Senin, 28 Februari 2022

Virtual Lagi Virtual Lagi

Mendampingi siswa sebagai wali kelas adalah salah satu tugas saya di sekolah. Namun, menjadi wali kelas kali ini lebih berbeda dari kelas sebelumnya. Bagaimana tidak? Kelas 9 sekarang ini adalah siswa yang mengalami masa pandemi sejak mereka kelas 7 semester dua. Nyaris, genap 3 tahun menikmati masa SMP dalam suasana kurang mengenakkan. 

Salah satu kegiatan yang mereka ikuti belum lama ini adalah kegiatan literasi. Mereka diminta menulis surat untuk kepala sekolah dengan tema "Aku dan mimpiku bersama SMP Al Irsyad". Tugas ini sekaligus praktik menulis materi teks tanggapan mata pelajaran bahasa Indonesia. 

Mereka menuliskan tanggapannya dengan antusias terbukti dengan banyaknya tulisan yang dituangkan dalam kertas folio. Satu halaman bahkan ada yang hampir dua halaman. Mereka menuliskan ucapan syukur bersekolah di SMP Al Irsyad. Berikutnya mereka menuliskan keluhan, kritikan, dan harapan yang belum terpenuhi sampai menjelang masa akhir di sekolah ini. 

Salah satu yang sering muncul dalam tulisan mereka adalah "virtual lagi virtual lagi". Nada keluhan yang tidak bisa dihindari, harap maklum bagi semua pihak. Karena masa pandemi, mau tidak mau kegiatan yang mereka ikuti dilaksanakan secara virtual. Bukan hanya pembelajaran, tetapi juga kegiatan penunjang lainnya, seperti classmeeting, tarhib Ramadan, mengundang tokoh, termasuk outdoor study. Sudah tidak ada lagi foto-foto bersama di Ancol, Taman Mini, atau objek wisata lainnya layaknya  tur studi pada siswa umumnya. 

Outdoor study adalah kegiatan keluar yang dikaitkan dengan beberapa mapel. Biasanya dalam satu hari para siswa per level diajak ke suatu lokasi untuk mengadakan pengamatan, mendengarkan penjelasan narasumber, dan diakhiri dengan pengumpulan tugas. Kegiatan tahunan ini menjadi kegiatan yang menyenangkan karena siswa merasakan naik kendaraan umum ramai-ramai dan berkegiatan di luar kelas. Biasanya kami menyewa angkutan umum (angkot) yang muat 12-14 anak per mobil. Oleh karena itu, menjadi pemandangan yang seru bila ada outdoor, halaman sekolah mendadak mirip terminal. Berjajar sekitar 15 angkot di sana. 

Outdoor yang mereka ikuti selama pandemi, yaitu kunjungan ke pabrik teh Kaligua, Brebes. Tahun sebelumnya di industri rumah tangga gula kelapa. Bahkan, berhubung hanya virtual, kegiatan mereka pernah kunjungan ke Masjid Hagia Sophia Turki. Bedanya, kunjungan ke wilayah Banyumas, guru benar-benar berkunjung, survei, dan membuat video wawancara. Sedangkan yang ke Turki otomatis hanya mencomot dari youtube dan tambahan deskripsi dari guru. 

Dua tahun lalu sambutan seremonial wisuda pelepasan kelas 9 secara virtual dilanjutkan penyerahan sertifikat kelulusan secara drive thru. Semoga tahun ini wisuda terlaksana secara nyata di sebuah gedung. Amin.... 

Purwokerto, 28 Februari 2022

Senin, 21 Februari 2022

TIGA BUKU HASIL GML

(bersma Kepala Sekolah) 
Sebelum mengikuti GMLD (Guru Motivator Literasi Digital), saya lebih dulu mengikuti GML (Guru Motivator Literasi) yang diadakan oleh FIM (Forum Indonesia Menulis). Hanya bermodal penasaran dan ingin tahu, waktu itu saya asal mendaftarkan diri. Sama halnya saya mendaftarkan diri di GMLD. Telanjur banyak menggeluti literasi, saya mudah terpancing penasaran ingin menambah ilmu. Saya pun mengikuti GMLD, yang dimotori Om Jay, dalam waktu yang tidak jauh dari GML berlangsung. 

 GML difokuskan untuk melahirkan ekosistem sekolah yang lebih berkualitas dengan meningkatkan literasi baca tulis para warga sekolah serta mendorong produktivitas karya dengan target terwujudnya Sekolah Literasi Nasional. Sebagai sebuah proyek, GML yang saya ikuti sudah tuntas. Berikut sedikit gambaran kegiatan tersebut.

 Bulan Agustus saya mendaftar GML. Sebuah tantangan yang tidak ringan, mulai dari seleksi GML sampai pada tahapan implementasi kepada sesama rekan guru, Kepala Sekolah, dan para siswa. Tahap terakhir menerbitkan buku dari hasil implementasi tersebut. 

 Dari peminat yang mencapai lebih dari lima ribu, terseleksi menjadi 2,1 ribu dalam tahap pertama mengirimkan tulisannya. Tulisan yang lolos masuk dalam buku antologi Guru Limited Edition. Peserta yang terjaring diundang mengikuti TOC (Training of Training) dua hari full secara virtual, Sabtu 4 September 2021 dari 08.00 – 15.00 dan Ahad 5 September 2021 dari 09.15 – 17.30.

Saking banyaknya, peserta dibagi dalam 12 kelompok dengan jumlah peserta tiap kelompok kurang lebih 175 orang. Peserta yang terdiri dari guru atau kepala sekolah ini terkumpul dari seluruh daerah di Indonesia. Mereka dari jenjang TK sampai SMA/ SMK. Selama kegiatan, tiap kelompok mendapatkan dua orang pembimbing/ pendamping dalam grup WA.

 Selesai TOT, GML mengiplementasikan hasil TOT dalam Wisata Literasi Siswa (WLS), Wisata Literasi Guru (WLG) sekaligus Wisata Literasi Kepala Sekolah (WLKS) di sekolah masing-masing. WLS terlaksana dua kali secara virtual dengan google meet pada Jumat, 24 September 2021 dan Kamis, 30 September 2021. Adapun WLG-K juga terlaksana dua kali pada Senin, 20 September 2021 secara tatap muka dan Selasa, 21 September 2021 secara virtual. 

 Para siswa mendapatkan pengarahan dan motivasi untuk menulis puisi atau pantun untuk dijadikan buku antologi. Adapun para guru dan kepala sekolah menulis artikel Pendidikan. Dari 70 siswa, jumlah tulisan siswa yang lolos ada 50, meliputi 39 puisi dan 11 pantun. Karya mereka muncul dalam buku antologi puisi dan pantun, Puisi Cintaku. Sedangkan pada tingkat guru dan kepala sekolah, semua mengirimkan tulisannya. Sebanyak 11 karya guru dan 1 karya KS terkumpul dalam antologi artikel pendidikan, Pandemi Punya Cerita. 

 Tawaran kegiatan ini sangat menggoda, yaitu besarnya hadiah bagi pemenang khususnya predikat paling bergengsi “Sekolah Literasi Nasional 2021”. Juara pertama dengan hadiah 15 juta. Karya siswa terbaik 5 juta, karya guru terbaik 6 juta, karya kepala sekolah terbaik 10 juta, dan GML terbaik 12 juta. Setiap kategori diambil nuara I, II, dan III. 

 Sebenarnya sudah jelas dari awal, dari sisi jumlah pelibatan peserta, saya tidak bisa maksimal. Namun, Alhamdulillah sekolah tetap memberikan dukungan dengan memberikan dana pendaftaran bagi guru dan subsidi bagi siswa. 

 Secara umum program ini sangat bagus. Kegiatan yang dikemas dengan rapi dan dipersiapkan dengan matang mampu menggerakkan para guru dari berbagai penjuru tanah air untuk terlibat. Promosinya gencar dan tampilan acara menggelegar. Upaya dan semangat mewujudkan Sekolah Literasi Nasional menuju Indonesia sebagai kiblat literasi sangat terasa didukung panduan materi yang praktis dan sistematis. 
(sebagian siswa belum foto karena PTM 50%) 
 Pedampingan dan bimbingan selama proses implementasi sampai pelaporan juga bagus dengan komunikasi yang lancar. Namun, sayangnya pembiayaan yang dikeluarkan sangat tinggi. Selain itu, kriteria pemenang sekolah terbaik dan GML terbaik adalah yang paling sukses melibatkan banyak peserta. Jadi, terkesan kurang pemerataan. 
 Saya berharap kepada para siswa dan guru di sekolah saya yang sudah terlibat dalam proyek GML, semoga hasil dan keberkahan akan didapatkan sesuai dengan pengorbanan yang telah diberikan. Hal ini senada dengan yang disampaikan Kepala SMP Al Irsyad Purwokerto, Eko Suwardi, S. Pd., “Insyaallah kita niatkan bukan ajang perlombaan semata, tetapi lebih ke latihan dalam peningkatan skill literasi. Terutama untuk anak-anak, ini menjadi bekal yang sangat berharga.” 

Saya bersyukur, pagi ini melihat ekspresi kebahagiaan mereka menimang buku antologi yang telah dihasilkan. Ini bagian dari cara saya berproses sejak 2018 menggeliatkan literasi di sekolah. 

Salam Literasi*

Rabu, 16 Februari 2022

Renjana Literasiku


Tema menulis Kamis ini “renjana”. Terkagetnya aku karena baru beberapa hari yang lalu aku menyadari dengan keberadaanku sendiri. Maksudnya? Sabar…. 

Begini ceritanya. Menurut KBBI, renjana berarti rasa hati yang kuat (rindu, cinta kasih, berahi, dan sebagainya). Gairah juga bolehlah, ya? Nah, waktu aku mengisi data untuk keperluan dapodik, mataku terbelalak dengan tulisan “tahun sekian aku pensiun”. 

Berbeda dengan PNS, di Yayasan tempatku mengajar, pensiun SDM lima tahun lebih cepat. Artinya angka 55 tahunku yang tidak lama lagi, pertanda berakhirnya masa kerjaku di Al Irsyad Purwokerto. Tentu itu akan menjadi hari yang indah. Ada gairah menyambutnya dan lebih pada perasaan dan semangat lebih untuk mengisi hari-hari sisaku sampai pada momen itu. Alhamdulillah, sejauh ini aku sudah berpsoses mengajak murid-murid, guru, alumni, bahkan wali murid untuk ikut menulis. Meskipun belum seberapa usahaku, semoga menjadi jalan keberkahan bagi semua. 

 Beberapa hari kemudian, pikiranku terseret pada angka tahun itu. Aku kaitkan dengan minatku menulis. Apa yang akan aku lakukan? Aku tidak ingin momen itu akan berlalu begitu saja. Insyaallah, bila Allah menghendaki, aku ingin ada sesuatu yang berhubungan dengan literasi, khususnya menulis buku. 

 Hehe…, jelas tidak mungkin menyambut masa purnatugas dengan meluncurkan buku solo ke-55. Dari angka 4 menuju 55 sangat jauh, tidak masuk akal. Ini saja, sejak tahun 2019 aku belum menambah buku soloku. 

Bayanganku beralih ke buku antologi. Andai aku ikuti semua tawaran Bu Kanjeng (Bunda Sri Sugiastuti, biasa disebut Ratu Antologi) atau tawaran dari komunitas lain, ini masuk akal. Dari 22 ke 55 masih ada angka 33. Namun, lumayan…, banyak juga, ya? Setidaknya 8 sampai 9 buku antologi dalam setahun. Insyaallah akan aku usahakan sebagai wujud syukurku. 

 Masalah kepuasan, jelas berbeda. Kepuasan menerbitkan buku solo sangat berbeda dengan buku antologi. Benar kata Pak Ahmad Tohari, penulis Ronggeng Dukuh Paruk, atau penulis lain bahwa menerbitkan buku solo itu seperti melahirkan anak. Ada masanya banyak ujian dan cobaan seperti nyidam. Bahkan, ada masa kontraksi dan ketegangan tersendiri. Yang jelas, plong rasanya saat buku kelar, terbit, dan sudah di tangan.
Gambar: google 

 Terus berapa buku solo yang akan aku tulis? 
Insyaallah sampai akhir 2022 bertambah satu. Bismillah.

 Purwokerto, 17 Februari 2022

Kamis, 10 Februari 2022

Pesan Dahsyat Raihan

Salah satu hari yang aku tunggu dalam sepekan adalah Kamis. Mengapa? Ya, karena di grup WA Lagerunal setiap Kamis ada tantangan menulis, Kalis atau Kamis Menulis. Di grup Lagerunal inilah aku menguji diri untuk ikut berpartisipasi menulis di blog kemudian dikumpulkan linknya. Semacam setor tulisan. Bedanya dengan jadwal menulis hari Senin/ Senin BW (blogwalking), menulis tema bebas, kita bisa menulis juah hari atau berapa jam sebelum Senin.  Sedangkan Kamis Menulis, ada tema khusus yang diberikan admin. 

Nah, tema tulisan setiap Kamis sebenarnya sejak pagi sudah ditulis di dalam grup. Namun, kelemahanku masih setia menempel. Aku belum bisa menyempatkan diri untuk menulis. Apalagi, sore ini. Selepas Zuhur aku mengawas try out Ujian Sekolah secara daring. Selepas Asar mengisi Job Training calon guru baru Al Irsyad Purwokerto. Menjelang Magrib baru masuk rumah. 

Meskipun terlambat, sudah malam maksud saya, aku berusaha mengirimkan tulisan. Ibarat orang sudah mau pulang, aku baru berangkat. Pantaslah tulisanku biasa di urutan bawah. Tidak mengapa.

Pertama membaca tema Kalis kali ini adalah “kasih sayang”, mulutku langsung bersenandung lirih sebuah nasyid dari Raihan, grup nasyid dari Malaysia. 

 Kasih sayang itu titi 
Kasih sayang penghubung hati 
Kasih sayang itu tali 
Kasih sayang pengikat diri 

 Dari kasih timbul simpati 
Dengan sayang ada persaudaraan 
Kerana kasih ingin berbakti 
Saling sayang maaf memaafkan 

 Kasih sayang itu baja 
Kasih sayang penyubur jiwa 
Kasih sayang itu penawar 
Penguat cinta penghapus duka 

Kasih manusia sering bermusim 
Sayang manusia tiada abadi 
Kasih Tuhan tiada bertepi 
Sayang Tuhan janjinya pasti 

 Tanpa kasih sayang Tuhan 
Tiada simpati tiada persaudaraan 
Tanpa kasih sayang Tuhan 
Tiada bakti tiada kemaafan 

 Kasih sayang itu titi 
Kasih sayang penghubung hati 
Kasih sayang itu tali 
Kasih sayang pengikat diri 

 Kasih sayang pada semua 
Kasih sayang sesama kita 
Kasih sayang oh dunia 
Moga selamat di akhirat sana

Nasyid yang popular tahun 2010-an ini sangat lembut dan mengena. Lihat saja pada bait ke-4. “Kasih manusia sering bermusim, Sayang manusia tiada abadi, Kasih Tuhan tiada bertepi, Sayang Tuhan janjinya pasti”. Sebuah pesan yang indah. Sayangnya, tidak semua manusia menyadari itu karena ketidaksabaran mereka. Kadang memaknai kasih sayang Tuhan ada apabila sesuai dengan kemauan mereka. Hal yang baik buat kita belum tentu baik bagi Allah atau sebaliknya. 

 Dalam lirik berjudul “Mengemis Kasih”, Raihan juga menuliskan pesan dahsyatnya: 
Tuhan walau taubat sering kumungkir 
Namun pengampunan-Mu tak pernah bertepi 
Bila selangkah kurapat pada-Mu 
Seribu langkah Kau rapat padaku 

 Selangkah kita mendekat kepada Allah, seribu langkah Allah mendekat kepada kita. Luar biasa, kan? Alasan apa kita tidak mendekatkan diri kepada-Nya?

 (Edisi introspeksi diri)

 Purwokerto, 10 Februari 2022





Selasa, 08 Februari 2022

PROFIL SUMINTARSIH (Mien)

Mien Sumintarsih
Kulon Progo, 24 Agustus 1971. Adalah waktu saya dilahirkan sebagai anak dari pasangan Dwi Atmojo dan Sumiyem. Anak kelima dari enam bersaudara. Saya satu-satunya anak yang menggunakan nama “Su”. Dalam kesusasteraan soe/ su artinya indah. Itulah sebabnya nama orang dulu kebanyakan menggunakan Su termasuk Presiden Soekarno dan Soeharto, bahkan Panglima Besar Jenderal Soedirman.

 Bersama suami Abdul Azis dan anak semata wayang, Atikah Nursyifa Aziz, saya tinggal di Perumahan Griya Satria Mandalatama Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

  “Menjadi guru adalah profesi yang saya syukuri karena setiap hari saya bisa membisikkan kebaikan dan motivasi kepada ratusan kepala, anak-anak calon penerus bangsa.” 
 MOTO: Selalu becermin dan menjadi cermin 

 Berikut adalah data diri saya. Sengaja banyak karena semua saya masukkan untuk pengingat dan penyemangat diri. Alhamduluillah kalau pembaca ikut “tersengat”. 

 A. Pengalaman Pendidikan 
SD N Wates IV (1984) 
SMP N 3 Wates (1987) 
SMA N I Wates (1990) 
S-1 FISIPOL UGM (jurusan Ilmu Sosiatri, sekarang PSDK) 1996 
S-2 Universitas Muhammadiyah Purwokerto (PBSI) 2014

 B. Pengalaman Kerja 
*Bimbingan Belajar Primagama Serang-Cilegon 1997 
*LPP Al Irsyad Purwokerto 
1. SD Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto 02 (Januari – Juni 2000) 
2. SMP Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto (2000 – 2010, 2015 – sekarang) Guru, Wakil Kepala (Kesiswaan, Kurikulum), Pembina OSIS, Pembina Pramuka. Sekarang: guru bahasa Indonesia dan wali kelas. 
3. SMA Islam Teladan Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto (2011 – 2015) Wakil Kepala (Kurikulum) 

 C. Pengalaman Moderator: 
 Seminar Parenting dengan pembicara Ibu Eri Soekresno (Psikolog nasional) 2010 

 D. Pengalaman Instruktur: 
1. Job training guru baru LPP Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto sejak 2008
2. Jambore Nasional Siswa Al Irsyad se-Indonesia (2013 + -) 
3. Pelatihan Guru Al Irsyad se-Indonesia 
4. Pelatihan Guru dan siswa Al Irsyad Purwokerto 
5. Ketua panitia Workshop Kepenulisan SMP Al Irsyad. Peserta 100 guru wilayah Banyumas dan sekitarnya (Mei 2019) 
6. Wisata Literasi Siswa (Pelatihan kepenulisan 50 siswa SMP Al Irsyad) 2021 
7. Wisata Literasi Guru (Pelatihan kepenulisan 12 guru dan Kepala SMP Al Irsyad) 2021 
 E. Pengalaman mengikuti pelatihan/ seminar 
Aneka Kelas nyata 
Aneka Kelas maya

 F. Pengalaman Kepenulisan 
*Pernah menulis opini di media cetak: Suara Merdeka, Kompas Jawa Tengah, Majalah Adzkia, jurnal Bahtera-UM Purworejo, jurnal Adzkia-LPP Al Irsyad
*Kontributor Majalah Adzkia (LPP Al Irsyad Purwokerto 2008 – 2016) 
 *Menulis buku solo: 
1. Perjalanan Menuju Sekolah Unggulan (profil sekolah), Mediaguru-2018 
2. Ada Bisokop di Sekolah (memoar), Mediaguru-2018 
 3. Awas Ada Macan (cerpen anak), SIP Publising- 2019 
4. Kado Istimewa untuk Remaja (motivasi untuk remaja), SIP Publishing- 2019 
5. Anakku Investasi Masa Depanku, Sehimpun Tulisan tentang Parenting, SIP Publishing_ 2022
6. Bergerak dan Menggerakkan, sepak terjang literasi seorang guru
 

 *
Menulis buku antologi dengan penulis lain: 
1. Keep on Fire Live to Inspire (cerita inspirasi), Inti Publishing-2019 
2. Sang Pemiik Bunga Ilalang (Kisah Inspirasi), SIP Publishing 2019 
3. Peran Guru Ciptakan Budaya Antikorupsi (artikel), Farishma Indonesia-2019 
4. Tiga Kata Ajaib (dongeng fabel), Istana Agency-2019 
5. Pelangi Praktik Literasi (Kisah Inspirasi), Pupa Media-2019 
6. Muara Kasih Bunda (Cerpen Inspirasi), Pupa Media-2019 
7. Lembayung Rindu (puisi corona), CV. Danadyaksa- April 2020 
8. Peluk Hangat Adik dan Kakak (cerita inspirasi), Rizquna-2020 
9. Guru Penulis dalam Sorotan (opini guru), SIP Publishing-2020 
10. Satu pesan untuk Negeriku (cerita masa pandemi), Rizquna- Mei 2020 
11. Naga Putih dan Putri Roro (dongeng), SIP Publishing-2020 
12. Masih Ada Waktu bagi Dzaky untuk Belajar Bersyukur di Waktu duha (cerita anak islami), SIP Publishing- September 2020 
13. Kancil Tidak Suka Mencuri Timun (antologi dongeng Kancil), SIP Publishing- Oktober 2020 
14. Renjana Pagi (antologi puisi MGMP bahasa Indonesia Banyumas_, SIP Publishing- April 2021 
15. Puisi dan Kisah yang Tak Terhapus (antologi puisi), SIP Publishing- Agustus 2021 
16. Praktik Baik Bermain yang menarik (antologi esai Pendidikan), Wadas Kelir Publisher- April 2021 
17. Pukul Tiga Daun Jatuh Membawa Cerita (antologi pentigraf), Jendela Sastra Indonesia- Juli 2021 
18. Simfoni Kerinduan (antologi cerpen), Bina Insen Cendekia- Oktober 2021 
19. Guru Limited Edition (antologi Guru Motivator Literasi), Oktober -2021 
20. Gebrakan Motivator Literasi Digital, Haura Publishing- Januari 2022
 21. Petualangan Pupu dan Teman-Teman (Kumpulan Cerita Anak Nusantara), 2022
22. Cerita Binatang (Kumpulan Kisah Lucu Binatang untuk Anak-Anak), Elexkids-2022. 
23. Manuskrip Bunga RampaiLagerunal Tantangan Kamis Menulis_ Lagerunal, Gemala Publishing_ Mei 2022 
24. Interogasi kumpulan Flash Fiction – Gol A Gong dkk., SIP Publishing- Agustus 2022 
25. Pantun ABCD, MGMP Bahasa Indonesia nasional, dalam proses 
 26. Bianglala, kumpulan Cerpen, dalam proses 
 27. Pelangi di Teras Juni jilid 2-Nicolaus David Kristianto dkk.,Ellunar Publisher Bandung-Agustus 2022 
28. Air Mata (antologi Puisi-Gol A Gong bersama siswa dan guru SMP Al Irsyad), SIP Publishing Agustus 2022 
29. Indonesia Berpantun (antologi pantun Pegiat Literasi Indonesia), Kamila Press Lamongan-Agustus 2022
30. 30. Tuhan Izinkan Aku Kembali, SIP Pubishing, Desember 2022.
3    31. Terjeda Kenangan, SIP Publishing Januari 2023
        32. Membingkai Mimpi (puisi 2.0), Kamila Press- Maret 2023
        33. Di Bawah RVL Aku Bernaung, Kamila Peress, Juni 2023
        34. Menimbang Buku Mengapresiasi Karya, Kamila Press, Juni 2023
        35. Meresensi, Mengkreasi Makna Baru, Kamila Press, Juni 2023
        36. Bintik Hitam, antologi dongeng anak,SIP Publishing
        37. Teman yang Unik, antologi cerita inspiratif, September 2023
        38. Merenda bianglala
        39. Pantun Tahu Gecrot, Antologi Pantun Kuliner Nusantara. Desember 2023
        40. Pantun RVL 2024
 *Editor Buku 
Buku solo: 4 
Buku antologi: 16
 *Komunitas penulis (beberapa) 
Kita perlu komunitas untuk merawat minat kita

G. Juara Lomba 
1. Juara III Lomba Pembelajaran Guru LPP Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto (2016)* 
2. Juara harapan I lomba menulis cerita rakyat tingkat nasional (Unindra Jakarta), September 2020 

 H. Medsos 
WA: 085540261198 
IG: sumintarsih_24 
Blog: miensumintarsih.blogspot.com 
FB: Sumintarsih Mien 
YT: Mien Sumintarsih 

 Terima kasih

Silakan yang ingin membaca buku kedua saya

Minggu, 06 Februari 2022

Kebahagiaan Keong Sawah (fabel)


“Keki, ikut aku, yuk!” ajak Keke Keong Sawah. Keki, adiknya, sedang malas-malasan di dalam air. Kakaknya ingin mengajak jalan-jalan.

“Aku di sini saja,” jawab Keki lemas. Dia masih merasa ngantuk. Keki ingin melanjutkan tidurnya.

“Itu ada daun padi, muda-muda sekali. Tampaknya enak,” rayu Keke. Keki tidak beranjak. Menoleh pun tidak. Setelah berpikir beberapa saat, Keki mulai menggeser badan.

“Tunggu, aku ikut!”

“Nah, begitu dong, cantik. Bermain dengan kakak pasti seru,” bisik Keke.

Keke dan Keki Keong sawah bergerak mendekat tepian parit. Di sana sudah banyak aneka keong atau siput. Sepanjang hari mereka lebih banyak di dalam air. Menjelang malam, mereka bergerak ke permukaan meninggalkan air. Binatang bercangkang ini banyak menempel di daun atau batang tanaman di sawah.

Di setiap sawah, rawa-rawa, pinggir danau, dan pinggir sungai kecil atau parit, di sana akan tinggal keong-keong. Bentuk cangkangnya yang seperti kerucut membulat, keong sawah mudah dikenali.

“Hai, mau ke mana?” sapa Tut Tut Keong Sawah melihat Keke dan Keki lewat.
keong mas


“Halo, kamu siapa?” tanya Keke.

“Kita sesama keong atau siput sawah. Mencari makan di sini saja. Padi-padi ini baru saja ditanam, daunnya empuk dan enak,” ajak Tut Tut.

“O, iya. Terima kasih. Wah, kita sesama keong sawah, ya?” kata Keke.

“Kalau itu siapa, Kak?” tanya Keki.

“Oh, itu Kemas, Keong Mas,” jawab Tut Tut.

 “Sebenarnya sama seperti kita. Tetapi, rumah keong mas berwarna  lurik kecokelatan. Kalau warna rumah kita hijau kehitaman.

“Rumah?” tanya Keki heran.

“Rumah di atas badannya. Cangkang maksudku. Hehe…,” jawab Tut Tut bercanda.

“Oh, iya ya? Warna cangkang kita hijau kehitaman.”
 
Sedang asyik mengobrol, tiba-tiba Kemas teriak.

“Awas ada pemburu keong. Cepat sembunyi!” teriak Kemas.

“Mengapa kita harus sembunyi?” tanya Keki dan Keke heran.

“Mereka mencari keong-keong karena kita memakan daun-daun padi,” jelas Tut Tut.

“Oh, begitu,” jawab Keke dan Keki bersamaan.

“Itu dulu. Kita dianggap hewan pengganggu atau perusak padi. Makanya, petani tidak suka dengan kehadiran kita,” tambah Kemas.

“Apa bedanya dengan sekarang, Kemas?” tanya Keki ingin tahu. Dia menjulurkan kepalanya ingin segera mendapatkan jawaban dari Kemas. Keong mas segera mendekat.
sate keong

Sekarang banyak orang berburu, mengumpulkan keong setiap hari. Kalau kita tidak waspada, kita tertangkap dan menjadi santapan mereka. Biasanya mereka akan mengolah kita menjadi sate keong. Hih..., kita dimandikan di dalam cabai merah! Pedas sekali. Aku tidak mau.”

“Hih...,” sambung Keki yang ikut-ikutan merasa takut dan enggan bila harus diolah di atas api.
kracak keong bumbu kuning

 Keke dan Tut Tut ikut bergidik dan ngeri membayangkan badannya bermandikan cabai. Panas dan pedas.

“Cepat sembunyi, masukkan badanmu ke lumpur!” teriak Kemas lagi.

“Kamu tidak bersembunyi, Kemas?” tanya Tut Tut.

“Tenang saja, mereka lebih mencari kamu. Mereka mencari kamu karena dagingmu enak. Sebenarnya kita sama. Cuma, orang-orang sudah menganggap kalau keong mas beracun.”

“Mengapa bisa beracun?” tanya Keki penasaran.

“Karena mereka tidak pintar mengolah. Seharusnya mereka mencuci keong mas hingga bersih. Yang sudah pintar memasak, gak akan keracunan. Apalagi gizi keong mas itu tinggi,” jelas Keong Mas.

“Mengapa mereka makan keong? Bukankah ada daging dan susu?” tanya Keke.

“Tidak semua orang bisa mendapatkan daging dan susu. Daging keong bisa menjadi penggantinya. Meskipun kita hidup di sawah, Tuhan menciptakan kita sebagai hewan yang memiliki protein tinggi,” tambah Tut Tut.

“Jadi, untuk orang-orang yang tidak bisa beli susu, kita bisa membantu mereka. Betul, kan?” teriak Keki paham.

“Wah, adikmu pintar, Keke,” sanjung Kemas.

“Siapa dulu kakaknya?” jawab Keke. Hehe.... Keke dan Keki berpandangan sambil tertawa.

“Benar. Kita ini hewan pengganggu padi-padi petani. Namun, sekarang mereka memburu kita untuk  dijadikan santapan,” jelas Tut Tut.

“Wah, kamu pintar. Eh, cepat masuk lumpur!” gantian Keke yang berteriak.

Kaki para petani masuk sawah. Selangkah demi selangkah kaki mereka hampir selutut berselimutkan lumpur. Kaki-kaki itu menggetarkan lumpur tempat para keong sembunyi.  Tangan mereka terampil memungut keong yang tampak.
Namun, nasib baik menghampiri para keong itu. Mereka bersembunyi lebih dalam sehingga tidak tertangkap para petani.  Mereka pun bergerak pulang dengan perut yang kenyang dan hati yang riang. Sudah banyak daun padi yang mereka santap. Sambil pulang, mereka mendoakan agar para petani masih bisa panen padi.
 
Di tepi sawah, mereka bertemu Kakek Gondang, Keong Gondang, keluarga keong sawah juga.

“Kalian dari mana?” sapa Kakek.

“Dari sawah, Kek,” jawab Tut Tut. “Kakek sehat?”

“Kakek sehat,” jawab Kakek. Kakek Gondang badannya hitam seperti batu. Karena seperti batu, tubuh Kakek aman, tidak diambil petani.

“Kalau mencari makan tetap harus waspada. Bahaya selalu mengancam kalian,” pesan Kakek.

“Apakah hidup kita selalu dalam bahaya, Kek?”

“Tidak perlu resah. Makhluk Tuhan sekadar menjalankan perintah-Nya. Kita harus siap sampai kapan kita hidup dan harus siap juga bila harus mati,” jelas Kakek yang belum dimengerti para keong.

“Sama-sama mati diambil petani, tetapi berusahalah sampai menunggu bulan puasa.”

“Apa maksud Kakek?”

“Masyarakat Banyumas memiliki kebiasaan berbuka puasa dengan makan kracak keong. Bahannya keong sawah, keluarga kita.”

“Kita mati dimasak mereka, Kakek?” sergah Keki.

“Iya, Cucuku. Tetapi, mati di bulan puasa menjadi kebanggaan warga keong. Setidaknya, orang-orang yang menyantap kita dalam suasana penuh bahagia saat berbuka puasa. Mereka berdoa dengan khusyuk sebelum menyantap kita,” terang Kakek. Tut Tut, Keke, dan Keki mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.

“Apakah mereka tidak memasak keong selain bulan puasa?”

“Ada yang memasak, tetapi sedikit. Karena yang ingin membeli kracak keong juga sedikit,” jawab Kakek.

“Apakah kita bisa dimasak soto, Kek?” tanya Keki sedih.

“Kamu tidak perlu sedih, Cu. Masyarakat Banyumas pintar memasak. Mereka mengolah keong menjadi sate keong, tongseng keong, atau rica-rica. Olahan yang terkenal adalah masakan kracak keong seperti bumbu rica-rica. Dalam satu panci ada ratusan keong. Kamu tidak perlu sedih,” jelas Kakek sambil mengelus kepala Keki. “Kakek bisa membayangkan wajah orang-orang yang bersyukur menikmati kelezatan kracak keong. Syukur dalam doa-doa setelah seharian berpuasa.”

“Bagaimana kami bisa bertahan sampai bulan puasa, Kek?” tanya Keke semangat.

“Sekitar satu bulan lagi bulan puasa tiba. Waspadalah dari para pemburu keong. Rendam tubuhmu dalam-dalam ke dalam lumpur. Kalau kamu kuat, bila sedang menempel di batang pohon, jangan lepaskan peganganmu!”

“Apa bisa, Kek?” tanya Tut Tut ragu.

“Mengapa Kakek bisa bertahan di sini?”

“Tuhan menyisakan Kakek di sini. Sepertinya supaya Kakek bisa bercerita kepada kalian.”

“Benar juga, Kakek. Terima kasih, Kakek sudah memberikan nasihat yang luar biasa,” kata Keke.
 
Keong-keong itu pun berlomba untuk bertahan agar menjumpai bulan puasa.*

Sumber gambar: google

Kamis, 03 Februari 2022

Rela Berkorban demi Cinta

Memiliki satu anak memang tidak bisa membanding-bandingkan. Apalagi, anak juga tidak suka dibanding-bandingkan. Kalau membandingkan dengan anak orang lain juga tambah tidak elok. 

Namun, sejak di rumah ada tiga anak kucing dengan induknya, kini aku bisa membandingkan. Sebenarnya tidak sengaja ingin membandingkan, tetapi seiring berjalannya waktu, perbedaan sikap mereka sangat jelas. 
Satu ekor kucing sangat energik. Kalau ada pintu terbuka, dia paling gesit nyelonong pingin keluar. Badannya juga paling subur, bulunya putih lembut, mata kanannya warna biru dan mata kirinya oren. Ciman namanya,  tetapi sepertinya belum hafal dengan namanya atau malah tidak tahu kalau punya nama. Anakku paling suka menggendongnya. 
Satu ekor lagi badannya putih dan ekornya kehitaman, si Cimon. Dia lebih cuek dan tidak suka disentuh. Bahkan, tidak mau bertatapan mata. 
Yang terakhir, si Cimong. Badannya hitam campur putih. Dia paling dekat denganku. Satu-satunya kucing jantan ini tidak berontak disentuh, digendong, juga dielus. Sayangnya, aku belum berani menciumnya walaupun kucing-kucing itu kadang dibawa ke salon. 

Persamaan mereka adalah semua berekor panjang, lincah, dan bersih. Aslinya dulu empat anak, tetapi yang satu ekor mati. Bulunya putih campur abu. Dia satu-satunya yang berekor punthel, ekornya 1/2, seperti ekor induknya. 

Yang paling seru bila Ciman sering nyelonong atau nyerunthul, suami teriak-teriak. Ya, dia tidak suka dan ogah memegang kucing. Apalagi anak ikutan teriak agar kucing-kucing itu tidak kabur. 
Setiap anakku pulang kerja, mereka berjajar antre untuk menerima jatah makan. "Ayo, Anak-anak kumpul...., saatnya makan," kata anakku. Ya, sejak anakku kerja, sebagian uangnya untuk membelikan pakan dan pasir kucing. Bahkan, kemarin membeli pakan kucing sekardus, katanya biar sekalian. Sudah tiga kali juga anak-anak kucing itu grooming. Justru aku yang kadang mengkhawatirkan agar dia bisa mengontrol pengeluaran untuk kucing. Aku bisa membayangkan pengeluaran mereka yang merawat puluhan kucing. 

Inikah cinta? Rela berkorban. 

#Kamis Menulis, 3 Februari 2022
Tema: cinta