Minggu, 30 Januari 2022
Zohri dan Tas Merah Rasya
Kamis, 27 Januari 2022
Jam Kosong yang Dirindukan
Minggu, 23 Januari 2022
GELIAT KEGIATAN SISWA SMP AL IRSYAD
Alhamdulillah, beberapa hari ini geliat kegiatan siswa di
sekolah mulai terlihat. Gaung dan suasana sekolah pada umumnya sudah sedikit
melegakan. Kegiatan mulai pulih di halaman sekolah, di lapangan, di kelas
tentunya, di perpustakaan, bahkan di kantin sekolah.
Usia SMP adalah usia yang sudah mulai bisa mengekspresikan
diri, berkreasi, dan menunjukkan tanggung jawabnya. Amanah yang diberikan bisa
dijalankan dengan baik. Untuk itulah, keberlangsungan kegiatan siswa SMP Al
Irsyad Purwokerto dan sekolah pada umumnya, dipercayakan kepada pengurus, seperti pengurus
OSIS, Paskibra, Pasus Pramuka, PMR, dan Pustakawan Remaja.
Sabtu, 22 Januari 2022, dari pagi tampak hilir mudik beberapa
siswa kelas 9 di koridor. Mereka yang lebih senior, sebagai pengurus organisasi,
mulai bergerak mencari anggota. Sebenarnya agak kasihan juga karena satu setengah
tahun yang lalu kegiatan sekolah vakum, hanya beberapa kegiatan atau organisasi
siswa yang bisa dilaksanakan karena pandemi. Kini saatnya, dalam waktu yang
tersisa mereka kembali berkegiatan.
Beberapa organisasi siswa itu tengah menjaring anggota baru.
Mereka melakukan perekrutan dan penyeleksian, mulai membuat poster, promosi, dan
menyeleksi sendiri. Tentunya dengan berkonsultasi kepada pembimbingnya.
Dengan jas warna warni khas dari tiap kegiatan, mereka
mengundang minat adik-adik kelasnya, dari kelas 7 dan 8. Apalagi, Ketua OSIS langsung
masuk ke tiap kelas untuk menginformasikan kegiatan-kegiatan mereka dan
informasi seputar perekrutan pengururs baru.
Hari itu, pengurus PMR dan Paskibra sudah masuk pada tahap
seleksi. “Alhamdulillah, peminatnya membludak, bahkan paskibra putri tercatat 85
siswa yang mendaftar dari total 10 kelas putri. Tahap selanjutnya akan diadakan seleksi baris bernaris,” kata Naila, pengurus Paskibra putri.
Sedangkan Pustakawan Remaja putri sedang mengadakan bedah
buku, pas setelah selesai jam sekolah. Hadir menyimak dua orang yang membedah buku
di perpustakaan, sekitar 40 anak. Pekan depan akan disambung perekrutan anggota
baru. Demikian juga Pasus Pramuka, Tim Rohis, dan lain-lainnya.
Dengan berkegiatan di luar kelas, mereka mendapatkan ilmu
praktis berorganisasi yang tidak didapatkan di dalam kelas. Semoga menjadi
pengalaman berharga.
Purwokerto, 24 Januari 2022
Senin, 17 Januari 2022
Tembus Penerbit Mayor
Kamis, 13 Januari 2022
SEMANGAT PTM 100%
Kamis Menulis tema: Semangat
Setiap hari mengajar dari kelas ke kelas
Energi terkuras tidaklah mengapa
Menyiapkan generasi hebat calon penerus bangsa
Ajak peserta didik menjadi pribadi tangguh
Naik turun tangga tak kenal jenuh
Gairah mengajar mengalahkan lelah
Asa membayang mengayunkan langkah
Terusah berpacu untuk masa depan pendidikan Indonesia nan cerah
Sepertinya itulah perasaan yang menggambarkan saya pada akhir-akhir ini. Kerinduan bertatap muka dengan 100% peserta didik terjawab sudah. PTM sudah berjalan dua pekan ini dengan kondisi masih penyesuaian di sana sini. Semangat mengajar terlampiaskan meskipun PTM 100% sempat membuat semua orang kaget. Kelas menjadi penuh dan ramai dibanding beberapa waktu sebelumnya yang selang seling, PTM 50%.
Rabu kemarin saya mengajar di tiga kelas. Ketiganya kelas putra. Ini sangat menguras energi. Dibanding kelas putri, tentu power dan volume suara harus dinaikkan. Belum cukup itu, kondisi gedung memaksa saya bergerak dari lantai empat, ke lantai tiga, ke lantai dua, dan kembali lagi ke lantai empat. Kalau tidak diniatkan sekalian olahraga, kaki-kaki saya sepertinya ingin protes.
Namun, kepuasan setelah mengajar dan bertemu peserta didik telah menghapus rasa lelah itu. Pelajaran bahasa Indonesia yang saya sampaikan saya coba dengan selalu memberikan kejutan di awal waktu. Dari sarapan kata baku, aneka game, dan lain-lain menjadikan kelas hangat sampai pelajaran usai. Salah satu ukuran saya diterima dalam pembelajaran tersebut adalah ucapan terima kasih peserta didi k yang menggelora setelah saya menyampaikan salam penutup. Alhamdulillah.*
Purwokerto, 13 Januari 2022
Senin, 10 Januari 2022
Menipisnya Kepekaan Sosial
Kamis, 06 Januari 2022
Keoptimisan Wali Kelas
Senin, 03 Januari 2022
Sepeda Baru dan 3 Ekor Kerbau
Berita Itu (late post)
Puisi Kernduan
Tugas Kelompok dalam Reorientasi Kelas 9 (late post)
puisi: Menunggu (late post)
Tragedi Sebelum Ngezoom (late post)
Anu... Apa Kabar Ustazah? (latepost)
Menjemur atau Berjemur
Mari Berpantun (late post)
Menumbuhkan Karakter Kepemimpinan selama Pjj (late post)
Antologi Pentigraf
Rindu Mata Teduh Gadis Indonesia (pentigraf)
*Rindu Mata Teduh Gadis Indonesia*
(Sumintarsih)
Tidak bisa dimungkiri bahwa salah satu godaan saat memegang gawai adalah postingan di instagram. Awalnya hanya mengintip sedikit jadi keterusan. Sampailah saya terkagum-kagum dengan kemahiran para perias wajah. Pengantin wanita zaman sekarang tidak perlu khawatir akan kekurangan di wajahnya. Bak pesulap ulung, perias wajah itu akan menampilkan yang terbaik guna memuaskan konsumennya.
Namun, ada satu hal yang saya cari-cari, tidak ketemu. Saya mencari sorot mata anggun dengan bola mata cokelat gelap, khas gadis ayu Indonesia. Semua, ya semua wajah itu dengan bola mata palsu. Maksud saya, mereka menggunakan _softlens_ beraneka warna: biru, hijau, abu, ungu, pokoknya warna-wara terang layaknya orang Eropa. Apakah mereka tidak bangga dengan mata aslinya? Rupanya mereka bangga dan ingin meniru siapa yang dianggapnya lebih menarik.
Warna mata orang Indonesia dan orang-orang di daerah tropis adalah cokelat gelap. Ternyata hal ini untuk melindungi mata dari kerusakan akibat sinar ultraviolet seperti fotokeratitis dan sinar matahari yang terlalu terang. Sedangkn orang-orang yang tinggal di wilayah yang tidak terlalu banyak sinar matahari, memiliki mata berwarna terang. Dengan demikian, mereka akan lebih mudah melihat dalam kondisi gelap dan dingin. Tiba-tiba saya ingat anak gadis saya. “Atikah, besok kamu nikah jangan pakai softlens, ya?” Dia malah menjawab, “Lah, ini aku lagi pakai, tapi warna hitam, sih…. Hehe….”
Purwokerto, 24 Agustus 2021
Ibu Tega Nian (pentigraf)
*Ibu Tega Nian*
(Sumintarsih)
Serba serbi cerita selama pandemi tidak pernah habis, bahkan semakin menggelikan. Tentang malunya guru saat mengajar yang kena prank wifi, ternyata masih ada. Bukan hanya saat awal pandemi. Guru malu bicara panjang, ternyata mike posisi off. Guru teriak-teriak agar siswa oncam, nyatanya sudah lantaran sinyal yang menghambat. Atau cerita-cerita lainnya.
Yang satu ini beda lagi. Seorang gadis kelas 9 SMP, sebuta saja Ruli, harus belajar daring sambil menjaga tiga orang adiknya. Ketiga adiknya kelas 8, 4, dan satu lagi msih balita. Apakah selama daring semua adiknya baik-baik saja? Jelas, jawabannya tentu tidak. Apalagi yang paling kecil. Tak jarang dia akan minta minum, makan, ditemani tidur, atau bahkan minta buang air besar. Itulah mengapa Ruli sering tidak oncam atau terlambat masuk kelas meet. Tersenyum pun sepertinya berat sekali. Bagaimana dengan pengumpulan tugas-tugasnya? Sudah bisa ditebak, dia terlambat dibanding teman-temannya. Lah, memang kedua orang tuanya di mana? Bekerja. Ya, bekerja.
Suatu hari Bu Rani, wali kelasnya Ruli, ingin ngobrol dengan bundanya. Dengan sedikit mengeluh, bunda Ruli bercerita, “Dia kalau di rumah seringnya di kamar dan jarang ngobrol. Saya sampai bingung mau menasihatinya.” Namun, Bu Rani dalam hati menjawab bahwa sikap Ruli mengurung diri bisa dimaklumi. Dia suah lelah sepanjang hari merangkap jabatan.
Purwokerto, 31 Agustus 2021