Kamis, 23 Juni 2022

Dicolek Hantu

Budi, Danu, dan beberapa anak laki-laki seumuran SD sangat senang bermain petak umpet. Apalagi, bila malam terang dan tentunya bukan sedang ada ujian sekolah. 

“Ayo, segera humpimpa!” ajak Budi dan 8 anak yang lain segera berdiri melingkar. Tersisa dua anak yaitu Danu dan Rio. Keduanya segera suit. 

“Menang!” teriak Danu sehingga otomatis Rio menjadi kucing.

“Satu, dua, tiga,…sepuluh. Sudah belum?” teriak Rio dengan masih menghadap pohon. Pohon itu sebagai gawangnya. Ia menunggu teman-temannya bersembunyi. Setelah hening, tanda semua sudah bersembunyi. Rio dengan jeli mencari satu per satu temannya.

“Iwan!” teriak Rio sambil berlari menyentuh gawang. “Dani, Rinto,…,” teriak Rio dengan cepat. Matanya jeli menemukan teman-teman dari tempat persembunyiannya. 

Permainan murah meriah itu sering mereka lakukan hampir tiap malam. Kalau malam Minggu, apalagi terang bulan, mereka sampai lupa waktu. Sudah pukul 10.00 masih asyik tidak mengindahkan peringatan dari orang-orang dewasa. Bagi yang mempunyai anak kecil, apalagi bayi, tentu berkumpulnya anak-anak itu menjadi gangguan. Suara hentak kaki mereka membuat tidak nyaman di telinga. 

Halaman dan sekitar rumah Pak Saman menjadi salah satu tempat persembunyian favorit anak-anak. Berhubung di dalam rumah ada bayi, Pak Saman sudah sering mengingatkan. Karena tidak didengarkan, gelagatnya Pak Saman ingin menghentikan mereka, paling tidak mengurangi biar tidak sampai larut malam. 

“Satu, dua, tiga,…sepuluh. Sudah belum?” teriak Danu pada suatu malam. “Sudah belum?” tanya Danu lagi. Hening, tanpa jawaban. Hening juga karena sudah pukul 10.15. Mulailah Danu bergerilya.

Tiba-tiba….
“Hantu…, hantu…! Tolong...!” teriak Iwan berlari ke pusat permainan, dekat gawang. Napasnya ngos-ngosan. Yang lain pun ikut berhamburan keluar. 

“Ada apa, Wan?” tanya Danu. 
"Kenapa, Wan?" tanya yang lain. 

“Pantatku dicolek hantu!” Kali ini tidak ada yang tertawa, semua anak berlari tunggang langgang menuju rumah masing-masing.*
Tema Kamis Menulis: permainan tradisional

3 komentar:

  1. Hahaha... Mereka lari tunggang langgang lari ke rumah karena ada yang dicolek hantu. Kira-kira hantunya siapa ya.... Hanyo pasti orang yang punya bayi ya?

    BalasHapus
  2. Wah memang kalau tidak seperti itu, tidak berhenti mainnya. He he apa yang dilakukan pak Saman?

    BalasHapus