Minggu, 16 Mei 2021

Kembali ke Alam dengan Memanjat Pohon

Zidan, ayo ikut ayah!” ajak Ayah Zidan sambil berlari ke kebun belakang rumah. Rumah besar dengan halaman depan dan belakang yang luas juga. Tepatnya kebun belakang rumah. Tempat yang dulu biasa dipakai Ayah Zidan menghabiskan hari-hari bersama teman-temannya. Liburan tahun ini, ayah mengajak Zidan ke rumah kakek Zidan. 

“Ke mana, Ayah?” tanya Zidan.

“Ayo, ikut aja!” Sambil berlari kecil, Ayah Zidan menggandeng tangan Zidan.
Tepat di depan pohon jambu biji, Ayah Zidan melepas gandengan tangannya. Ayah Zidan memanjat pohon jambu dengan lincahnya. Pada pijakan cabang keempat, dia berhenti lalu memetik sebuah jambu yang setengah matang. Ia bersandar pada cabang yang tegak, mengelap buah itu dan menggigitnya.

“Hem, enak. Seger dan manis,” sambil menunjukkan jambu yang sudah digigitnya.

Tanpa diperintah, Zidan spontan berusaha memanjat pohon. Meskipun agak kerepotan, Zidan sampai pada cabang di atas ayahnya  bersandar. Ia pun ikut memetik jambu.

“Keras, Ayah. Jambunya belum matang,” keluh Zidan.

“Inilah serunya makan buah di pohon. Zidan, gigimu jangan dimanja dengan makanan yang selalu matang dan enak. Dengan menggigit jambu yang agak keras, gigimu jadi kuat. Makan jambu belum manis, tidak mengapa.”

“Kalau nemu yang manis, jadi puas, ya Yah?”

“Nah, itu kamu paham,” puji ayah.
Setelah asyik ngobrol sambil makan jambu, perlahan ayah turun diikuti Zidan.
“Ayah, semut….”

“Jangan panik, turun pelan, hati-hati!”

“Ha…. Ada ulat, Ayah! Belum hilang Zidan ketakutan karena semut, ia dikagetkan dengan seekor ulat yang hanya sebesar kelingkingnya.

“Ulatnya ga bakal ngejar kamu, Zidan.”

“Kaget, Yah….”

Badan Zidan yang agak gembul itu pun sampai di tanah. Ia segera mendekap ayah. Badannya masih dingin dan keringatan.

“Zidan takut? Kapok manjat pohon lagi gak?”

“Besok manjat pohon yang lain, ya Yah. Sama Ayah.” Kedua anak dan ayah itu tos tangan.  

“Besok kita membuat rumah pohon, bagaimana?”

“Asyik….” jawab Zidan sambil mendekap erat badan ayah.

Ayah Bunda, anak-anak dulu senang sekali memanjat pohon, berbeda sekali dengan anak-anak sekarang. Apa bedanya memanjat pohon dengan memanjat sarana olahraga atau fasilitas-fasilitas dalam outbond? Jelas berbeda.

Saat memanjat pohon, anak-anak akan menikmati segarnya buah sambil merasakan embusan angin di ketinggian pohon. Di atas pohon mereka akan memandang ke sekeliling secara alami. Memanjat pohon sekaligus sebagai sarana hiburan yang praktis dan  ekonomis

Selain itu, rintangan yang mereka hadapi di atas pohon tidak dijumpai di fasilitas modern. Apa saja? Mereka akan menjumpai ulat, semut, atau hewan lainnya di atas pohon. Saat itulah mereka akan mengelola emosi dan keseimbangan badannya. Mustahil mereka akan langsung menghindar dan segera menginjak tanah. Bahkan gatalnya badan setelah memanjat pohon pun bagian dari belajar dengan alam.

Ayah Bunda, mengenalkan anak dengan kegiatan memanjat pohon serta kembali ke alam bisa menjadi alternatif membatasi atau mengurangi anak bermain dengan gawainya.

Purwokerto, 16 Mei 2021


*gambar: google

6 komentar:

  1. Kerenn๐Ÿ‘๐Ÿ‘ Anak jaman sekarang memang kurang interaksi dengan alam

    BalasHapus
  2. Anak sekarang sukanya main hp,,jd jarang sekali bermain dg alam sekitar,,dan anak sekarang jg bnyk yg g berani manjat pohon ๐Ÿ˜€

    BalasHapus
  3. Disekitar rumah jarang ada pohon tuk dipanjat dan diambil buahnya. Hampir semua buah sdh tersedia di toko tanpa harus memanjat pohon.
    Ditampah jasa mesin juice, yang akhirnya berkontribusi gigi anak TDK setangguh orang dulu๐Ÿ˜.

    Cerita yg mengingatkan saat kecil diera 80-an

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali. Semua yg diperlukan anak sekarang sdh ada. Anak dulu kurang bahan jadi harus mencari. Hehe....

      Hapus