Senin, 05 April 2021

Memaksimalkan Penilaian Performa selama PJJ


Salah satu kompetensi lulusan yang akan dicapai dari peserta didik menurut kurikulum 2013 adalah KI 4 yaitu keterampilan. Ciri khas keterampilan yang diujikan dari pembelajaran bahasa adalah adanya tes performa atau penilaian praktik berbahasa. Dengan penilaian performa, pembelajaran bahasa dikatakan telah memberikan penilaian yang autentik. Misalnya materi teks pidato persuasif kelas 9 SMP. Peserta didik akan dikatakan memenuhi standar kompetensi bila mampu mempraktikkan teks pidato persuasif dalam ragam tulis berupa menyusun teks pidato persuasif dan praktik berpidato. Keduanya harus memenuhi struktur dan kaidah kebahasaan yang ditentukan. 

Ujang Suparman dalam bukunya Penilian dalam Pelajaran Bahasa (2016) mengatakan bahwa tes performa diperlukan agar guru dapat mengungkapkan kemampuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki peserta didik secara menyeluruh. Dalam hal ini bukan semata tes fisik, tetapi juga tes keterampilan mental. 

Namun, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama pandemi covid 19 menjadikan tes performa berbicara tidak maksimal. Praktik berbicara yang biasanya dilakukan di depan kelas, terpaksa diganti dengan hanya mengirimkan video.  

Perbedaan PJJ peserta didik tingkat TK dan SD dibandingkan dengan tingkat SMP atau SMA adalah keterlibatan orang tua. Bagi tingkat TK SD orang tua sangat berperan membantu, minimal mendampingi, sedangkan tingkat SMP SMA peserta didik cenderung mandiri. Selain sudah bisa mandiri, tidak semua peserta didik percaya diri bila dilihat orang lain walaupun anggota keluarga, lrang tua, kakak, atau om tante. Biasanya peserta didik tes performa di dalam kamar, merekam sendiri, kemudian dikirimkan kepada guru. Bila diunggah ke youtube, itu pun tidak untuk dilihat publik. Dengan demikian, penilaian tes performa nyaris tidak bisa maksimal. Jangankan untuk mencapai standar kompetensi, sebagian hanya untuk menggugurkan kewajiban. 

Bagaimana sebaiknya pemberian tes performa dalam penilian pembelajaran khususnya bahasa Indonesia selama PJJ agar mencapai standar kompetensi? 

Dalam hal ini, ada empat hal yang perlu diperhatikan guru dalam penilaian tes performa pembelajaran bahasa Indonesia khususnya praktik berbicara selama PJJ: 1) memodifikasi tugas; 2) meminta peserta didik mempersiapkan tugas bersama keluarga; 3) meminta peserta didik performa di depan penonton; 4) meminta peserta didik memublikasikan video di YouTube untuk dilihat umum.

Memodifikasi Tugas

Guru perlu merancang tes performa dengan modifikasi tugas pengantar. Misalnya melibatkan orang lain dengan berdiskusi tentang tema, menemukan referensi, dan cara menyusun naskah. Kebersamaan dengan anggota keluarga di dalam rumah selama pandemi sangat menguntungkan untuk teman diskusi. Keberanian berdiskusi pun bisa dilatih dengan anggota keluarga. Hal ini sebagai pengganti peserta didik diskusi kelompok di kelas atau konsultasi intensif dengan guru.

Modifikasi tugas di sini termasuk melibatkan orang tua untuk mengamati perkembangan peserta didik. Seberapa jauh peserta didik memahami dan peduli terhadap permasalahan di lingkungan sekitar atau berita terkini. Dengan berdiskusi, selain wawasan bertambah, kedekatan dengan orang tua dan keluarga akan meningkat. Terlebih kemampuan performa yang diujikan. Hal ini senada dengan pendapat psikolog anak dan keluarga, Agustina Twinky Indrawati. Menurutnya, selama PJJ sebaiknya anak tidak melulu mengerjakan tugas di kertas, laptop, atau gawai. Guru bisa memberikan tugas berupa kegiatan interaktif selama di rumah bersama keluarga. (Berita Satu: 15 November 2020)

Meminta Peserta Didik Mempersiapkan Tugas Bersama Keluarga

Guru meminta peserta didik agar tes performa dijadikan proyek keluarga. Setelah merancang bersama keluarga, persiapan praktik juga perlu dibicarakan. Misalnya akan rekamana di mana, siapa yang merekam, menggunakan pakaian yang bagaimana, dan lain-lain. Bila dikerjakan bersama orang dewasa, proyek ini akan lebih bagus hasilnya. 

Latihan sebelum pembuatan video juga perlu. Dengan pendampingan orang tua, latihan yang dilakukan tentu akan sungguh-sungguh. Seandainya kesibukan orang tua menjadi kendala, solusi lain pasti ada. Minimal komunikasi dengan orang tua berjalan lancar.

Adapun dalam pembuatan video, meskipun generasi milenial melek IT, bimbingan dari orang tua masih diperlukan. Mislanya dari praktik public speakingnya atau dari sisi estetika penampilan.

Meminta Peserta Didik Performa di Depan Penonton

Praktik berbicara akan lebih bermakna bila peserta didik berbicara di depan orang lain sebagai pengganti teman dan guru di dalam kelas. Bukankah salah satu tujuan tes performa menurut penjelasan di atas adalah untuk melatih keterampilan mental? Dengan demikian, keberadaan penonton menjadi tantangan bagi peserta didik akan tampil maskimal. 

Kehadiran penonton juga bisa memberikan masukan berupa kritik dan saran. Peserta didik sekaligus belajar mendengarkan kritik dan saran. Bila perlu proyek ini dikemas layaknya acara pemilihan bakat di tv-tv, tentu akan lebih menarik.

Meminta Peserta Didik Memublikasikan Video

Perintah agar mengunggah video ke youtube untuk umum menjadi dorongan kuat bagi peseta didik untuk menampilkan yang terbaik. Video yang diunggah adalah yang terbaik dan sepengetahuan orang tua. Selain itu, peserta didik akan mendapatkan respon langsung dari penonton, minimal dari kenalan dan kerabat dekat. Hal ini biasa dengan pengumpulan respon like atau komentar. 

Dengan menjadikan tes performa sebagai proyek bersama, hasilnya akan lemik maksimal. Hal ini karena orang tua akan memberikan bimbingan, masukan, dan arahan. Tentu saja pihak anak juga siap menerima dan maju bekerja sama.

Berdasarkan uraian di atas, memaksimalkan penilaian performa dalam pembelajaran selama PJJ perlu diuapayakan oleh para guru. Guru perlu mengoptimalkan kreativitasnya dalam memodifikasi tugas. Selain itu, guru perlu melibatkan orang tua atau orang dewasa lainnya di rumah dari perencanaan, pembuatan, sampai publikasi video. Dengan demikian, PJJ bukan menjadi kendala untuk mendapatkan pencapaian kompetensi peserta didik seperti yang diharapkan. *


(Sumintarsih, mengajar di SMP Al Irsyad Purwokerto) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar