Selasa, 05 Mei 2020

Duri dan Teflon

*DURI DAN TEFLON*
(Sumintarsih)

_Kring…._
Bunyi panggilan dari hp persis Ayu dan suami mau takbir shalat magrib berjamaah.

“Ga usah diangkat, ya? Jam shalat, kok telepon!” kata suami yg mendengar HP-nya berdering sambil menoleh ke Ayu.

“Iya lah Mas, lanjut shalat aja.”

Setelah selesai shalat belum sempat lanjut tadarus, Ayu dan suami ke luar rumah.
“Ada apa, Dik Sari?” tanya Ayu kepada tetangga depan rumahnya yang tampak sedang ngobrol dengan tetangga samping.

“Ini, Mbakyu. Tadi Pak Anton buru-buru ke rumah sakit mengantar Gian, anaknya.”

“Kenapa Gian, Dik?” tanya Ayu tidak sabar.

“Gian kesedak duri ikan. Tadi nelpon suami Mbakyu katanya tidak diangkat. Minta tolong diantar.”

“Iya, Mbakyu. Untung Pak Toni pas di rumah,” sela Bu Toni.

“Astaghfirullah, tadi bunyi panggilan dari Pak Anton?” tanya suami Ayu. “Lha wong, panggilan persis mau takbir. Ya, saya abaikan. Ya, maaf.”

“Nah, yang Bu Rini beda lagi,” tambah Bu Toni. Bu Rini terciprat minyak persis menjelang azan. Baru saja reda nangisnya.”

“Terciprat minyak sampai menangis,” tanya Ayu heran. "Banyak minyaknya, to?"

“Apinya masuk teflon terus berkobar-kobar. Bu Rini panik malah tumpah dan sebagian minyak mengguyur badan," tambah Bu Toni.

"Ya Allah, ada-ada sj. Wis, yo, Bu Toni, Dik Sari. Mau lanjut ke dalam," pamit Ayu.

“Tuh, Bu. Makanya kalau buka jangan langsung makan berat. Selain perut belum siap, kalau makan terlalu nafsu, bisa kesedak,” sindir suami Ayu sambil masuk rumah.

“Iya, ngerti.”

“Sudah menjelang magrib, saatnya duduk manis sambil berdoa atau mendengarkjan kajian. Sudah setop masaknya,” imbuh suami Ayu layaknya seorang kakek menasihati cucunya.

“Inggih Eyang,” jawab Ayu melirik sambil mengikuti suaminya masuk.*

Purwokerto, 5 Mei 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar