Kamis, 03 Februari 2022

Rela Berkorban demi Cinta

Memiliki satu anak memang tidak bisa membanding-bandingkan. Apalagi, anak juga tidak suka dibanding-bandingkan. Kalau membandingkan dengan anak orang lain juga tambah tidak elok. 

Namun, sejak di rumah ada tiga anak kucing dengan induknya, kini aku bisa membandingkan. Sebenarnya tidak sengaja ingin membandingkan, tetapi seiring berjalannya waktu, perbedaan sikap mereka sangat jelas. 
Satu ekor kucing sangat energik. Kalau ada pintu terbuka, dia paling gesit nyelonong pingin keluar. Badannya juga paling subur, bulunya putih lembut, mata kanannya warna biru dan mata kirinya oren. Ciman namanya,  tetapi sepertinya belum hafal dengan namanya atau malah tidak tahu kalau punya nama. Anakku paling suka menggendongnya. 
Satu ekor lagi badannya putih dan ekornya kehitaman, si Cimon. Dia lebih cuek dan tidak suka disentuh. Bahkan, tidak mau bertatapan mata. 
Yang terakhir, si Cimong. Badannya hitam campur putih. Dia paling dekat denganku. Satu-satunya kucing jantan ini tidak berontak disentuh, digendong, juga dielus. Sayangnya, aku belum berani menciumnya walaupun kucing-kucing itu kadang dibawa ke salon. 

Persamaan mereka adalah semua berekor panjang, lincah, dan bersih. Aslinya dulu empat anak, tetapi yang satu ekor mati. Bulunya putih campur abu. Dia satu-satunya yang berekor punthel, ekornya 1/2, seperti ekor induknya. 

Yang paling seru bila Ciman sering nyelonong atau nyerunthul, suami teriak-teriak. Ya, dia tidak suka dan ogah memegang kucing. Apalagi anak ikutan teriak agar kucing-kucing itu tidak kabur. 
Setiap anakku pulang kerja, mereka berjajar antre untuk menerima jatah makan. "Ayo, Anak-anak kumpul...., saatnya makan," kata anakku. Ya, sejak anakku kerja, sebagian uangnya untuk membelikan pakan dan pasir kucing. Bahkan, kemarin membeli pakan kucing sekardus, katanya biar sekalian. Sudah tiga kali juga anak-anak kucing itu grooming. Justru aku yang kadang mengkhawatirkan agar dia bisa mengontrol pengeluaran untuk kucing. Aku bisa membayangkan pengeluaran mereka yang merawat puluhan kucing. 

Inikah cinta? Rela berkorban. 

#Kamis Menulis, 3 Februari 2022
Tema: cinta

12 komentar:

  1. Betul ya Bu cinta tanpa pengorbanan seperti sayur tanpa garam hehee...sukses selalu Bu

    BalasHapus
  2. Memelihara kucing pada dasarnya bisa menumbuhkan kasih sayang di hati pemiliknya. Asal kucingnya tidak galak, atau malah bentuknya kucing hutan atau kucing besar. Hiii...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe... Betul betul... Buktinya kita ngomong ke kucing jg sambil senyum dan halus.

      Hapus
  3. Ya.. untuk cinta kita bisa melakukan hal terbaik termasuk rela mengelyarkn sbgian rijkinkita untuk yg di cintai.
    Cantik kucingnya bunda.. hehe

    BalasHapus
  4. Balasan
    1. Iya, setiap pulang kerja, ada yg ditimang-timang. He.. He...

      Hapus
  5. Benar, Ust. Kucing itu harus dirawat dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Kucingnya Ustadzah lucu-lucu semua :)❤️

    BalasHapus
  6. Luar biasa... Pecinta kucing2, ada hewan peliharaan bisa jadi hiburan yg menyenangkan. Betul sekali kalau ingin kucing2 kita sehat hrs berkorban membeli makanan dll dg kocek yg pantastik. Emak juga memcoba beli makanan wikes dan camilan. Ternyata kucing2 sangat suka. Ttp kantongku bisa kering kerontang ha...

    BalasHapus