Senin, 01 November 2021

Sudah Amankah Digital Space Anak Didik Kita?

RESUME    GMLD
GURU MOTIVATOR LITERASI DIGITAL
Pertemuan I
Tanggal : 01 November 2021
Tema : Membangun Digital Space yang Aman bagi Anak
Narasumber : Wijaya Kusumah, S.Pd., M.Pd.
Sekjen Ikatan Guru TIK PGRI, Founder kelas menulis dan bicara PGRI, pengajar di SMP Lalbschool Jakarta.
Moderator : Dail Ma’ruf, M.Pd.

Beretika dalam interaksi digital perlu dilakukan secara bijak.  Apalagi bagi kalangan pelajar Indonesia. Secara kemampuan menyesuaikan diri dengan dunia digital, mereka tidak menjumpai kendala. Namun, kehadiran guru masih  perlu dioptimalkan dalam menggali potensi  mereka tanpa meninggalkan etika.

Dalam era digitalsiasi, jari jemari memegang peran penting. Untuk itu, manfaatkan jari jemari kita untuk berbagi, berkolarborasi, belajar digital, menciptakan informasi, memerangi hoaks, dan menghindari mudah terpancing. Semua ini kita perlukan agar kita nyaman dan aman dalam bermedia sosial. 

Adapun makna etika adalah suatu sikap seperti sopan santun atau aturan yang mengatur hubungan antara kelompok manusia yang beradap dalam pergaulan. Empat prinsip etika adalah kesadaran, kebajikan, kejujuran, dan tanggung jawab. Berdasarkan sebuah sumber, indeks kesantunan dari microsoif, Indonesia berada di nomor 29 dari 32 negara. Hal ini tentu menjadi keprihatinan kita. 

Menyikapi hal itu, guru perlu membangun tempat yang aman bagi siswa (digital space) karena guru mengawasi mereka. Di sisi lain, guru bisa menggali potensi siswa dalam kegiatan digital. Salah satu yang bisa dilakukan adalah guru dan siswa membuat blog. Guru bisa menyampaikan materi, mengajak siswa diskusi dan memberikan penugasan melalui blog. 

Menulis setiap hari dan mengunggah dalam blog adalah salah satu cara membukukan etika digital. Hal ini akan mengantarkan guru semakin kritis bermedia digital. Modul cakap digital untuk membangun space digital juga bisa dipelajari sesuai fase siswa. Demikian juga, modul materi  lainnya. 

Omjay, panggilan akrab pembicaraan, mengajak dan bermimpi ada sejuta  guru ngeblog dan menulis di blog untuk memanfaatkan teknologi untuk mengajar.  Sudah saatnya  guru-guru Indonesia smart living di tengah dunia digital. Guru perlu mengikuti berbagai pelatihan untuk pengembangan diri.  

Mengapa pihak sekolah perlu meningkatkan perhatian kepada anak-anak dalam berdigital? Hal ini karena pengaruhnya yang tidak boleh dianggap sepele.  Ketidaktahuan dan ketidakmampuan anak dalam  menggunakan media digital dengan baik dan benar, membuat mereka menjadi korban kejahatan media digital. Bahkan, banyak juga orang dewasa yang menjadi korban juga. Oleh karena iktu, kita harus mulai belajar di media digital. Sumber:  website https://literasidigital.id

Dalam menggunakan media digital sebaiknya kita mulai bersikap  1) Smart, tidak menyebarkan informasi sensitif seperti  nomor telepon, passport/KTP, password, dan alamat rumah; 2) Alert, jangan mudah percaya dengan hal yang tidak masuk akal, jauhi phising dengan tidak meng-klik link sembarangan; 3)Strong, gunakan password yang sulit agar tidak mudah diretas baik untuk akun maupun gawai, biasakan menggunakan two step authentication; 3) Kind, sadari aktivitas online yang kita lakukan, untuk mencegah terbentuknya rekam jejak yang membuat kita rawan jadi target kejahatan digital; 4) Brave, mengenali dan mencegah bentuk-bentuk kejahatan di ruang digital.

Diselenggarakannya GMLD (Guru Motivator Lkterasi Digital) ini untuk membantu para guru dalam meningkatkan kepedulian terhadap bahaya yang dapat mengancam anak-anak kita. Tentu hal ini sebagai dukungan kepada kominfo yang juga telah melaksanakan berbagai webinar literasi digital. 

Selain itu, keluarga juga perlu menerapkan pendidikan yang mendukung kecakapan siswa dalam berdigital. Orang tua perlu membangun pohon pendidikan, yaitu: berakar moral dan agama, berbatang ilmu pengetahuan, beranting amal perbuatan, berdaun tali silaturahmi, dan berbuah kebahagiaan. 

Jadi, bagaimana membangun digital space yang aman bagi anak? Yang perlu kita lakukan adalah 1) mengajak anak untuk memahami perkembangan dunia digital, 2) memahami anak dan dunia digital, 3) memahami risiko kejahatan siber pada anak, dan 4) memahami cara aman dan nyaman berinternet bersama keluarga.  

Sebagai simpulan menghadapi , orang tua harus sebagai rule model, mendampingi anak saat mengakses internet, membatasi waktu atau durasi penggunaan gadget, mendiskusikan tentang risiko atau dampak buruk dari penggunaan gadget yang berlebihan, mengatasi  risiko kejahatan ruang digital dengan kecakapan literasi digital, mengajak anak lebih cermat dan bijak dalam ruang digital.


Web Rujukan Digital Parenting
• literasidigital.id (kumpulan buku, video, infografis tentang literasi digital 
yang dapat di unduh secara gratis)
• Smartschoolonline.id (program edukasi terkait pemanfaatan internet yang 
sehat)
• Sahabatkeluarga.kemendikbud.go.id (artikel, modu, video terkait isu
parenting)
• fosi.org (beragam panduan dan tools pengembangan digital parenting
• beinternetawesome.withgoogle.com
---
Selengkapnya tentang Narasumber:
Wijaya Kusumah, S.Pd., M.Pd.
Teacher, Trainer, Writer, Motivator, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, Simposium, Workshop PTK dan TIK, Edupreneurship, Pendidikan Karakter Bangsa, Konsultan manajemen pendidikan, serta Praktisi ICT. Sering diundang di berbagai Seminar, Simposium, dan Workshop sebagai Pembicara/Narasumber di tingkat Nasional. Dirinya telah berkeliling hampir penjuru nusantara, karena menulis. Semua perjalanan itu ia selalu tuliskan di http://kompasiana.com/wijayalabs.

1 komentar:

  1. Bagus Artikelnya, memangomemang tua berperan besar dalam pendampingan anak2 dalam komunikasi digital

    BalasHapus