Rabu, 16 Februari 2022

Renjana Literasiku


Tema menulis Kamis ini “renjana”. Terkagetnya aku karena baru beberapa hari yang lalu aku menyadari dengan keberadaanku sendiri. Maksudnya? Sabar…. 

Begini ceritanya. Menurut KBBI, renjana berarti rasa hati yang kuat (rindu, cinta kasih, berahi, dan sebagainya). Gairah juga bolehlah, ya? Nah, waktu aku mengisi data untuk keperluan dapodik, mataku terbelalak dengan tulisan “tahun sekian aku pensiun”. 

Berbeda dengan PNS, di Yayasan tempatku mengajar, pensiun SDM lima tahun lebih cepat. Artinya angka 55 tahunku yang tidak lama lagi, pertanda berakhirnya masa kerjaku di Al Irsyad Purwokerto. Tentu itu akan menjadi hari yang indah. Ada gairah menyambutnya dan lebih pada perasaan dan semangat lebih untuk mengisi hari-hari sisaku sampai pada momen itu. Alhamdulillah, sejauh ini aku sudah berpsoses mengajak murid-murid, guru, alumni, bahkan wali murid untuk ikut menulis. Meskipun belum seberapa usahaku, semoga menjadi jalan keberkahan bagi semua. 

 Beberapa hari kemudian, pikiranku terseret pada angka tahun itu. Aku kaitkan dengan minatku menulis. Apa yang akan aku lakukan? Aku tidak ingin momen itu akan berlalu begitu saja. Insyaallah, bila Allah menghendaki, aku ingin ada sesuatu yang berhubungan dengan literasi, khususnya menulis buku. 

 Hehe…, jelas tidak mungkin menyambut masa purnatugas dengan meluncurkan buku solo ke-55. Dari angka 4 menuju 55 sangat jauh, tidak masuk akal. Ini saja, sejak tahun 2019 aku belum menambah buku soloku. 

Bayanganku beralih ke buku antologi. Andai aku ikuti semua tawaran Bu Kanjeng (Bunda Sri Sugiastuti, biasa disebut Ratu Antologi) atau tawaran dari komunitas lain, ini masuk akal. Dari 22 ke 55 masih ada angka 33. Namun, lumayan…, banyak juga, ya? Setidaknya 8 sampai 9 buku antologi dalam setahun. Insyaallah akan aku usahakan sebagai wujud syukurku. 

 Masalah kepuasan, jelas berbeda. Kepuasan menerbitkan buku solo sangat berbeda dengan buku antologi. Benar kata Pak Ahmad Tohari, penulis Ronggeng Dukuh Paruk, atau penulis lain bahwa menerbitkan buku solo itu seperti melahirkan anak. Ada masanya banyak ujian dan cobaan seperti nyidam. Bahkan, ada masa kontraksi dan ketegangan tersendiri. Yang jelas, plong rasanya saat buku kelar, terbit, dan sudah di tangan.
Gambar: google 

 Terus berapa buku solo yang akan aku tulis? 
Insyaallah sampai akhir 2022 bertambah satu. Bismillah.

 Purwokerto, 17 Februari 2022

8 komentar:

  1. Masyaallah, luar biasa, Bu. Salam literasi.

    BalasHapus
  2. Renjana yang super. Semoga 55 buku antologi dan beberapa buku solo dapat tercapai sebelum purnabakti.

    BalasHapus
  3. Dengan renjana menulis insyaallah bisa lebih dari 1 setahun Bunda .. menulis buku solo. Mari kita saling.menguatkan. saya Alhamdulillah sudah jadi 1 buku solo di Februari 2022 ini. Betul memang banyak hambatan di setiap bukunya sebelum.lahir. buku saya ini sejatinya sudah sejak Januari lalu...hanya belum.kepegang lagi malayout sendiri.....tapi akhirnya gool juga

    BalasHapus
  4. Semoga keinginannya dilancarkan dan tercapai... Amiin.
    Sehat selalu Bu

    BalasHapus
  5. Semangat Menjalani masa menjelang pensiun dengan renjana menulis

    BalasHapus
  6. Mantap renjana literasinya. Semoga tercapai harapannya saat purna.

    BalasHapus