Senin, 29 Maret 2021

Bocoran Informasi dari Allah


Ahad pagi, jauh sebelum pandemi. Aku bersama anak gadisku melihat-lihat pakaian di pasar car free day, tepatnya di Gor Satria. Pas melihat baju anak-anak, ibu penjual berucap. “Silakan, Bu. Bagus untuk cucunya.” Seketika senyumku memudar. Seakan berontak ketika orang tersirat menyebutku sudah tua. Padahal, ia tidak bisa melihat rambut putihku. Mungkin aku memang sudah layak dipanggil eyang putri.

Kalau dipikir-pikir, mengapa mesti protes? Bukan masalah penjual yang tidak bisa menyenangkan hati calon pembeli, misalnya dia cukup mengucapkan baju untuk anak atau keponakan.  Namun, bukankah setiap orang akan menuju tua? Bahkan, bukankah dalam fisik kita Allah sudah mengirimkan tanda-tanda itu? 

Ya, tanda-tanda itu, pesan dari Allah, adalah bocoran informasi akan datangnya kematian. Suatu tahapan yang tidak seorang pun bisa menghindar. Coba kita perhatikan perubahan fisik manusia menuju tua. Sebagian rambut mulai memutih; mata sudah tidak sempurna melihat; daya ingat berkurang; pendengaran menurun. Apalagi, punggung, pinggang, tangan, dan kaki mulai sering minta istirahat.

Dari sumber yang aku baca, Allah menyampaikan pesa dahsyat dari tanda-tanda itu. Beberapa penjelasan terkait usia manusia dalam Al-Quran di antaranya 1) semakin lemah tangan menggenggam karena Allah sedang mendidik kita agar melepaskan cinta dunia. (Qs.Hud : 15-16); 2) semakin kabur mata kita karena Allah sedang mencerahkan mata hati untuk melihat Akhirat. (Qs.Al-Isra : 72); 3) semakin gugur gigi-gigi kita karena Allah sedang mengingatkan bahwa suatu hari kita akan gugur ke dalam tanah selamanya. (Qs.Ali Imran : 145); 4) semakin ditarik nikmat kekuatan tulang dan sendi kita karena Allah sedang mengingatkan bahwa tak lama lagi nyawanya akan diambil. (Qs.An-Nisa : 78); 5) semakin putih rambut kita karena Allah sedang ingatkan kain kafan yang putih. (Qs.Ali Imran : 185).

Tidak lain kita hanyalah menerima tahapan ini dengan tetap menjalani kehidupan secara positif. Menambah bekal ibadah menuju kampung akhirat dan menambah karya atau berbagi dengan sesama mumpung masih ada kesempatan.

Jadi, tidak perlu kita menghitung berapa jumlah uban di kepala. Mumpung masih diberi waktu, yuk lakukan semua kegiatan yang terbaik.


Purwokerto, 29 Maret 2021

3 komentar:

  1. Bagus sekali tulisannya Bu. Pesan tulisan untuk menjadi yang terbaik mumpung masih sehat . Terima kasih nasehatnya

    BalasHapus