Yoyon dengan bangga menceritakan masa lalunya. Selepas SMA dia habiskan hari-harinya bersama dua temannya menjajah berbagai transportasi umum. Mereka bermodalkan jaket dan celana jeans sobek bagian lutut dilengkapi rantai yang menggantung di pinggang kanannya. Rambutnya dibuat lebat nyaris sempurna dengan muka memasang seram. Tak berduit, tetapi dengan memelototkan matanya, mereka dengan leluasa pindah dari bus satu ke bus yang lain. Sesekali menyelinap bisa masuk ke kereta api ekonomi.
Bang Yon, panggilan kerennya, semakin dikerubuti anak-anak remaja 13 tahunan yang kebanyakan berkaus dan celana panjang hitam kumal. Di dekat perapatan lampu lalu lintas, Yoyon bernostalgia dan dielu-elukan karena masa kejayaannya dulu. Pengangguran yang tidak pernah kelaparan. Namun, itu tinggal kenangan, zaman sudah berubah. Manajemen transportasi terutama kereta api semakin ketat. Gerak-geriknya selalu diawasi.
Salah satu anak bertanya tentang ide awal yang mendorong Bang Yon berani melakukan semua itu. Sebuah jawaban pun keluar. “Aku terlalu mengidolakan guruku. Setiap berpantun diawali dengan ‘Jalan-jalan’. Sejak saat itu hobiku jalan-jalan. Oya, satu lagi. Lagu favorit sejak TK, lagu naik kereta api, ‘Bolehlah naik dengan percuma’ alias gratis.”
Purwokerto, 2 Desember 2022
Jalan-jalan gratis, ternyata, ada kisah di baliknya
BalasHapusIde spontan Pak.... Hehe....
HapusBu Mien aku ikut jalan jalan gratis
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusAyo.... Hehe...
HapusDibalik jalan-jalan gratis Ada guru Yang mengispirasi. Mantab
BalasHapusBisanya nulis yg pendek...
HapusJadi ingat ke Purwokerto naik kereta api. Bu Mien selamat pagi. Salam sehat
BalasHapusSalam sehat juga, Bunda....
HapusMantap bu Mien. Harus mulai management kata positif nich. Siapa tahu kelak terwujud. Seperti Jalan-jalan ini...
BalasHapusNggih.....
Hapus