Di Kelas Diam, di WAG Diam
Sebulan lebih telah berlangsungnya WFH selama pandemi Covid-19.
Semua kegiatan belajar mengajar berpindah dengan mengandalkan internet. Yang populer
kami gunakan adalah WAG (whatsApp grup), GCR (Google Classroom) dengan
berbagai link-nya, dan GF (Google Form). Alhamdulillah semua berjalan lancar.
Lewat WAG guru dan siswa bisa saling berkomunikasi. Dari pagi
sampai pagi lagi paling efektif dengan WAG, mereka saling sapa dan diskusi ringan.
GCR untuk menyampaikan tugas dan pengumpulan tugas, bahkan guru bisa langsung mengoreksi
dan menilai di sana. Guru bisa menyisipkan gambar, video, atau youtube. Google form untuk pengisian angket
atau pantauan kegiatan harian termasuk ibadah di rumah. Guru laporan pagi dan
sore dengan GF, bahkan finger print diganti dengan timestamp. Memang salah
satu hikmah WFH memaksa siswa dan guru melek IT.
Nah, sedikit yang akan saya bahas di sini adalah sikap siswa
di kelas maya. Di kelas nyata sering guru menjumpai tipe siswa yang ramai,
antusias dalam belajar, atau pendiam. Ternyata tidak jauh berbeda di kelas
maya. Bahkan persis.
Empat kali saya mengundang alumnus dalam WAG, yang aktif
terlibat dalam obrolan adalah anak yang di kelas nyata aktif juga. Keaktivan mereka
memancing obrolan berkembang dan hidup. Narasumber semakin tertantang dan semua
peserta antusias terlibat. Aura semangatnya tidak kalah dengan acara mengundang
langsung dalam sebuah ruangan. Di sini terjadi simbiosis mutualisme.
Sesi petama berlangsung 250 chat obrolan dengan dokter muda.
Namun, siswa-siswa pendiam itu tidak tampak namanya. Bahkan, hanya menunjukkan
jempol atau emoticon pun tidak. Padahal,
judul acara sudah dibuat “Ngobras, Ngobrol Santai”. Aslinya mereka menyimak
obrolan dan mengikuti obrolan.
Ketika ada tugas proyek seperti membuat power point, video,
artikel, atau yang lain, si pendiam pun tidak menyampaikan komentarnya.
Alhamdulillah mereka sanggup menyelesaikan tugasnya. Rupanya mereka tipe The Social Athlete (satu tipe dari 10 lainnya
menurut Popbela.com). Sebenarnya mereka tipe serius, tetapi cenderung diam.
Mereka sangat menyukai ketenangan dan kedamaian. Meski demikian, mereka adalah
orang-orang yang bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dan sangat tertata.
Namun, untuk menjadi pemimpin bagaimana? Ah, saya jadi
terpikir untuk menentukan calon ketua kelas tahun depan atau ketua-ketua
kelompok belajar, setelah survei cara berkomunikasi mereka lewat WAG. Selain pengamatan dari keseharian, kepedulian dalam berkomunukasi juga sangat penting. Bagaimana
menurut Pembaca?*
Purwokerto, 21 April 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar