Kamis, 03 Maret 2022

Tuan Rumah Beriman

Malam ini saya menulis untuk Kamis Menulis dengan bersenang-senang, seperti pengantar dari Admin pagi tadi di grup Lagerunal, “Silakan menulis untuk bersenang-senang.” Makanya, saya menulis pun sambil menyimak acara Tabah (tanya jawab seputar kebahasaan) siaran langsung di Instagramnya Narabahasa Bersama narasumber Ivan Lanin. Baiklah, berikut tulisan saya malam ini. 

 Sejak tahun 2001, program sekolah home visit sudah diluncurkan. Setiap wali kelas ditarget 100% berkunjung ke rumah siswanya untuk silaturahmi dan diskusi santai dengan orang tua siswa. Selain melaporkan perkembangan siswa di kelas, wali kelas akan menanyakan perkembangan siswa di rumah, misalnya kemandirian siswa dalam melaksanakan ibadah, belajar, atau kegiatan harian lainnya. Bahkan, karena obrolan santai, permasalahan atau informasi penting saya dapatkan untuk mendukung kemajuan siswa. 

 Sepanjang saya menjadi wali kelas, 22 tahun ini, tugas tambahan home visit ini sangat menantang dan menarik untuk dijalankan. Biasanya saya memilih untuk berkunjung ke rumah yang alamatnya dekat dan mudah dijangkau. Kecuali ada siswa yang memerlukan pendekatan khusus karena sedang ada masalah, home visit untuk diskusi dengan orang tua menjadi tujuan mendesak.

 Bagi saya, 100% kunjungan adalah suatu keharusan karena tidak semua wali kelas sanggup 100%. Pertimbangan saya adalah sisi keadilan. Ada alasan apa sebagian siswa tidak dikunjungi? Tentu siswa akan merasa janggal ketika teman yang lain dikunjungi, sedangkan ia tidak. Itulah mengapa, sejauh ini, Alhamdulillah bisa 100%. Untuk alamat jauh di luar kota, ini saya manfaatkan untuk jalan-jalan bersama suami, diantar suami maksud saya. Hehe, masak jauh malah jalan? 

 Nah, beda persoalan tahun ajaran 2000/2021 karena ada pandemi. Alasan saling menjaga dan menghormati, home visit pun tidak terlaksana dengan baik, bahkan tidak ada sepuluh rumah yang saya kunjungi. 

 Belum lama ini saya memanfaatkan hari Ahad untuk home visit. Tidak tanggung-tanggung, tiga rumah sekaligus terkunjungi. Keseruan dalam berkunjung salah satunya saat mencari alamat, walaupun sudah dibantu google map.

 Berhubung situasi masih kurang nyaman, saya dan tuan rumah tetap menjaga prokes, ngobrol dengan bermasker. Sajian penuh beberapa piring di atas meja hanya saya pandang. Saya wakili hanya dengan minum saja. Namun, pulangnya ada tas yang sudah menggantung di motor saya. “Ini ada sedikit jajan untuk anak di rumah,” kata si Tuan Rumah. “Wah, Ibu bikin senang saja,” jawab saya dengan tersenyum.

 Rupanya tuan rumah sedang praktik salah satu hadis riwayat Muslim dan Bukhari, bahwa Rasulullah saw. bersabda: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya.” 

 Purwokerto, 3 Maret 2022

9 komentar:

  1. Semangat buat Ibu Wali Kelas... home visit memang sangat perlu, orang tua siswa akan merasa senang karena anaknya mendapat perhatian dari gurunya... sehingga menumbuhkan kedekatan juga antara orang tua dan guru. Ingat waktu jadi wali kelas dulu home visit naik ke puncak gunung... pulang motor penuh seperti abis panen atau ngeborong: pisang galek, ikan nila, alpukat, gula merah, beras merah.... Berkah🤗🤗

    BalasHapus
  2. Home visit yg sangat melelahkan.Sukses...

    BalasHapus
  3. Home Visit. Bisa saya coba lakukan untuk siswa siswa saya. Sepertinya akan ada keseruan lain jika sudah dicoba.

    Saya juga mau tas yang sudah digantung di motor. Hehehehhehe

    BalasHapus
  4. Ternyata dalam setiap sisi kehidupan selalu ada nilai beriman ya Bu. Sempat sy cari kaitan supervisi dg beriman, ternyata ada pd twistnya. Keren Bu..

    BalasHapus
  5. Wooww luar biasa melakuka home visit disituasi pandemi saat ini, semoga setiap hal yg dilakukan membawa perubahan yang lebih baik

    BalasHapus
  6. Tamu dan tuan rumah yang beriman. Mantap.

    BalasHapus