Jumat, 02 Februari 2024

Hiburan dari Murid


Mengajar di sekolah full day bagi sebagian orang bukanlah pilihan yang menggembirakan. Adapun yang sudah memutuskan untuk menjalaninya, tentulah harus melakukannya dengan menerima berbagai suka dukanya.

Sebetulnya kejenuhan yang dialami para guru tidak berbeda dengan yang dialami murid. Maka dari itu, patutlah kita jalankan dengan bisa menikmatinya sepenuh hati. Apalagi, bila mendapatkan jam sore menjelang kepulangan. Atau, terpaksa ada jadwal sehari 8 jam, ini kita anggap saja anugerah. Rezeki untuk bersabar.

Beberapa pengalaman menarik yang saya syukuri berikut, menjadi obat penghibur. Ketika membahas cerita fabel, salah satunya watak tokoh. Siang itu jam ke-9 - 10. Awal saya masuk, beberapa murid kelas 7F memainkan raket di dalam kelas. Peringatan untuk selanjutnya, raket saya minta bila masih ada yang memainkan raket. Tiga puluh menit berlalu, ternyata terjadi juga. Pas baru saja saya menyita raket, saya melanjutkan bertanya watak tokoh belalang. Kok ada murid yang menjawab, “Suka mengambil raket.” Saya tertawa kaget kemudian mengambil buku. Bukan untuk memukul, tetapi saya balas kelakuannya dengan bermaksud menggelitik tubuhnya. Bisa-bisanya. “Saya disuruh teman,” ucapnya membela diri.

Lain lagi dengan murid kelas 7G. Di tengah saya mengajar, ada dua murid yang sibuk membicarakan sesuatu. Satu anak sepertinya mengejar jawaban temannya. Ketika saya tegur, tangannya memberi isyarat stop ke saya. Saya kaget dan heran, tapi saya malah ketawa sampai tidak kuat dan sekelas ikut tertawa. Benar-benar aneh, baru kali ini guru menegur murid, malah gurunya disuruh menunggu, sabar dulu, darurat katanya. Syukurlah dia sadar dan langsung minta maaf. 


Satu lagi, di salah satu kelas putri ketika ice breaking, murid sekelas melingkar. Kegiatan berupa tangkap bola kemudian jongkok dan berdiri. Pas satu murid mau jongkok, di belakangnya ada lemari, punggungnya mengenai tepian lemari kayu. Saya tanya sakit tidak. “Pakai nanya,” jawabnya sambal nyengir. Berarti benar-benar sakit. Mendengar jawabannya, sekelas tertawa apalagi saya sambil berucap, lagi-lagi  tidak kita menahan tawa, “Sama guru, kok begitu menjawabnya?” Dia pun meralat dengan mengucapkan maaf. 

Sebenarnya ini fenomena murid yang merasa dekat dengan guru atau sebetulnya sopan santun murid yang terbukti semakin menipis? Meskipun saya tidak ambil pusing, saya berusaha untuk tetap memberikan nasihat dan meluruskan kekurangtepatan sikap mereka.

Nah, kalau yang satu ini murni apresiasi murid kepada gurunya. Kata orang Jawa, “Mak nyes.” Membuat orang yang mendengarnya jadi senang saat saya merogoh tong sampah untuk mengambil botol air mineral. Karena saya mengecek pemilahan sampah di kelas 7 putra ada yang salah masuk, sampah itu saya pindah, “Luar biasa, Ustazah Mien mau mengambil dan memindahkan sampah,” kata Azka kelas 8G yang kebetulan lewat.

Purwokerto, 2 Februari 2024

Tidak ada komentar:

Posting Komentar