Kamis, 30 Juni 2022

Kemecer sejak Kecil

Kamis, 30 Juni 2022
Daerah di Indonesia yang ingin dikunjungi
Itulah tema menulis Kamis Menulis (Kalis) pekan di d grup WA Lagerunal.

Ah, kalau saya ditanya ingin berkunjung ke mana, gampang jawabnya. Namun, sulit direalisasikan. Apakah itu? Saya ingin berkunjung ke daerah Ibu Bapak anggota Lagerunal yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Kesulitan merealisasikan karena kendala waktu dan biaya.  

Pada dasarnya, semua wilayah di Indonesia sangat menarik untuk dikunjungi. Sebagai warga yang cinta tanah air, alangkah bagus bila lebih bangga berwisata ke objek-objek wisata dalam negeri sebelum merasa bangga bisa ke luar negeri. Postingan sebagai ungkapan syukur di berbagai media sosial yang sekarang tinggal klik, akan menjadi promosi murah bagi sanak saudara. Kita sudah termasuk ikut mendukung pariwisata dalam negeri. 

Adapun perkembangan pariwisata dalam negeri akhir-akhir ini sangat menggembirakan dengan bermunculannya objek-objek baru bernuansa alam sebagai omtimalisasi potensi lokal. Ini perlu mendapatkan dukungan dan terbukti antusias warga selalu mendatangi objek-objek baru.
  
Nah, bagaimana dengan keinginan saya? Sejak mengenal novel-novel Ahmad Fuadi, saya jatuh cinta ingin berkunjung ke Tanah Minang. Penulis Negeri 5 Menara itu sukses merayu pembaca dengan deskripsi penggambaran daerah-daerah pedesaana dan pegunungan di Pulau Sumatera yang elok. Namun, jauh sebelumnya, sayang “kemecer” saking kepinginnya bisa berfoto di depan Rumah Gadang. Ya, persis seperti foto yang dishare Pak Supadilah Februari lalu di grup Lagerunal. Selama ini hanya bisa melihat dari gambar dan televisi. Terutama waktu saya kecil, di TVRI sering muncul 2 gadis kecil berambut panjang menyangikan lagu Kambanglah Bungo.

Insyaallah, semoga terwujud. Amin….

Jumat, 24 Juni 2022

Sebuah Memoar Guru Pembelajar

Tidak lama dari pengumuman bahwa saya pemenang undian berhadiah Kalis (Kamis Menulis) Lagerunal 3 Maret 2022, nasib baik menyapa saya. Sebagai pemenang Kalis 10 Maret 2022, buku kedua akan saya terima dari Pak D, nama beken dari Pak Susanto, S. Pd. Beberapa hari kemudian saya berhasil membaca buku beliau. Terima kasih Pak D.

 Selama saya membaca buku beliau, saya tersenyum sendiri karena beberapa pengalaman masa kecil mirip dengan yang saya terima. Beberapa istilah dan perkembangan informasi saya alami juga karena ternyata saya dengan Pak D seumuran. Dari namanya saja ada kemiripan, pakai “Su” yang menunjukkan orang Jawa angkatan dulu. Hehe…, maaf ya Pak D. Namun, nama kita sekelas dengan para presiden, lo. Soekarno, Soeharto, bahkan Pangsar Soedirman. (ejaan lama menggunakan huruf oe sebelum menjadi u). Berikut ulasan singkat buku beliau. 

 Judul: Pijar Lentera Asa 
Penulis: Susanyto, S.Pd. 
Penerbit: Oase Pustaka, Sukoharjo 
Tebal buku: xvi + 172 

 Menjadi guru memang cita-cita Pak D sejak SD. Pantaslah bila sepanjang berkarier, Pak D selalu mencurahkan segenap perhatian, tenaga, dan segalanya. Itulah mengapa perjalanan menjadi guru yang sangat heroik tidak menjadi hambatan baginya. Pengabdian pertama sebagai CPNS di SD N Batu Kucing, Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. 

 Buku ini dimulai dengan Bab I, cerita perjalanan meraih cita-cita, seorang anak murid SD N Srampadan di Kebumen Jawa Tengah sampai sukses melanjutkan kuliah. Bab II menceritakan suka duka menjadi guru di SD terpencil yang minim fasilitas termasuk listruk dan air bersih. Keseruan yang patut difilmkan, perjalanan guru ke SD yang bukan hanya untuk berkunjung, tetapi akan menjadi bagian di dalamnya. Melewati perjalanan darat, disambung dengan perjalanan sungai dengan sekoci, ia nikmati dengan senang hati. 

 Bab III tentang cikal bakal sarjana dari Batu Kucing. Guru dari Jawa ini berhadapan dengan masyarakat yang menganggap tidak perlu sekolah tinggi-tinggi. Tentu menjadi tantangan untuk bisa mengantarkan para siswanya menempuh pendidikan lebih tinggi. Akhirnya perjuangan keras mengangtarkan dibukanya sebuah SMP di daerah tersebut. 

 Adapun Bab IV, sebagai penghujung, Pak D bercerita dari SD terpencil ke SD pelosok. Mencari tantangan baru dan yang jelas menebar kebermanfaatan untuk meningkatkan pendidikan di tempat lain. Pak D mulai menjadi guru di SD N Padang Lalang yang hanya ada tiga ruang kelas di sana. Berlanjut perjalanan membuka SMP baru. Sekolah yang baru berjalan satu tahun, tetapi memiliki kegiatan kewirausahaan yang luar bisa. Setiap siswa laki-laki mengajukan proposal untuk menerima seekor kambing untuk dipelihara di rumah. Mereka merawat dan akan mendapatkan anak-anak kambing bila kelak kambing itu beranak. Kisah ini dituliskan pada halaman 102. 

 Seperti yang dituliskan penulis di kover belakang, bahwa penulis menulis buku untuk mengabadikan momen yang dialami penulis. Maka, benar sekali bahwa buku Pijar Lentera Asa ini sangat lengkap menghadirkan momen perjalanan seorang guru yang mendatangkan cahaya terang di setiap tempat yang disinggahi. Selamat kepada Pak D dan terus berkarya untuk kemajuan pendidikan anak bangsa. Semoga sehat dan sukses selalu bersama istri dan empat Ananda tercinta.

 Kelebihan buku ini dilengkapi dengan foto-foto untuk memudahkan pembaca menikmati alur perjalanan hidup penulis. Selain itu, penulis banyak menyebutkan nama orang-orang yang terlibat dalam sepak terjangnya menjadi guru menunjukkan bahwa penulis orang yang mudah bersosialisai dan cakap menghafal nama, sekaligus terampil mengumpulkan data. Bila mencetak lagi, alangkah bagusnya dibuatkan kover yang lebih terang dan tajam warnanya. 

Anda yang mengenal Pak D, belum lengkap bila belum membaca kisah heroik perjalanan kariernya. Dijamin terinspirasi dan makin bergairah mensyukuri profesi guru. 

 Purwokerto, 9 Juni 2022
Salah satu halaman yang dilengkapi foto-foto

Kamis, 23 Juni 2022

Dicolek Hantu

Budi, Danu, dan beberapa anak laki-laki seumuran SD sangat senang bermain petak umpet. Apalagi, bila malam terang dan tentunya bukan sedang ada ujian sekolah. 

“Ayo, segera humpimpa!” ajak Budi dan 8 anak yang lain segera berdiri melingkar. Tersisa dua anak yaitu Danu dan Rio. Keduanya segera suit. 

“Menang!” teriak Danu sehingga otomatis Rio menjadi kucing.

“Satu, dua, tiga,…sepuluh. Sudah belum?” teriak Rio dengan masih menghadap pohon. Pohon itu sebagai gawangnya. Ia menunggu teman-temannya bersembunyi. Setelah hening, tanda semua sudah bersembunyi. Rio dengan jeli mencari satu per satu temannya.

“Iwan!” teriak Rio sambil berlari menyentuh gawang. “Dani, Rinto,…,” teriak Rio dengan cepat. Matanya jeli menemukan teman-teman dari tempat persembunyiannya. 

Permainan murah meriah itu sering mereka lakukan hampir tiap malam. Kalau malam Minggu, apalagi terang bulan, mereka sampai lupa waktu. Sudah pukul 10.00 masih asyik tidak mengindahkan peringatan dari orang-orang dewasa. Bagi yang mempunyai anak kecil, apalagi bayi, tentu berkumpulnya anak-anak itu menjadi gangguan. Suara hentak kaki mereka membuat tidak nyaman di telinga. 

Halaman dan sekitar rumah Pak Saman menjadi salah satu tempat persembunyian favorit anak-anak. Berhubung di dalam rumah ada bayi, Pak Saman sudah sering mengingatkan. Karena tidak didengarkan, gelagatnya Pak Saman ingin menghentikan mereka, paling tidak mengurangi biar tidak sampai larut malam. 

“Satu, dua, tiga,…sepuluh. Sudah belum?” teriak Danu pada suatu malam. “Sudah belum?” tanya Danu lagi. Hening, tanpa jawaban. Hening juga karena sudah pukul 10.15. Mulailah Danu bergerilya.

Tiba-tiba….
“Hantu…, hantu…! Tolong...!” teriak Iwan berlari ke pusat permainan, dekat gawang. Napasnya ngos-ngosan. Yang lain pun ikut berhamburan keluar. 

“Ada apa, Wan?” tanya Danu. 
"Kenapa, Wan?" tanya yang lain. 

“Pantatku dicolek hantu!” Kali ini tidak ada yang tertawa, semua anak berlari tunggang langgang menuju rumah masing-masing.*
Tema Kamis Menulis: permainan tradisional

Sabtu, 18 Juni 2022

Pameran Lukisan Semarakkan Masa Penerimaan Rapor

Menutup semester II tahun ajaran 2021/2022, peserta didik kelas 8 membuat lukisan di atas kanvas. Proyek dari mata pelajaran seni budaya bab seni lukis ini disambut dengan antusias oleh peserta didik. Terbukti dengan penugasan yang hanya dua sampai empat hari, mereka dapat menghasilkan karya yang membanggakan. 

“Di luar dugaan hasil karya mereka. Gambar sudah sangat luwes mulai dari teknik melukis, perpaduan warna, sampai proporsi gambarnya sudah bagus,” kata Usatazah Apriliana Rahayuningsih, M.Si., guru Seni Budaya. 

Beberapa lukisan pilihan dipamerkan selama dua hari, Jumat - Sabtu, 17 – 18 Juni 2022, sebagai bentuk apresiasi sekolah kepada karya mereka. Pameran yang digelar secara sederhana di lobi sekolah ini pun menambah semarak masa penerimaan rapor. Orang tua yang mengambil rapor menyempatkan untuk melihat-lihat lukisan yang dipamerkan. 

“Lukisan pemandangan alamnya benar-benar bagus dan menarik, terlihat sangat indah. Benda-benda yang dilukis juga identik dengan aslinya di alam nyata,” kata Mama Desya Almira Zahra (7C) memberikan tanggapannya.  Para orang tua yang lukisan anaknya dipamerkan sangat merasa puas dan bangga.* (Mien)

Senin, 13 Juni 2022

Antologi Cerpen Pustakawan Remaja


Tahun 2022 menjadi tahun kedua Pustakawan Remaja SMP Al Irsyad menerbitkan buku antologi cerpen. Setelah pustakawan remaja sebelumnya, tepatnya sebelum pandemi covid 19, menerbitkan buku antologi cerpen berjudul Setitik Cahaya di Langit Senja (Juni 2020).  

Sebanyak sepuluh anak Pustakawan Remaja putri dan sepuluh anak Pustakawan Remaja putra ini berhasil menerbitkan buku berjudul Semesta Bicara Tanpa Kata dengan penerbit SIP Publishing dan tebal buku viii+188. Frida Putri Aliya dan kawan-kawan berhasil menuangkan imajinasi, pengalaman, dan kreativitas berpikirnya ke dalam cerita yang sangat menarik, seru, bahkan menguras emosi pembaca. Buku yang sangat sayang kalau dilewatkan. 

Selain membantu pustakawan sekolah, terutama menjadi daya pancing teman lain berkunjung ke perpustakaan, kini anak-anak kelas 7-8 ini telah merintis menjadi penulis buku. Semoga buku ini semakin memotivasi diri untuk terus berkarya dan memotivasi teman-temannya untuk terus membaca dan menulis buku.  (Mien)

Rabu, 08 Juni 2022

Hadiah Buku Perdana

Kerennya mengikuti grup WA Lagerunal, selain mendapatkan lingkungan yang kondusif untuk memupuk semangat menulis, jadwal kegiatan hariannya supermantap. Salah satunya adalah Kalis atau tantangan Kamis Menulis. Nah, sebagai anggota yang niatnya adalah malu bila tidak berpartisipasi…. Oya, awalnya malu sedikit, lama-lama saya membayangkan akan makin malu bila terlalu jauh ketinggalan. Maka, untuk merawat semangat itu, saya pun mencoba berpartisipasi walaupun tidak serajin yang lain. Nah, yang paling kentara nih, walaupun tulisan saya jauh ketinggalan kualitas dan kuantitasnya. Hehe….

Nah, bonus dari Kalis adalah adanya undian berhadiah. Karena kegiatannya menulis, pantaslah bila hadiahnya buku. Alhamdulillah nama saya muncul saat roda nasib diputar, tepatnya undian untuk Kalis 3 Maret 2022. Saya mendapatkan buku dari salah satu donatur buku, yaitu Ibu Hj. Jawahir. Terima kasih, Ibu. Jazakillah khoiron katsiron. Berikut adalah sedikit informasi tentang buku yang sayaterima. 

Judul: Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran NHT
Penulis: Hj. Jawahir, S. Pd. 
Buku ini mengulas upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran NHT pada sisw sekolah dasar. Numbered Head Together (NHT) adalah model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada tanggung jawab secara individu dan kelompok untuk memahami materi yang dipelajari sehingga siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa. 
Ulasan materi dalam buku ini mudah dipahami dan tepat untuk menambah wawasan para guru.

Terima kasih kepada Ibu Hj. Jawahir, sudah berbagi dengan ilmu yang dibukukan. Semoga Ibu sehat dan sukses selalu.*

Purwokerto, 9 Juni 2022

Minggu, 05 Juni 2022

Salah Kirim


Siang itu toko Rudi tampak ramai pembeli. Pantaslah dia sampai tidak sempat ngopi. Jajanan pasar di meja samping mesin hitung utuh belum tersentuh. Hanya sesekali ia melepas dahaga dengan air putih dari botol. Toko kelontong yang belum terlalu besar di salah satu kios pasar itu menjadisaksi perjuangan Rudi. Ia merintisnya lima tahun lalu, tepatnya dua tahun sebelum menikah. Seorang karyawan yang membantunya tidak kalah sibuk melayani pembeli.

Dini, istri yang dinikahinya adalah seorang karyawan sebuah koperasi. Ia sudah memberikan buah cinta mereka satu anak perempuan kepada Rudi. Di rumah, anak perempuannya bersama Mbah Putri. Rudi sangat mencintai istrinya. Sebenarnya Rudi ingin Dini di rumah saja. Meskipun pulang pergi dengan angkutan umum, Dini bertahan ikut mengais rezeki.

Pukul 14.00 Rudi baru bisa duduk dan menyelesaikan makan siangnya. Terdengar bunyi WA masuk dari HP-nya. “Mas, pulangnya bareng, ya….” Rudi membuka chat dari Dini dan membacanya. Tiba-tiba ada chat lagi di bawahnya yang menyebutkan bahwa chat tadi salah kirim. “Oh, salah kirim,” kata Rudi sambil mengangguk-anggukkan kepala. Seketika ia meletakkan hp, kesedak, dan mata melotot.*

Kamis, 02 Juni 2022

Rumahku Istananya

Rumahku Istananya
Judul di atas tidak biasa, ya? Justru karena kehadirannya, rumahku kini semakin berwarna. Warna butek dan bening. Kadang rapi, kadang amburadul. Kadang harum, tapi seringnya tidak wangi. 

Di belakang sudah cukup luas baginya, tetapi sering  ke ruang keluarga, bahkan ke kamarku. Sebenarnya sudah disiapkan tempat yang baru, tingkat 3 malah. Namun, rupanya tidak membuatnya nyaman. 

Kalau sudah slonjoran di depan tv, rasanya tidak sampai hati kami mengusirnya agar pindah ke belakang. Biarlah mereka yang sudah menjadi bagian hidup kami. Rumahku kini menjadi istananya. Ciman dan Cimong, dua ekor kucing yang kini makin menggemaskan. Setiap saat mereka menjadi penghibur kami.*