Selasa, 23 Maret 2021

Ikut Pulang ke Desa



Sari, seorang ibu muda dengan satu anak putri bernama Ika. Anaknya yang baru 7 tahun itu sehari-hari ditinggal kerja dan di rumah dengan Mbak Tur, pengasuhnya.

“Ayam kentakinya enak,” kata Ika memuji.

“Kamu suka, ya? Pantesan, makannya lahap,” kata Mbak Tur.

“Besok bikin lagi, ya Mbak,” pinta Ika. Begitu kalau Ika cocok dengan menu makan di rumah. Dia akan minta lagi. 

Lain waktu saat makan malam.

“Mbak, bakwan jagungnya tambah,” kata Ika.

“Iya, nih masih banyak.”

“Mbak Tur pinter masak,” sanjung Ika. Anak kacil ini pintar menghargai karya orang. 

Selain pintar memasak, Mbak Tur baik dan sayang kepada Ika. Dia tidak pernah main kasar apalagi saat orang tua Ika tidak di rumah. Perlakuan kepada Ika sama baiknya.  Ditambah dia rajin salat lima waktu. Hal ini menambah kenyamanan Sari menitipkan anak kepadanya. 

Waktu itu belum ada tempat penitipan anak. Para ibu yang bekerja banyak yang kesulitan ketika kehilangan asisten rumah tangga. Tidak mudah mendapatkan. Terutama yang masih memiliki anak kecil.

“Bu, besok Jumat siang saya mau pulang ke desa. Sudah dua bulan tidak pulang,” kata Mbak Tur.

“Ika ikut,” teriak Ika sambil mendekat manja ke tubuh Mbak Tur.

“Ayo, beneran?” tanya Mba Tur sambil memeluk Ika. “Mumpung libur sekolah, yuk!” waktu itu, Ika kelas 2 SD. 

“Ah, tidak usah ikut. Ika di rumah saja dengan Ibu,’’ cegah Sari. Namun, rupanya Ika bersikukuh ingin ikut. 

“Apa tidak merepotkan, Mbak?” kata Sari ragu. 

“Tidak, Bu. Pasti Ika senang, di sana banyak anak kecil. Ika bisa bermain bersama. Kita main di sungai, ya Dik,” rayu Mbak Tur agar Ika benar mau ikut. 

Setelah Sari mendiskusikan dengan suami, yang waktu itu kerja di luar kota, Ika pun boleh ikut Mbak Tur mudik. Ika tampak semangat sekali diajak ke desa di Banjarnegara.

Semalaman Sari resah, sulit tidur. Terpikir terus dengan keadaan Ika. Walaupun dalam hati Sari mengatakan Ika baik-baik saja. Dia jarang menangis dan tergolong tidak rewel. Apalagi Ika cocok dengan Mbak Tur, pasti dia nyaman.

Sari di rumah tidak memiliki alat komunikasi ditambah belum ada hp seperti sekarang. Kalaupun Sari ke wartel, warung telekomunikasi, alamat tujuan yang tidak ada pesawat teleponnya. Terpaksa, Sari hanya pasrah menunggu kedatangan mereka berdua kembali lagi ke Purwokerto.

“Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Biarkan Ika bisa liburan dengan tenang di desa,” kata suami, yang baru pulang dari luar kota, menghibur. 

Semalam sudah berlalu. Mbak Tur pamit tiga malam. Artinya, masih dua malam yang harus Sari lewati tanpa Ika di rumah. Rasanya lama dan semakin membuatnya resah.

“Minggu sore, dari kejauhan suara Ika semakin mendekat rumah.

“Assalamualaikum,” sapanya sambil masuk rumah. Melihat kedatangannya dengan tersenyum, Sari lega. Di belakangnya Mbak Tur membawa tas dan wajah ceria juga. Semangat kembali bekerja meninggalkan anak dan suaminya di desa. Dalam hati, Sari merasa kasihan juga kepadanya.

“Bu, Ika diajak Mbak Tur main di sungai. Airnya bening, banyak batu-batu besarnya. Anak-anak di sana mandi dan bermain. Senang sekali, Bu,” katanya penuh ekspresi.

“Tidak bahaya, Mbak?” tanya Sari.

“Tidak lah, Bu. Anak-anak sudah biasa. Ika cuma main di pingir, kok.”

“Bu, Ika diajak nonton pertandingan tinju di lapangan.”

“Pertandingan tinju?” tanya Sari heran.

“Iya. Ramai, ya Dik? Banyak yang menonton. Pada ingin seperti Chris John. Chris John kan dari Banjarnegara, Bu.”

“O, iya,” kata Sari.

“Ika dibelikan mainan dan jajan, Bu.”

Sepanjang sore sampai malam, Ika bercerita tentang pengalamannya di desa.  Rupanya menjadi pengalaman yang berkesan baginya.

“Tapi tadi malam Ika menangis, minta pulang. Hehe….”

“Kangen Ibu, ya Dik?” tambah Mbak Tur.

“Maklum, ya Nak. Lama perginya. Ibu juga kangen Ika,” hibur Sari.


Sari tersenyum senang mendengar ceritanya. Semoga keputusannya dengan suami benar, mengizinkan anaknya dalam sejenak bersama orang lain. Memberikan kesempatan kepadanya untuk mendapatkan pengalaman baru. Toh selama ini memang sudah sering ditinggal kerja. Dengan bermalam di rumah orang lain dan bersama orang lain, mengajarkan dia untuk melihat perbedaan. Pebedaan keadaan, lingkungan, dan pergaulan tentunya.

Rupanya main ke desa bisa menjadi alternatif mengisi liburan anak yang praktis dan menyenangkan bagi anak.  


Purwokerto, 23 Maret 2021


Foto: google

1 komentar: