Senin, 28 Maret 2022

Akrab dengan Zoom Meeting PGRI


Sering mengikuti webinar yang diadakan PGRI membuat saya merasa akrab dengan kegiatan   zoom meeting. Selama ini saya cukup menjadi peserta, kali ini giliran saya berada di pihak penyelenggara. Ya, saya ditunjuk menjadi koordinator pelatihan dan lomba cipta cerpen nasional bagi guru SD/MI, salah satu dari rangkaian acara Festival SMP Al Irsyad Purwokerto tahun 2022.

Senang rasanya bisa menyiapkan rancangan acara dibantu tim. Semua link dan juknis yang dibutuhkan pun sudah siap. Saatnya menjawab satu persatu pertanyaan dari calon peserta yang memerlukan penjelasan. Awalnya pesimis dengan jumlah peserta, Alhamdulillah menyentuh angka 160-an. Di pojok kelas, H-1, saya duduk menata hati dan mendata segala yang dibutuhkan. Rapat koordinasi dan geladi bersih pun saya siapkan. Saya merasakan sedikit kekhawatiran mengingat musim hujan dan peserta dari pelosok tanah air. Hanya Pulau Irian yang tidak ada perwakilan pesertanya.

 "Ustazah Mien, Pak Bowo, pembicara besok adalah saudara sepupu saya. Saya baru nyadar semalam, " kata Ustazah Ulfa. Pak Mufti Wibowo adalah pembicara yang disiapkan oleh SIP Publishing, sponsor acara. Saya kaget, terasa ada aliran dingin lewat, tiba-tiba saya merasa dekat dan nyaman. Benar saja. Webinar berjalan lancar sesuai harapan. Alhamdulillah, tidak terlalu mengecewakan penampilan perdana saya sebagai moderator webinar nasional. *

Purwokerto, 28 Maret 2022

Kamis, 24 Maret 2022

Cinta yang Kebablasan

 Salah satu elemen kunci kebinekaan global adalah mengenal dan menghargai budaya lokal. Kebinekaan global sendiri sebagai salah satu profil Pelajar Pancasila. Dengan menentukan 6 profil pelajar Pancasila, pemerintah berharap dapat mewujudkan pelajar Indonesia yang memiliki semangat belajar sepanjang hayat, memiliki kompetensi global, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. 

Ah, saya hanya ingin sedikit mengenang salah satu murid saya yang “aneh”. Kejadian ini sudah sekian tahun lalu. Belum digulirkan “Pelajar Pancasila”. Apakah ia termasuk sudah praktik menghargai budaya lokal? Silakan disimak cerita berikut. 

Ia, anak laki-laki SMP, begitu mencintai tempe mendoan. Sebagai warga Banyumas, Jawa Tengah, tentu tidak asing dengan makanan khas ini. Makanan berbahan dasar tempe kedelai dengan irisan tipis-tipis dan digoreng setengah matang. Makanan khas ini terlalu merakyat, bahkan sebagian orang tidak bisa absen dari makan mendoan setiap hari.

 Mendoan, makanan gurih ini cocok untuk lauk makan. Cocok lagi untuk camilan teman minum teh pagi atau sore, kapan pun cocok. Dimakan dengan dicocolkan sambal kecap atau langsung dengan lalapan cabai rawit. Orang tidak mungkin hanya cukup makan satu buah, pasti ingin menambah. 

Nah, murid saya yang satu ini terlalu mencintai makanan lokal tersebut. Ia mencintai secara fanatik dan kebablasan. Bagaimana tidak? Dia tidak bisa makan tanpa lauk mendoan, bahkan tidak bisa sama sekali dengan lauk lainnya, daging sekalipun. Yang aneh lagi, waktu itu sedang berkemah, kebetulan di tengah hutan yang jauh dari penjual makanan. Orang tua sampai datang mengirimkan mendoan untuk lauk. Mereka paham bahwa panitia biasanhya menyiapkan makanan nasi bungkus lauk telur atau ayam. 

 Mencintai makanan tradisional adalah hal sulit bagi para remaja. Ini justru kebablasan.

 Purwokerto, 24 Maret 2022

Minggu, 20 Maret 2022

Geliat Literasi Guru SD/MI Se-Indonesia(reportase)


Salah satu kegiatan dalam Geyar SMP Al Irsyad Purwokerto tahun 2022 ini adalah kegiatan literasi yang dikhususkan untuk guru- guru SD/MI. Sebanyak 162 orang pendaftar dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTB, bahkan guru yang bertugas di Malaysia dan Saudi Arabia, menunjukkan guru tingkat SD/MI tidak mau ketinggalan ingin meramaikan gerakan literasi. 

Pelatihan Cipta Cerpen Nasional yang digelar pada Sabtu, 19 Maret 2022, pukul 08.00 - 10.00 WIB ini disambung lomba. Narasumber  sekaligus juri adalah penulis yang cerpennya sudah mewarnai beberapa media cetak nasional dan media-media  digital, Mufti Wibowo, dari Purbalingga. Peserta antusias menyimak materi yang disampaikan tentang penulisan cerpen, terutama yang menjadi poin penting penilaian dalam lomba ini. 

Hadiah yang disiapkan panitia sangat menggiurkan, yaitu hadiah juara satu sampai harapan dua total 5,3 juta rupiah. Adapun voucher yang diberikan oleh SIP publishing bagi peserta sangat mengejutkan, di luar dugaan panitia dan peserta. Informasi ini disampaikan langsung oleh owner SIP Publishing, Indra Devandra  di akhir acara. Semua peserta mendapatkan voucher penerbitan buku senilai Rp100.000. Adapun juara I sampai harapan II mendapatkan voucher penerbitan buku senilai Rp495.000 setiap pemenang. 
Kesan salah satu peserta dari Polewali Mandar,  Sulawesi Barat, Fitriani Jamaludin, "Sangat menarik. Pemaparan materinya mudah di pahami. Semoga kedepannya akan selalu ada pelatihan-pelatihan seperti ini. Terima kasih." Sementara itu, dalam sambutannya, Kepala SMP Al Irsyad, Eko Suwardi, menyatakan bersyukur dan senang melihat semangat para peserta dalam berliterasi.

Pemenang kejuaraan lomba cerpen ini akan diumumkan bersamaan acara Gebyar Festival SMP Al Irsyad Purwokerto, Sabtu 9 April 2022. 
(Sumintarsih) 

Rekaman kegiatanRekaman kegiatan
Kesan peserta
Flyer acara, di bawah ini

Senin, 14 Maret 2022

Buku Anak PAUD

Sabtu siang itu, saya buru-buru pulang. Setelah salat zuhur, segera menuju rumah, tidak sabar ingin mengikuti Workshop Online Creating A Story Book with Canva & Pubhtml5 yang diselenggarakan PSSDM pada Sabtu, 19 Februari 2022. Saya dapatkan informasi kegiatan ini dari grup WA Aisei. 

Berikut hasilnya, 1 buku untuk anak PAUD. Naskah buku ini sebenarnya sudah lama saya buat, tinggal dibuatkan ilustrasi dari canva. Terakhir dijadikan buku digital dengan aplikasi Pubhtml5. 

Pilihan ilustrasi masih sederhana dan belum penuh satu halaman. Masih kasar dan kaku. Semoga latihan selanjutnya bisa lebih rapi. 

Berikut buku digitalnya. 

Kamis, 10 Maret 2022

Tantangan Kreatif untuk Kemandirian Siswa

Berbicara tentang kata mandiri, saya langsung teringat pada kondisi anak-anak sekarang dalam berbagai kegiatannya. Kemandirian yang mereka tunjukkan tentu tidak terlepas dari peran orang dewasa di sekitarnya, yaitu orang tua dan guru. 

 Sebagai guru, pembiasaan apa saja yang sudah kita ajarkan kepada mereka? Di sekolah kita melihat anak-anak bisa mandiri dalam melaksanakan tugas piket kelas, mengerjakan soal-soal, atau tugas tambahan di kegiatan ekstrakurikuler, pengurus kelas, pengurus OSIS, atau yang lainnya. Apalagi berbagai tantangan yang berhubungan dengan dunia digital, anak-anak sekarang malah lebih terampil dibanding guru. Terutama guru-guru angkatan tua. Namun, ada juga siswa yang pastinya masih memerlukan bimbingan. 

 Nah, bagaimana dengan keseharian mereka di rumah? Bagaimana peran orang tua? Melihat berbagai fasilitas yang orang tua sediakan untuk putra putri mereka di era modern ini, terutama di perkotaan, jelas berbeda dengan yang didapatkan kebanyakan anak zaman dulu. Tepatnya, waktu orang tua tersebut masih sebagai anak. 

 Kondisi perekonomian yang lebih dari cukup, justru terkadang "menjerumuskan" anak dalam pembentukan kemandirian. Bagaimana tidak? Sebagian orang tua berpikir karena dulu masa kecilnya hidup prihatin, jauh dari cukup, sekarang "balas dendam" anaknya tidak boleh merasakan "penderitaan" yang sama. Sebagai contoh, fasilitas mobil untuk antar jemput, padahal jarak tidak terlalu jauh. Di satu sisi kondisi lalu lintas memang kadang kurang bersahabat untuk anak menggunakan sepeda ke sekolah, terlalu ramai dan padat. Bahkan, anak jalan kaki ke sekolah, misalnya 300 m sampai 500 m saja, sudah menjadi pemandangan langka. Hampir tidak ada. 

 Oleh karena itu, bagi sebagian anak, selain dunia keluarga dan dunia sekolah, mereka jarang berhubungan langsung dengan masyarakat umum. Orang tua sangat menjaganya. Benturan, kendala, atau masalah jarang mereka jumpai. Semua baik-baik saja, aman terkendali. Akibatnya, kedewasaan dan kemandirian sebagian anak belum sukses terbentuk. Contoh yang paling kecil, anak malu saat menanyakan jadwal sehingga yang mengirimkan chat orang tuanya. Atau sendok tertinggal, ada orang tua yang mengantarkan ke sekolah. Itulah kemudian sekolah menerapkan peraturan tidak boleh menelepon orang tua untuk mengantarkan barang yang tertinggal. 

 Akan berbeda persoalan dengan anak-anak yang biasa berorganisasi atau yang mempunyai kepribadian mudah bergaul. Dia lebih bisa menghadapi situasi. Mereka sudah terbiasa berlatih mandiri dan tanggung jawab serta terampil berkomunikasi. 

 Bila ditanyakan tentang kebiasaan ibadah, sejauh ini sebagian anak sudah terbentuk kemandiriannya, apalagi jadwal menghafal Al Qur'an. Sebagai pelajaran yang porsinya tidak sedikit, anak-anak sudah mempunyai jadwal dan kesadaran untuk menghafal Al Qur'an baik di rumah maupun di sekolah. Mereka akan menerima risiko bila tidak menjalankan kewajibannya. 

 Oya, ada cerita menarik. Salah satu contoh yang pernah dilakukan salah satu orang tua kami secara mandiri. Salah satu putranya yang waktu itu kelas 8 SMP, ditantang untuk melakukan perjalanan ke Jakarta dari Purwokerto seorang diri dengan kereta api. Nah, kira-kira bagaimana dengan orang tua yang lain, ya? Atau salah satu pembelajaran lifeskill salah satu SMP di Surabaya, yaitu tes naik kendaraan umum (angkutan kota). Hal ini tentu mengingat semua siswanya menggunakan kendaraan pribadi, berangkat dan pulang sekolah. 

 Nah, di sini saya sepakat dengan budaya anak sekolah di Jepang. Mereka berangkat dan pulang sendiri. Sebagian besar jalan kaki atau naik sepeda karena tidak terlalu jauh jaraknya. Salah satu sistem zonasi untuk yang satu ini, terasa sekali manfaatnya. 

 Kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi sebagai salah satu elemen kunci mandiri bagi pelajar Indonesia (pelajar Pancasila) sangat perlu diupayakan lagi. Pembentukan kemandirian pada siswa, untuk pembiasaan kegiatan sehari-hari, perlu diatur dengan baik dan konsisten serta pengawalan yang bagus. Perlu juga ide-ide yang kreatif dalam memberikan tantangan kemandirian yang menarik.

 Purwokerto, 10 Maret 2022

Senin, 07 Maret 2022

Yang Disambung dan Dipisah

Pagi ini, Selasa, 8 Maret 2022, Pak Susanto atau yang biasa dipanggil Pak D mengawali daftar Pantun Bale dengan kupasannya. Pantun Bale (Pantau Tulisan Sobat Lage) adalah tulisan peserta Lagerunal berisi tanggapan atau tulisan baru berdasar tulisan peserta yang sudah dibagikan pada Senin sebelumnya (Senin Blog Walking).Tidak tanggung-tanggung, semua tulisan anggota Lagerunal Senin kemarin mendapatkan tanggapan beliau. Tidak ketinggalan tulisan saya. Walaupun kurang satu tanda titik, mata elang Pak D membuktikan keampuhannya. Terima kasih Pak. Saya siap untuk berlatih lagi. Ah, saya jedi tersenyum sendiri melihat poster Pantun Bale yang wajib disertakan di blog. Mengapa ada gambar monyet? Menutup muka, lagi. Mungkin ini tidak salah kalau saya artikan bahwa Pantun Bale bisa diikuti siapa saja baik yang sudah mahir menulis, maupun yang baru belajar seperti saya. Dengan demikian, tidak masalah mencoba menanggapi tulisan peserta lain, sedangkan tulisan saya belum tentu lebih baik. Jadi tersenyum dan menutup muka seperti gambar tersebut, Hehe.... 

 Sudah sekian pekan saya hanya menjadi penonton Pantun Bale, bahkan tulisan saya pernah beberapa kali diulas. Kali ini saya memberanikan diri untuk berpartisipasi mencoba mengulas salah satu tulisan berdasarkan pengalaman saya. Mohon maaf bila masih sekadarnya saja. Meskipun Pak Susanto sudah mengulasnya, saya menambahkan beberapa. Maaf untuk tulisan yang saya angkat, yaitu tulisan Ibu Endah Win di Membahas penanaman sikap disiplin pada anak adalah pembicaraan yang sangat menarik. Selain memerlukan seni dan keteladanan, peran kita sebagai guru sangat diharapkan, apalagi di dalam dunia pendidikan. Memang sudah semestinya guru berperan dalam menanamkan karakter disiplin kepada para siswanya. Demikian juga peran para orang tua yang memiliki hubungan paling dekat dengan anak. Orang-orang dewasa di sekitar anaklah yang semesetinya bertanggung jawab mengupayakan pembentukan sikap disiplin pada anak. Hal ini benar sekali dan telah disampaikan di pembuka tulisan tersebut.

Cara medisiplinkan anak sejak dini juga sudah ditawarkan penulis melalui tiga cara, yaitu tumbuhkan motivasi pada anak, advise, dan konsekuensi. Namun, ada beberapa kalimat yang kurang efektif dan ada kesalahan penulisan yang sedikit mengganggu pembaca. Penggunaan huruf kapital pada judul sudah dikomentari Pak Susanto.
1. Penulisan kata dirangkai ataudipisah belum konsisten. Seperti pada paragraf awal, ada kalimat Cara yang keras seringkali lebih efektif di banding cara yang lembut dalam penanaman sikap disiplin. Tetapi tidak semua cara yang keras dapat berhasil bahkan malah berdampak negatif bagi anak-anak di masa depan nya. Penulisan di banding seharusnya dirangkai. Demikian juga penulisan depan nya seharusnya dirangkai. Namun, pada kalimat lainnya, penulisan kata diajarkan dan dilakukan (masih paragraf awal) sudah betul dirangkai karena di- sebagai imbuhan atau awalan. Penulisan kata contohnya di paragraf terakhir sudah betul dirangkai (-nya adalah enklitik, tidak bisa berdiri sendiri). 
2. Sebaliknya penulisan kata yang seharusnya dipisah justru digabung, sepeti disekitar dan dimanapun, seharusnya di sekitar dan di mana pun (di sebagai kata depan). 
3. Beberapa kalimat perlu dicek lagi agar terbaca dengan mudah, seperti Oleh karena itu bentuk kedisiplinan sejak dini. Mungkin yang dimaksud adalah: Oleh karena itu, bentuklah sikap kedsiplinan anak sejak dini. Atau kalimat lainnya: Remaja bisa dididik keteladanan nya dari teladan orang disekitar nya yang paling utama adalah dari keluarga nya. Sebaiknya dijadikan dua kalimat: Remaja bisa dididik dengan keteladanan yang diberikan oleh orang di sekitarnya. Yang paling utama adalah dari anggota keluarganya.

Terima kasih, semoga bermanfaat. Purwokerto, 8 Maret 2022

Minggu, 06 Maret 2022

Kalau Tidak Bayar Bagaimana?


Sabtu kemarin, hari terakhir menjelang pelaksanaan PTS (Penilian Tengah Semester), sekolah membagikan kartu peserta. Kartu ini wajib dibawa siswa selama PTS. Adapun siswa yang belum menerima kartu diwajibkan meminta kartu sementara kepada panitia. Bunyinya kartu sementara, tetapi ada saja sedikit yang tidak berganti sampai selesai PTS. 

Kabaradaan kartu ini salah satunya untuk memancing orang tua agar segera melunasi kekurangan biaya administrasi, apalagi menjelang pembagian nilai karena sebagian hanya karena lupa  Seperti pada umumnya sekolah di swasta dikenakan SPP yang tidak sedikit. Begitu juga di sekolah kami. Bedanya, sekolah kami memberlakukan SPP subsidi silang dan biaya operasional yang dibayarkan awal tahun. Jadi, semua kegiatan sudah dianggarkan dari awal. Tidak ada tarikan lagi di tengah perjalanan, misalnya, mau tur studi, wisuda, atau mau ujian, sudah bersih dihitung di awal. Setiap bulan hanya ada tarikan SPP.

“Kok saya tidak diberi, Ustazah?” tanya Anin memelas dan saya jawab karena kurang tiga bulan. Setelah diusut, rupanya anak ini penerima beasiswa, saya lupa, sungguh merasa bersalah. Nah, berhubung rapor semester kemarin nilainya di bawah standar minimal penerima beasiswa, dia diwajibkan membayar SPP standar sepanjang satu semester selanjutnya. “Kalau saya tidak mau membayar, bagaimana?” Kekecewaan orang tua Anin bisa dimaklumi karena TU terlambat menginformasikan yang semestinya pada Februari. Akhirnya kartu saya berikan dan SPP boleh dibayarkan menyusul.

Purwokerto, 7 Maret 2022

Kamis, 03 Maret 2022

Tuan Rumah Beriman

Malam ini saya menulis untuk Kamis Menulis dengan bersenang-senang, seperti pengantar dari Admin pagi tadi di grup Lagerunal, “Silakan menulis untuk bersenang-senang.” Makanya, saya menulis pun sambil menyimak acara Tabah (tanya jawab seputar kebahasaan) siaran langsung di Instagramnya Narabahasa Bersama narasumber Ivan Lanin. Baiklah, berikut tulisan saya malam ini. 

 Sejak tahun 2001, program sekolah home visit sudah diluncurkan. Setiap wali kelas ditarget 100% berkunjung ke rumah siswanya untuk silaturahmi dan diskusi santai dengan orang tua siswa. Selain melaporkan perkembangan siswa di kelas, wali kelas akan menanyakan perkembangan siswa di rumah, misalnya kemandirian siswa dalam melaksanakan ibadah, belajar, atau kegiatan harian lainnya. Bahkan, karena obrolan santai, permasalahan atau informasi penting saya dapatkan untuk mendukung kemajuan siswa. 

 Sepanjang saya menjadi wali kelas, 22 tahun ini, tugas tambahan home visit ini sangat menantang dan menarik untuk dijalankan. Biasanya saya memilih untuk berkunjung ke rumah yang alamatnya dekat dan mudah dijangkau. Kecuali ada siswa yang memerlukan pendekatan khusus karena sedang ada masalah, home visit untuk diskusi dengan orang tua menjadi tujuan mendesak.

 Bagi saya, 100% kunjungan adalah suatu keharusan karena tidak semua wali kelas sanggup 100%. Pertimbangan saya adalah sisi keadilan. Ada alasan apa sebagian siswa tidak dikunjungi? Tentu siswa akan merasa janggal ketika teman yang lain dikunjungi, sedangkan ia tidak. Itulah mengapa, sejauh ini, Alhamdulillah bisa 100%. Untuk alamat jauh di luar kota, ini saya manfaatkan untuk jalan-jalan bersama suami, diantar suami maksud saya. Hehe, masak jauh malah jalan? 

 Nah, beda persoalan tahun ajaran 2000/2021 karena ada pandemi. Alasan saling menjaga dan menghormati, home visit pun tidak terlaksana dengan baik, bahkan tidak ada sepuluh rumah yang saya kunjungi. 

 Belum lama ini saya memanfaatkan hari Ahad untuk home visit. Tidak tanggung-tanggung, tiga rumah sekaligus terkunjungi. Keseruan dalam berkunjung salah satunya saat mencari alamat, walaupun sudah dibantu google map.

 Berhubung situasi masih kurang nyaman, saya dan tuan rumah tetap menjaga prokes, ngobrol dengan bermasker. Sajian penuh beberapa piring di atas meja hanya saya pandang. Saya wakili hanya dengan minum saja. Namun, pulangnya ada tas yang sudah menggantung di motor saya. “Ini ada sedikit jajan untuk anak di rumah,” kata si Tuan Rumah. “Wah, Ibu bikin senang saja,” jawab saya dengan tersenyum.

 Rupanya tuan rumah sedang praktik salah satu hadis riwayat Muslim dan Bukhari, bahwa Rasulullah saw. bersabda: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya.” 

 Purwokerto, 3 Maret 2022