

Kenangan begitu kencang mendekapku
Di pelupuk mata menari merayu
Kala kebersamaanku denganmu matahariku
Menghabiskan malam bersamamu bulan terangku

Pangkuanmu samudra kebahagiaanku
Lelahku sirna kala pundakmu menangkapku
Dapur telah menjadi istanamu
Elok racikan menempel di lidahku

Dan kepada cinta pertamaku
Biarpun kaupeluk siang malam
Tak pernah kami hiraukan
Pulangmu bersama yang kami mau

Ketika satu persatu berlalu
Hariku meredup dan gelap
Meski dua warna di kepalaku
Manjaku mengulang meraung 

Kamus mudik lenyap merata
Berlayarku entah ke mana
Sungkemku tiada alamat
Kerinduan menghampa merana

Purwokerto, 18 Juli 2021

Puisi Kernduan

*Puisi Kerinduan*
(Sumintarsih)

Kenangan begitu kencang mendekapku
Di pelupuk mata menari merayu
Kala kebersamaanku denganmu matahariku
Menghabiskan malam bersamamu bulan terangku

Pangkuanmu samudra kebahagiaanku
Lelahku sirna kala pundakmu menangkapku
Dapur telah menjadi istanamu
Elok racikan menempel di lidahku

Dan kepada cinta pertamaku
Biarpun kaupeluk siang malam
Tak pernah kami hiraukan
Pulangmu bersama yang kami mau

Ketika satu persatu berlalu
Hariku meredup dan gelap
Meski dua warna di kepalaku
Manjaku mengulang meraung 

Kamus mudik lenyap merata
Berlayarku entah ke mana
Sungkemku tiada alamat
Kerinduan menghampa merana

Purwokerto, 18 Juli 2021

Tugas Kelompok dalam Reorientasi Kelas 9 (late post)

*Tugas Kelompok dalam Reorientasi Kelas 9*
(Sumintarsih) 

Mengawali kegiatan kelas 9 pada tahun ajaran 2021/2022 ini, para siswa mengikuti serangkaian acara reorientasi dengtan tema Penyadaran Diri Menjadi Siswa Unggul dan Berprestasi. Kegiatan yang dibuka oleh Kepala Sekolah, Ustaz Eko Suwardi, S. Pd. secara virtual ini berlangsung Senin, 12 sampai Sabtu 17 Juli 2021.

Dalam rangkaian acara tersebut, selain materi tata tertib, SOP KBM, dan beberapa materi lainnya, reorientasi tahun ini menyajikan materi baru. Di antara materi baru tersebut adalah Mengenal potensi diri. Di sini siswa mengisi angket untuk menunjukkan seberapa jauh mereka mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. 

Selain itu ada materi literasi dalam proyek video motivasi. Dalam tim yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa, mereka bekerja sama dengan sangat antusias. Meskipun hanya mengandalkan media sosial, pekerjaan terbagi dengan baik seperti membuat naskah, mencari gambar, mengisi suara, dan mengedit video. Video diunggah di instagram salah satu siswa. Hasilnya, sangat memuaskan. Video 30 detik yang menginspirasi. 

Adapun tema dalam video tersebut adalah materi-materi reorientasi yang sudah mereka dapatkan, seperti birul walidain, pentingnya proposal hidup, zikir dan doa, bijak bermedsos, dan lain-lain. Tugas kelompok ini memberikan kesan tersendiri selama reorientasi ini.  Salah satu siswa kelas 9D, Hubbika Yumna Fahmida, mengatakan, “Keseruan kerja kelompok ini dalam segala hal karena saya sudah lama tidak merasakan bagaimana rasanya tugas kelompok.” Lain halnya dengan Rafy Adika wibowo, kelas 9J, ia terkesan bagaimana cara mereka bisa bekerja sama dengan teman kelompok walaupun berjauhan. Setelah melewati penilaian, video terbaik tiap kelas akan dipublikasikan di instagram sekolah. 

Sebagai penutup reorientasi kelas 9 ini, siswa menyaksikan pentas kreasi virtual. Tepatnya, siswa telah membuat video dan diunggah ke youtube, seperti bermain musik, mengolah makanan, berbagi tips, melukis, membuat kerajinan, dan lain-lain. Video mereka disaksikan bersama dalam aplikasi google meet bersama wali kelas. Bahkan, siswa dilibatkan dalam memilih tampilan terbaik dari teman-teman mereka. Pentas kreasi ini menjadi salah satu materi reorientasi yang menarik menurut Zhaafirah ‘Aini Fitri, kelas 9E. 

Purwokerto, 22 Juli 2021

*Contoh video karya siswa:*
https://www.instagram.com/p/CRbwUdillXX/?utm_medium=copy_link

https://www.instagram.com/p/CRdWpjwBjau/?utm_medium=copy_link

https://www.instagram.com/p/CRd4lKEhF8j/?utm_medium=copy_link

https://youtu.be/Y7OkulYlCCs

puisi: Menunggu (late post)

*MENUNGGU*
(Sumintarsih)

Layar lebar bercahaya menatapku
Perangkat perjumpaan virtual menunggu
Tapi aku membatu dalam putaran waktu
Tiada satu pun menjumpaiku

Dulu penyampai ilmu yang mendekat
Kini hanya berharap siapa yang lewat
Betapa kerinduan tak mampu bertepuk
Padahal hati bagai ingin memeluk

Oh, ternyata tiada kukira
Di kelas sebelah semangat membara
Tiada lonceng penanda waktu
Guru melaju berbagi ilmu

Purwokerto, 25 Juli 2021

Tragedi Sebelum Ngezoom (late post)

*Tragedi Menjelang Ngezoom*
(Sumintarsih)

Sabtu siang kemarin, pulang dari sekolah dengan perasaan gembira. Kesempatan bagus saya dapatkan untuk berbicara di depan banyak murid putri, tiga jam lagi. 

Rupanya ini kegiatan OSIS pertama setelah lama vakum selama PJJ. Kegiatan OSIS bersamaan, tetapi putra dan putri terpisah. Dengan sebutan NgaoZ, Ngaji on the Zoom, mereka telah menghubungi saya beberapa hari lalu. Foto saya pun nampang di flyer.

Meskipun judulnya ngaji, saya diminta mengisi seputar motivasi saja. Tentunya motivasi di bidang yang saya geluti, yaitu literasi. Ditambah saya pernah menjadi pembina OSIS. Spontan saja saya mengatakan temanya “Menjadi pemain, bukan penonton” ditambah ngobrol seputar dua buku saya.

Sambil menunggu waktu, saya menyiapkan materi di komputer. Meski agak mendung, saya optimis sekaligus berdoa agar tidak hujan deras. Saya berharap banyak siswa yang mengikuti acara ini supaya Pengiris OSIS senang dan bersemangat.

_Gubrak…._
Tiba-tiba kursi plastik yang saya duduki retak dan satu kakinya patah. Saya terjatuh, terduduk di lantai. Suami saya kaget segera mendekat dan menolong. ‘Kegemukan mungkin, ya? Kursinya ga kuat.” Saya cuma nyengir, sepertinya mengiyakan.

Alhamdulillah ngezoomnya lancar. Peserta yang gabung sebanyak 118 orang. Menggembirakan.
 
Purwokerto, 1 Agustus 2021

Anu... Apa Kabar Ustazah? (latepost)

*Anu… Apa Kabar Ustazah?*
(Sumintarsih)

Pandemi telah menyeret semua orang ke dalam kondisi yang serbakurang menyenangkan. Di satu sisi, justru pandemi covid 19 telah melahirkan banyak sekali kreativitas.
 
Kreativitas ini sungguh di luar dugaan karena sebagai kemajuan yang bahkan kadang disebut sebagai loncatan. Salah satunya di bidang pemanfaatan teknologi. Dunia pendidikan termasuk yang merasakan kemajuan teknologi  itu untuk menjalankan PJJ. 

Adapun salah satu kondisi yang membuat sedih adalah hilangnya kesempatan tatap muka antara siswa dan guru di sekolah. Meskipun kegiatan virtual lancar dijalankan, perjumpaan fisik tidak pernah atau jarang sekali diadakan.

Dampak dari kondisi seperti ini menjadikan siswa tidak merasakan salam dan sapa secara langsung kepada guru atau sebaliknya. Tidak pernah ada lagi pemandangan siswa mengucapkan salam sambil berjabat tangan saat kedatangan pagi. Siswa mengucapkan salam dan setengah menunduk saat berpapasan guru di tangga. Atau siswa menyenggol orang lain kemudian mengucapkan maaf, dan lain-lain.

Sebagai gantinya, saya sebagai salah satu wali kelas 9 putri menugasi siswa agar mereka bersilaturahmi kepada guru. Mereka bisa mengirimkan pesan lewat media sosial atau telepon. Pesan minta doa karena sudah kelas 9 atau minimal menanyakan kabar kesehatan.

_“Anu… Ustazah apa kabarnya huhu…. Malu, Ust.”_
Begitu pesan yang saya baca dari salah satu siswa. Saya jawab kabar saya baik kemudian dia sambung lagi dengan menulis kata malu dan emoticon menutup muka. Di sela-sela obrolan, dia kirim lagi kata malu dan emoticon yang sama.  Kok sampai _segitunya?_ 

Nah, untuk melancarkan komunikasi mereka, di kelas saya melibatkan banyak siswa untuk aktif bersosialisasi. Ada pengurus kelas, ketua kelompok belajar, dan asisten guru. Tidak ada siswa yang rangkap jabatan agar semakin banyak siswa yang terlibat. Delapan belas anak mendapatkan tanggung jawab dan rincian tugas secara jelas. Sebagai contoh, asisten guru mata pelajaran, minimal menjadi penyampai pesan dari guru mata pelajaran. Bismillah.

_*Ustaz Ustazah: panggilan untuk guru dan karyawan_

Purwokerto, 3 Agustus 2021

Menjemur atau Berjemur



Foto: google

Siang tadi saya mengajar kelas 9E putri lewat google meet. Materi ciri-ciri kebahasaan teks pidato persuasif saya sampaikan. Pada pertemuan sebelumnya, video materi lewat youtube sudah mereka simak.

Sampailah pada materi kalimat persuasif. Tulisan siswa bermunculan di kolom chat google meet. Ada yang menggunakan kata ayo, mari, jangan, dan lain-lain. Tampaknya mereka sudah memahami penggunaan kalimat persuasif dalam teks pidato persuasif.

“Mari kita menjemur badan setiap hari!”
Kalimat itu muncul dari salah satu siswa dan entah mengapa saya tertawa berkelanjutan. Sampai berkali-kali saya minta maaf tidak bermaksud mengejek. Saya justru mengucapkan terima kasih, kalimatnya telah memberikan hiburan. Dan saya tanyakan kepada siswa yang lain, kata apa seharusnya. Alhamdulillah ada yang menjawab seharusnya “berjemur” tanpa kata badan. 

Dalam bayangan saya kalimat dengan kata kerja menjemur adalah ada benda yang dipegang dan dijemur atau ditata supaya terkena panas. Contohnya: Aku menjemur sepatu. Saya pun menghubungi pemilik kalimat untuk minta maaf sekali lagi setelah pelajaran selesai.

Untuk mengobati penasaran, saya mencari sumber di google. Saya lupa namanya, kata kerja yang dikenakan untuk diri sendiri, seperti berjemur, berdandan, berendam, dan lain-lain.

Muncullah di layar hp, ada kata benefektif (kata kerja untuk orang lain, seperti membelikan dan membuatkan), reflektif (kata kerja untuk diri sendiri, seperti berjemur dan berdandan), dan resiprok (kata kerja yang dilakukan dua prang/ saling, seperti bersalaman dan berpelukan). Masih banyak lagi materi tentang jenis dan kelompok kata bila kita ingin mempelajari lebih lanjut. 

Purwokerto, 5 Agustus 2021

Mari Berpantun (late post)

*MARI BERPANTUN*
(Sumintarsih)

Soto berkuah aduh enaknya
Micin ditambahkan rasanya cetar
Corona masih betah di Indonesia
Vaksinasi menjadi salah satu ihtiar

Ayam terbang kaget lihat itik
Gagak mendekat membawa terasi  
Ada orang takut disuntik
Teriak-teriak tidak peduli ia polisi

Antre membayar saat membeli susu
Pegal rasanya badan dan betis  
Rela membayar sertifikat vaksin palsu
Padahal vaksinasi hanya gratis

Minyak dioles ayam dipanggang
Makan tales garamnya ditambahkan
Bayak yang stres PPKM diperpanjang
Makin stres ulahnya dipolisikan

Purwokerto, 6 Agustus 2021

Menumbuhkan Karakter Kepemimpinan selama Pjj (late post)

*Menumbuhkan Karakter Kepemimpinan selama PJJ*
(Sumintarsih)

“Bukan masalah bagus tidaknya karya mereka, tetapi mereka berproses dalam belajar bertanggung jawab, memimpin, dipimpin, konsisten, dan semangat melayani.”

Demikian tulisan yang saya munculkan siang ini di medsos. Tulisan bersama sebuah foto kumpulan poster digital siswa kelas saya, 9E kelas putri. 

Pandemi memang telah mengajak para guru tetap berkreativitas dalam mengajar. Meskipun dalam kelas daring, guru tidak kehilangan kesempatan untuk itu, apalagi bagi wali kelas. Kesempatan yang paling banyak pada wali kelas karena ujung tombak bersentuhan dengan peserta didik. Hal ini sunggu saya nikmati dan saya syukuri.

Salah satu tugas guru adalah menumbuhkan karakter kepada peserta didik. Adapaun salah satu karakter yang perlu ditumbuhkan adalah tanggung jawab dan kepemimpinan. Karakter kepemimpinan biasanya identik dengan organisasi, seperti pengurus kelas, pengurus OSIS, Kepramukaan, atau ekstarakuler lainnya. 
 
Selama pandemi, beberapa organisasi tersebut vakum, terlebih di tingkat SMP. Menurut saya, yang tetap bisa dijalankan adalah Pengurus Kelas. Meskipun kegiatan PJJ, pengurus kelas bisa diberdayakan.

Pada tulisan saya beberapa waktu lalu, saya sudah menceritakan usaha saya sebagai wali kelas dalam menumbuhkan beberapa karakter kepada peserta didik. Saya menerapkan pemberdayaan pengurus kelas. Semua pengurus kelas yang berjumlah 6 sampai 10 mendapatkan tugas harian, seperti membuka kelas di grup WA dan merekap kehadiran pagi. 

Ada juga ketua kelompok belajar. Mereka  mendapatkan peran yang sangat penting dalam memotivasi teman-teman dalam belajar dan menyelesaikan tugas-tugas. Terlebih dalam meminimalisasi kebingungan siswa dalam menangkap berbagai informasi secara daring. Bahkan sebagian siswa saya libatkan menjadi asisten guru mapel, minimal menjadi perantara informasi. Tidak semua pesan disampaikan kepada ketua kelas.

Selain itu saya memunculkan kesempatan agar banyak siswa muncul memegang amanah. Untuk lomba 17-an yang akan berlangsung, pada lomba berkelompok saya munculkan ketuanya  personil baru agar tidak rangkap jabatan. 

“Baru kali ini saya menjadi ketua, Ustazah,” kata Malva dan saya jawab, “Sekarang saatnya kamu memimpin.”

Lain lagi dalam pembelajaran virtual dengan google meet. Saya melibatkan peserta didik secara bergantian dalam membuka kelas. Layaknya seorang MC, mereka membuka dan menutup kelas. Meskipun hanya beberapa kalimat, mereka mendapatkan kesempatan berbicara di depan teman-temannya. Ada yang tampak grogi, ada juga yang sudah lancar. 

Seperti siang tadi di kelas 9F, Lutfi saya minta menjadi MC. Meskipun spontanitas, dia tidak menolak dan langsung menjalankan tugas membuka dan menutup kelas. Semoga bermanfaat.

Purwokerto, 10 Agustus 2021

Antologi Pentigraf

*Antologi Pentigraf*
(Sumintarsih)

Pertama saya mengenal pentigraf di grup WA RVL, dari Pak Dhofar terutama. Bahkan, maaf, nomor HP Pak Dhofar saya tambahi kata “pentigraf” supaya saya gampang mengingat. Cerita-ceritanya sudah lincah dengan penyelesaian yang memberikan “kejutan banget”.

Pak Hariyanto menyusul mengenalkan pentigraf-pentigrafnya. Bahkan Pak Har sudah bergabung di KPI (Kampung Pentigraf Indonesia) di FB. Juga beberapa Ibu Bapak lainnya. Sedangkan saya, baru sedikit mencoba menulis pentigraf. Mungkin malah belum memenuhi standar pentigraf.  

Pas melihat-lihat informasi di instagram, JSI Press(Jendela Sastra Indonesia) mengadakan lomba pentigraf.  Hanya karena pernah mengenal pentigraf dan belum benar-benar pentigraf, saya asal ikut saja. Satu judul yang pernah saya kirimkan di RVL pun saya emailkan. 

Beberapa waktu kemudian naskah saya dinyatakan lolos. Tentu ini sudah lumayan, itung-itung menambah koleksi buku antologi dari genre berbeda. Sadar diri, ikut lomba belum berani berharap menang. 

Dua hari lalu, dua buku kover depan hitam dan kover belakang putih, sampai di sekolah. Ternyata dari 190 halaman buku itu, terkumpul 89 judul pentigraf dari penulis se-Indonesia. Alhamdulillah.

Purwokerto, 17 Agustus 2021

Rindu Mata Teduh Gadis Indonesia (pentigraf)

*Rindu Mata Teduh Gadis Indonesia*

(Sumintarsih)


Tidak bisa dimungkiri bahwa salah satu godaan saat memegang gawai adalah postingan di instagram. Awalnya hanya mengintip sedikit jadi keterusan. Sampailah saya terkagum-kagum dengan kemahiran para perias wajah. Pengantin wanita zaman sekarang tidak perlu khawatir akan kekurangan di wajahnya. Bak pesulap ulung, perias wajah itu akan menampilkan yang terbaik guna memuaskan konsumennya.   


Namun, ada satu hal yang saya cari-cari, tidak ketemu. Saya mencari sorot mata anggun dengan bola mata cokelat gelap, khas gadis ayu Indonesia. Semua, ya semua wajah itu dengan bola mata palsu. Maksud saya, mereka menggunakan _softlens_ beraneka warna: biru, hijau, abu, ungu, pokoknya warna-wara terang layaknya orang Eropa. Apakah mereka tidak bangga dengan mata aslinya? Rupanya mereka bangga dan ingin meniru siapa yang dianggapnya lebih menarik. 


Warna mata orang Indonesia dan orang-orang di daerah tropis adalah cokelat gelap. Ternyata hal ini untuk melindungi mata dari kerusakan akibat sinar ultraviolet seperti fotokeratitis dan sinar matahari yang terlalu terang. Sedangkn orang-orang yang tinggal di wilayah yang tidak terlalu banyak sinar matahari, memiliki mata berwarna terang. Dengan demikian, mereka akan lebih mudah melihat dalam kondisi gelap dan dingin. Tiba-tiba saya ingat anak gadis saya. “Atikah, besok kamu nikah jangan pakai softlens, ya?” Dia malah menjawab, “Lah, ini aku lagi pakai, tapi warna hitam, sih…. Hehe….”


Purwokerto, 24 Agustus 2021

Ibu Tega Nian (pentigraf)

*Ibu Tega Nian*
(Sumintarsih)

Serba serbi cerita selama pandemi tidak pernah habis, bahkan semakin menggelikan. Tentang malunya guru saat mengajar yang kena prank wifi, ternyata masih ada. Bukan hanya saat awal pandemi. Guru malu bicara panjang, ternyata mike posisi off. Guru teriak-teriak agar siswa oncam, nyatanya sudah lantaran sinyal yang menghambat. Atau cerita-cerita lainnya.

Yang satu ini beda lagi. Seorang gadis kelas 9 SMP, sebuta saja Ruli, harus belajar daring sambil menjaga tiga orang adiknya. Ketiga adiknya kelas 8, 4, dan satu lagi msih balita. Apakah selama daring semua adiknya baik-baik saja? Jelas, jawabannya tentu tidak. Apalagi yang paling kecil. Tak jarang dia akan minta minum, makan, ditemani tidur, atau bahkan minta buang air besar. Itulah mengapa Ruli sering tidak oncam atau terlambat masuk kelas meet. Tersenyum pun sepertinya berat sekali. Bagaimana dengan pengumpulan tugas-tugasnya? Sudah bisa ditebak, dia terlambat dibanding teman-temannya. Lah, memang kedua orang tuanya di mana? Bekerja. Ya, bekerja.

Suatu hari Bu Rani, wali kelasnya Ruli, ingin ngobrol dengan bundanya. Dengan sedikit mengeluh, bunda Ruli bercerita, “Dia  kalau di rumah seringnya di kamar dan jarang ngobrol. Saya sampai bingung mau menasihatinya.” Namun, Bu Rani dalam hati menjawab bahwa sikap Ruli mengurung diri bisa dimaklumi. Dia suah lelah sepanjang hari merangkap jabatan.

Purwokerto, 31 Agustus 2021

Di Balik Pintu (pentigraf)

*Di Balik Pintu* (Praktik Pidato I)
Sumintarsih

Pengalaman yang satu ini tidak mungkin saya lupakan. Bahkan, sering saya jadikan pelajaran berharga kepada siswa agar mereka memperhatikan estetika dalam pembuatan video. Video untuk praktik pembelajaran mata pelajaran apa pun. 

Dulu, jauh sebelum pandemi covid 19, praktik pidato saya mintakan kepada siswa untuk mengirim video. Sangat sedikit siswa yang berpidato di ruangan terbuka, seperti di ruang tamu atau di ruang keluarga. Bisa dipastikan hal ini karena mereka tidak PD bila dilihat orang lain. Tidak sedikit mereka praktik pidato di kamar, ada juga yang di dalam kamar tambah lagi dengan suara yang bisik-bisik, bahkan ada yang pidato atas genting. Kok, saya jadi merasa bersalah belum sukses menanamkan kepercayaan diri kepada mereka.

Satu persatu pidato saya nilai. “Dito, pidatomu keren, saya suka.” Ucap saya kepada Dimas lewat sms, masa sebelum musim WA. Nah, ada salah satu siswa yang pidato di dalam kamar, saya simak videonya. Belum selesai pidato saya dengarkan, konsentrasi saya buyar. Mata saya tertuju pada setiga merah tergantung di balik pintu. 

Purwokerto, 7 September 2021

Suara dari Kamar Mandi Lantai 4(pentigraf)

*Suara dari Kamar Mandi Lantai 4*
(Sumintarsih)

Berapa lama kelas-kelas tidak ditinggali  siswa?  Sepanjang pandemi covid 19 sampai hari ini sudah 1,5 tahun pas. Hanya guru-guru, apalagi kelas yang berada paling pucuk, di lantai empat. Paling sesekali guru dan petugas kebersihan yang masuk kelas.  Lantai 1 dan 2 paling ramai, lantai 3 sudah mulai sepi, dan lantai 4 biasanya hanya ditempati guru yang suka dengan keheningan dalam bekerja. 

Kamis pagi, tiba-tiba Pak Iman, guru PAI, mengirim pesan di WA grup. Dia menanyakan apakah ada yang baru saja dari kamar mandi lantai 4. Waktu dia di dalam kamar mandi lantai 4, dia mendengar suara air dan ember digoyang-goyangkan. Dia mengira ada K-5 membersihkan kamar mandi sebelah. Pas dia keluar dan mengecek 2 kamar mandi, ternyata keramik  kering, keramik depan kamar mandi dan tempat wudu ternyata juga kering tidak ada bekas kaki. 

Beberapa tanggapan pun bermunculan, horor, seram, dan lain-lain. Dugaan horor tidak salah mengingat lantai 4 sudah lama sepi. Ditambah lagi Bu Tina yang semakin menguatkan karena yang berprasangka adalah guru PAI. “Alhamdulillah, Pak Iman. Justru tadi saya sempat berpikir di dalam kamar mandi ada suara air, tetapi tidak ada orang. Saya baru saja menyiram 4 pot tanaman depan kelas saya,” kata saya menyambung obrolan mereka.

Purwokerto, 10 September 2021

Nilai Pidato (pentigraf)

*Nilai Pidato* (Praktik Pidato II) 
(Sumintarsih)

Penilaian praktik pidato kelas 9 tahun ini, saya merealisasikan ide yang pernah saya tulis dalam esay saya.  Meskipun PJJ, saya tetap memberikan tantangan kepada siswa agar praktik berbahasa lebih bermakna. Biarkan PJJ, tantangan siswa berbicara di depan orang lain  tidak boleh hilang. Kalau hanya berbicara sendiri di depan kamera dan di dalam kamar, mereka tidak merasakan deg-degan. Persiapan pun tidak maksimal.

Youtube video pidato mereka harus menunjukkan ada penonton, anggap saja pengganti guru dan teman-teman di kelas. Kalau tanpa penonton, kurang tantangan sehingga nilai lebih rendah. Minimal tampak satu kepala penonton saat dia pidato. Anggaplah seperti acara Indonesian Idol.

Salah satu siswa, Caca, mengirimkan video pidato. Tampak ia berpidato di depan ayah dan adiknya. Namun, posisi kamera dari samping. Saya melihat tatapan matanya seperti membaca tulisan di depannya. Saya pun konfirmasi dan ia menjawab tidak membaca. Saya lega dan saya katakan bahwa nilainya berubah dari 90 menjadi 92. "Ga bisa naik lagi, Ustazah?" Saya hanya menjawab dengan mengirimkan emoticon nyengir. Kok saya seperti di pasar.  

Purwokerto, 11 September 2021

Menelan Ludah (Pentigraf)

*Menelan Ludah*
(Sumintarsih)

Siang terik itu mengantarkanku ke penjahit langgananku. Dengan sepeda motor dan dengan menahan perut lapar, sampai juga aku ke rumah penjahit. Dia orang tua murid. Aku sering minta tolong menjahitkan baju atau hanya merombak baju di sana sejak anak-anaknya masih SD, sekarang sudah SMA dan kuliah. 

Kedatanganku bukan untuk membuat baju karena lebaran masih jauh. Aku hanya ingin minta tolong merombak taplak. Taplak rumbai oval milik sekolah sudah pensiun gara-gara meja besar berbentuk oval yang rusak.Taplak oval itu akan disulap menjadi dua taplak kecil. Pikirku ini salah satu usaha memanfaatkan barang agar tetap bisa dipakai.  

Setelah Mama Ina, sang penjahit, sudah paham dengan maksudku, aku pun pamit. Bagai disiram air saat kepanasan, Mama Ina bertanya dengan ramah, “Tidak buru-buru, kan? Aku hampir menjawab tidak usah repot-repot, spontan aku ganti bertanya balik maksudnya bagaimana. Ternyata Mama Ina mengatakan bahwa masih banyak jahitan seragam anak sekolah. Aku menelan ludah.*

Purwokerto, 17 September 2021

Terus Bertunad meskipun Belum Berbuah (latepost)

*Terus Bertunas meskipun Belum Berbuah*
(Sumintarsih)

Alhamdulillah, satu tahapan terlewati tantangan yang diberikan panitia kepada seluruh peserta Guru Motivator Literasi (GML). Dua hari ini saya menyelesaikan tantangan pertama yaitu mengadalan Wisata Literasi Guru (WLG) dalam bentuk pembekalan kepenulisan atau pelatihan singkat. Sebuah kegiatan yang saya ikuti sejak pertengahan Agustus. Setelah melalui seleksi, terjaring 1000 GML se-Indonesia.

WLG yang diikuti 11 guru sekaligus kepala sekolah (Wisata Literasi Kepala Sekolah -WLK) diterima baik oleh peserta. Mereka antusias dan siap melanjutkan tantangan yang saya berikan. Sepekan ke depan mereka akan mengumpulkan sebuah artikel tentang pengalaman pembelajaran semasa pandemi. Adapun artikel kepala sekolah tentang manajemen kepemimpinan inovatif dan inspiratif.   

Satu tantangan lagi yang insyaallah saya selenggarakan besok Kamis adalah Wisata Literasi Siswa (WLS). Sebanyak 70 siswa sudah terdaftar menjadi peserta zoom meeting. Puisi atau pantun akan mereka kirim setelah besok mendapatkan pengarahan. Tahap selanjutnya saya menyiapkan kelengkapan pengajuan ISBN kepada FIM (Forum Indonesia Menulis). 

Dari dua kegiatan ini, karya mereka akan dibukukan dan dilombakan secara personal. Adapun penilaian untuk GML sangat berat karena salah satunya adalah dari jumlah peserta yang terlibat dari pihak guru dan siswa, sedangkan saya hanya akan mengirimkan batas minimal. Namun demikian, saya mencoba mengalir dan mengikuti setiap tahapan. Alhamdulillah sekolah memberikan dukungan. 

Tujuan utama saya adalah mencoba menggerakkan warga sekolah untuk terus menulis. Apalagi, tahun 2019 saya sudah pernah mengajak warga sekolah menerbitkan 41 buku untuk 41 tahun SMP Al Irsyad Purwokerto. Buku-buku tersebut karya siswa, guru, kepala sekolah, alumni, orang tua siswa, bahkan petugas kebersihan sekolah.

Tidak perlu menunggu menjadi penulis yang mempunyai nama, tetapi saya berusaha untuk terus mengajak yang lain menulis. Belajar dari pohon pisang yang terus bertunas walaupun belum berbuah. Bismillah. 

Purwokerto, 21 September 2021

Cerita PJJ yang Tersisa

*Cerita PJJ yang Tersisa*
(Sumintarsih)

Meskipun sekarang sudah PTM (Pembelajaran Tatap Muka), serba-serbi kenangan PJJ tidak mungkin hilang begitu saja. Salah satunya yang akan saya ceritakan berikut ini.

Sudah menjadi hal umum dalam sebuah sekolah adanya keluar masuknya siswa di tengah perjalanan tahun ajaran. Siswa ini sering disebut dengan siswa pindahan. Sekolah-sekolah di lingkungan Al Irsyad Purwokerto dari SD, SMP, sampai SMA sering menjadi rujukan kepindahan siswa baru dari luar kota, bahkan luar negeri. Awal tahun ajaran 2021-2022 ini, ada siswa putri pindahan dari Arab Saudi. Sebenarnya siswa baru kelas 7, tetapi masuknya tidak bersama yang lain, tertinggal satu bulan. 

Meskipun lahir di Arab Saudi, orang tuanya pernah tinggal di Indonesia. Kendala bahasa sedikit teratasi lewat komunikasi dengan orang tuanya. Di samping itu, siswa baru ini ditempatkan di kelas yang wali kelasnya guru Al Quran. Insyaallah sedikit-sedikit bisa berkomunikasi dangan siswa baru ini.    

Hal yang menarik adalah saat PJJ bulan Agustus 2021, posisi siswa ini masih di Arab Saudi. Ia  mengikuti dengan semangat. Tugas-tugas dan kelas-kelas daring tidak pernah ditinggalkan. Bahkan, setoran hafalan melalui video call juga lancar. Pernah suatu hari, kegiatan kelas olahraga pagi. Wali kelas menginstruksikan pagi itu juga. Para siswa berolahraga kemudian mengirimkan foto buktinya. Di Purwokerto pukul tujuh, siswa ini olahraga pukul tiga dini hari. Mantap. 

Purwokerto, 28 September 2021

12 Juta dari FVE (late post)

*12 Juta dari FVE*
(Sumintarsih) 

Salah satu grup WA di sekolah mendadak ramai. Tadi malam lepas isya, Ustazah Ella, panggilan akrab dari Nurlaela, S. Pd., guru bahasa Inggris, mengabarkan bahwa videonya terpilih sebagai video terbaik II. 

Sebuah lomba yang dia ikuti beberapa bulan lalu berbuah manis. Tangal 28 kemarin ia minta didoakan agar videonya menang setelah terpilih dalam 15 video terbaik. 

Festival Video Edukasi (FVE) yang diselenggarakan Kemendikbud ini diikuti oleh guru-guru se-Indonesia. Dengan tema "Berkarya penuh makna, membangun karakter bangsa yang berbudaya, nasionalis dan religius", sifat penjurian lomba ini tertutup. Masyarakat belum bisa menyimak. Berbeda dengan lomba yang sudah dipublikasikan di media sosial untuk mendapatkan dukungan.

Dua dari tiga orang juri adalah dosen UNESA yaitu Prof. Dr. Wahyu Sulistianingsih, M. Pd. dan Dr. Fajar Arianto, M. Pd.. Mendengar kata Unesa, saya langsung teringat Pak Khoiri. Memang, Unesa gudangnya orang-orang top. 

Kembali ke suasana grup WA. Satu per satu anggota grup literasi ini bermunculan menyampaikan selamat. Mungkin semua masih melongo, kalau ditampakkan wajahnya, dengan hadiah 12 juta yang bakal diterima rekan kerjanya. "Subhanallah.
Selamat ust Ella, akhirnya bisa sesuai harapan masuk 3 besar, " kata Ustazah Tutut, Wakil kepala Bidang Kurikulum. 

Kabar ini memotivasi anggota grup yang tengah mengikuti lomba menulis di acara Wisata Literasi Guru. Semoga takdir tulisan kami bernasib baik, seindah kabar dari Ustazah Ella.*

Purwokerto, 2 Oktober 2021

Hebatnya Sebuah Jabatan (late post)

*Hebatnya Sebuah Jabatan*
(Sumintarsih)

Kelanjutan dari keterlibatan saya dalam seleksi Guru Motivator Literasi (GML) yang diselenggarakan oleh Forum Indonesia Menulis (FIM) sudah saya jalankan, yaitu mengadakan Wisata Literasi Guru (WLG) dan Wisata Literasi Siswa (WLS). Kegiatan pelatihan singkat itu berupa pemotivasian agar guru dan siswa senang dengan kegiatan literasi, khusunya menulis. 

Sepuluh tulisan guru dan satu, satu dari kepala sekolah, dan 66 dari siswa sudah saya simpan di laptop. Para guru menuliskan pengalaman mereka dalam menerapkan metode pembelajaran selama masa pandemi. Adapun kepala sekolah menulis tentang pengalaman memimpin sekolah. Di luar dugaan, mereka bisa menuangkan ide gagasan dalam 3 sampai 4 halaman. Adapun kegiatan siswa, mereka menulis puisi atau pantun. Sebuah keterampilan yang selama ini tidak tersalurkan.

Saya merenung dan menganalisis semua ini. Sungguh hebatnya sebuah jabatan. Ya, semua ini terjadi karena ada lampu hijau dari kepala sekolah untuk saya mengumpulkan mereka dan memberi mereka tantangan menulis. Akhirnya, di tengah kesibukan masa awal pembelajaran tatap muka terbatas, bahkan masa-masa guru melaksanakan pembagian laporan tengah semester, para guru sanggup menjalankannya. Sebuah keterpaksaan yang mulus.

Tulisan guru dan siswa ini kini memasuki proses selanjutnya. Saya akan menyunting dan merapikannyan untuk kemudian saya siapkan menjadi dua naskah buku antologi, siswa dan guru. Tanggal 13 Oktober 2021 menjadi batas akhir pengiriman untuk diikutkan dalam lomba individu dengan peserta se-Indonesia. Semoga tulisan mereka mendatangkan keberkahan dan bernasib baik. Amin.

Purwokerto, 5 Oktober 2021

Pantun Ahad

*Pantun Ahad*
(Sumintarsih) 

Beli tomat tambah rambutan
Untuk manisan amatlah enak
Hari Ahad setelah rapotan
Lepas beban rehat sejenak

Buah besusu putihnya menawan
Kupas kulit makan jangan terburu
Dengan suami pergi kondangan
Dulu murid sekarang rekan guru

Pohon petai dan pisang raja
Sungguh elok berbuah lagi
Bolehlah santai hari ini saja
Senin besok masuk lagi

Purwokerto, 19 Desember 2021
(Mau kondangan ke  Purbalingga)