Kamis, 12 Oktober 2023

Sang Pembelajar Sejati




Sejak saya mengenal dunia literasi, nama yang satu ini begitu mudah saya jumpai. Di berbagai grup WA komunitas penulis, saya menemukan nama ini lagi, lagi, dan lagi. Ini artinya apa kalau bukan sosok yang satu ini memiliki semangat berliterasi yang sangat tinggi. Bahkan, sekaarang ini beliau anggota sekaligus pengurus RVL (Rumah Virus Literasi), salah satu grup WA yang saya ikuti. Sudah terbayang saya dan Bunda bersilaturahmi lebih dekat. Virus literasnya sangat kentara saya rasakan.

Bunda yang selalu energik ini kelahiran Semarang, 8 April 1961, kini sudah purna tugas. Jabatan terakhir yang diembannya adalah Kepala SMK Tunas Pembangunan 2 Surakarta. Sebelumnya Beliau mengajar di Jakarta hingga tahun 1990. Memasuki masa purna tugas bagi Beliau menjadi semakin leluasa melangkah dalam berkarya. Seperti apa sepak terjangnya dan seiapakah beliau? Yuk, kita menengok sosok Bunda yang satu ini, Sri Sugiastuti, si Ratu Antologi.

Menjadi tim Ulama, Usia Lanjut Masih Aktif, demikian kalimat yang sering diucapkan Bunda, bukan berarti mati gaya atau kehabisan karya. Justru masuk masa purna menjadi kesempatan emas dan semakin merdeka dalam berkarya. Berliterasi semakin leluasa dengan menghasilkan karya dan berbagi ilmu. Jadwal beliau sangat padat dari menjadi pemateri online, offline, menjadi editor, motivator, dan tentu saja menulis. Belum lagi menerima undangan sebagai juri aneka lomba menulis dan berbicara, serta aktivitas di organisasi lainnya, seperti Pengurus PGRI Surakarta, Jawa Tengah.

Bahkan bagi Bunda, kesempatan bersilaturahmi dan menyalurkan hobi travellingnya menjadi semakin leluasa. Termasuk menyalurkan kesibukan mengikuti even-even kepenulisan. Salah satunya kopdar atau kopi darat yang baru saja saya ikuti bersama beliau, Kopdar 2 RVL di Jogjakarta Juni lalu. Hanya berjarak sepekan, Bunda sudah bergabung dengan kopdar komunitas lainnya. Bunda memiliki stamina yang bagus bisa menjalankan kegiatan sepadat ini.

 

Kehadiran Pak Kanjeng, suami Bunda menjadi penguat dan pendorong langkah Bunda. Bahkan, untuk kegiatan keluar kota, tidak jarang Bunda disertai Pak Kanjeng. Tentulah sebuah dukungan yang luar biasa. Terbayang pula kesibukan Bunda di rumah ketika harus berlama-lama di depan laptopnya dan Pak Kanjeng merestuinya.

Urusan silaturahmi, tanyakan kepada Bunda sebagai ahlinya. Dari Sabang sampai Merauke, sudah banyak saudara dan teman yang Beliau kunjungi. Bahkan beberapa waktu sebelum Kopdar 2 RVL, Bunda Kanjeng sudah sempat bertandang ke Makassar, tempat kediaman Bunda Telly atau Bu Deswatia Astuty.

Hal yang membuat saya tersanjung adalah ketika Bunda singgah ke sekolah saya. Bunda Kanjeng itu artisnya literasi, mau-maunya mampir menemui saya saat ada keperluan di Purwokerto. Ya, saya, orang yang baru belajar menulis. Namun, bagi Bunda, silaturahmi adalah hal yang tentu akan selalu diusahakan. Alhamdulillah Allah memudahkan kaki Bunda untuk melangkah di setiap tempat yang Beliau kunjungi.  Di situ ada teman dan sahabat literasi, Beliau akan bersilaturahmi.

Kekaguman yang utama akan sosok Bunda Kanjeng adalah semangat belajarnya yang luar biasa. Beliau sosok pembelajar sejati. Dalam KBBI, pembelajar berarti orang yang mempelajari. Ketika mendapatkan ilmu baru tentang genre menulis, waktu itu tentang Puisi 2.0. Puisi dengan panjang maksimal 20 kata. Kami mendapatkan ilmunya dari Pak Haryanto dalam waktu yang sama di kelas RVL. Saya masih mikir dan timbang-timbang kerena kesulitan menemukan ide apalagi menulis. Bunda langsung mengumpulkan satu demi satu puisi sehingga menjadi naskah satu buku dan langsung terbit.

Bagi Bunda urusan menulis seperti sudah tidak perlu mikir, langsung jadi saja. Sebagai buktinya karya buku solo tidak kurang dari 17 judul. Adapun buku antologi, sudah takterhitung jumlahnya. Apalagi dengan julukan yang disandangnya. Bunda sangat produktif mengorganisasi terbitnya buku antologi bersama teman-teman lain sebagai kuratornya.


Tulisan ini dimuat dalam buku antologi 14 penulis: Teman yang Unik 

7 komentar:

  1. Saya sudah menikmati tulisan ini. Boleh izin saya tulis juga ya sosok teman yang unik lainnya.

    BalasHapus
  2. Tidak mati gaya dalam menulis bahkan lebih kreatif. Saya setuju dengan kalimat ini. Satu di antara para suhu yang menjadi guru dalam berliterasi. Guru dalam menumbuhkan rasa percaya diri. Karena, menulis itu kegiatan produktif yang harus ditunjukkan hasilnya kepada pembaca. Jika rendah diri, tak mungkin terjadi publikasi.

    BalasHapus