Rabu, 01 Desember 2021

Menjelajahi Alam Digital yang Luas

RESUME    GMLD
GURU MOTIVATOR LITERASI DIGITAL
Pertemuan XIV (Grup WA)
Hari, Tanggal : Rabu, 1 Desember 2021
Tema : Menjelajah Alam Digital yang Luas
Narasumber : Maesaroh, M.Pd.
Moderator : Miss Phia

Narasumber
Maesaroh, M. Pd. Beliau mengajar di SMPN I Lebakgendong, Banten. Kelahiran Lebak, 26 November 1989 ini sudah menghasilkan 8 buku solo dan antologi, aktif di berbagaiorganisasi, dan sudah beberapa kali menjadi narasumber. Moto hidupnya “Menulislahuntukhidup seribu tahun”. 
Biodata selengkapnya di  https://maydearly.blogspot.com/2021/07/biodata.html

Materi
Narasumber, Bu Maesaroh,  memancing peserta dengan menyebutkan istilah Ngebolang di dumay (dunia maya). Bu Maesaroh menyindir bahwa semua peserta punya label Sibolang Dumay. Jangankan kita sebagai seorang guru, bahkan anak2 didik kita, mereka ada yang jadi selebgram, seleb tiktok, serta seleb fb. Karena apa? Karena pengaruh dunia digital begitu luas.

Namun, tanpa kita sadari, dari sekian aplikasi dunia maya yang mereka gunakan, terkadang hanya membawa mereka terjerumus pada pergaulan yang salah. Mereka bisa gaul, tetapi tidak berliterasi sehingga mereka gampang menjadi penyebar informasi hoak.

Oleh karena itu, narasumber ingin memberikan penekanan literasi pada alam digital. Tepatnya literasi di media digital.
Untuk mengembangkan budaya literasi genarasi penerus bangsa, diperlukan kecakapan dalam menggunakan media digital dengan beretika dan bertanggung jawab agar mendapatkan informasi yang akurat dan akuntabel. Cerdas bermedia sosial berarti cerdas berliterasi. Perlu edukasi yang massif dalam menggerakkan literasi digital agar setiap individu dapat dengan mudah memahami informasi dengan benar.
4 pilar/ dasar
dalam memahami literasi digital.
1. Digital Culture cakap  bermedia digital dengan memanfaatkan media digital sebagai alat untuk menghubungkan satu koneksi menuju seluruh dunia
2. Digital Safety cakap dalam melindungi diri dan aset digital ketika sedang berada di dunia digita.
3. Digital Ethics etis dalam menggunakan dunia digital dengan tidak mengalahgunakan alat digital sebagai penyebar informasi hoaks
4. Digital Skill cakap secara tehnologi dalam menggunakan piranti digital sebagai alat untuk meng up grade pengetahuan. Adapun kecakapan dalam hal ini perlu meliputi 8 kecakapan diantaranya : Cakap dalam memakai ilmu Coding, Collaboration, Cloud software, Word Processing software, Screen Casting, Personal digital archiving, Information Evaluation, Use of social media. 
Menjelajah alam digital/alam maya adalah sebuah alam yang memberi koneksi antara satu individu dengan individu lainnya (jauh menjadi dekat) lewat kecanggihan sebuah teknologi. Aaplikasi sosmed yang kerap digunakan berupa WA, IG, FB, Twitter serta perangkat google dengan segala produknya.
Sebagian besar anak didik kita sudah menggunakan piranti digital. Mereka sangat pandai bergaul di dunia maya. Tak jarang ketika gurunya belum mengerti sebuah aplikasi, tetapi anak muridnya sudah mahir menggunakan medsos. Itulah sebabnya mengapa begitu penting bagi kita untuk menggaungkan literasi digital terhadap anak didik kita ataupun masyarakat di lingkungan kita. 

Tidak sedikit dari siswa kita yang terkadang salah kaprah dalam penggunaan media sosia. Pemahaman yang cukup mengenai dunia digital bagi kalangan anak muda dan keterbukaan informasi di media sosial yang memberikan dampak negatif penggunaan media sosial seringkali dialami oleh anak muda hususnya para pelajar.

Usia muda atau remaja berasal dari kata adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolesence mempunyai arti yang lebih luas lagi, yaitu mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Usia remaja adalah masa peralihn dari kanak-kanak menuju dewasa yang dialaminya dalam tiga tingkatan yaitu praremaja 10-12 tahun, remaja awal 13- 16 tahun dan remaja akhir 17-21 tahun.

Dalam menyongsong abad 21 di mana adanya implementasi pembelajaran melalui mesin (komputasi) segala informasi tersedia dengan luas, dimana saja dan kapan saja. Maka, digital literasi menjadi penting untuk membangun pendidikan yang berintergrasi pada  pergeseran pembangunan pendidikan ke arah ICT, sebagai salah satu strategi manajemen pendidikan 21 yang di dalamnya meliputi tata kelola kelembagaan, dan sumber daya masunia. Untuk itu,  edukasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam meningkatkan budaya cerdas ber-literasi agar para generasi penerus bangsa mampu menyarig  informasi  dengan baik yang beredar dari media sosial.

Pemahaman literasi digital yang buruk akan berpengaruh pada dampak psikologis anak dan remaja yang cenderung menghina orang lain, menimbulkan sikap iri terhadap orang lain, mengakibatkan depresi, terbawa arus suasana hati terhadap komentar negatif, serta terbiasa berbicara dengan bahasa kurang sopan. Atas dasar pandangan tersebut, hal inilah yang menyebabkan dampak buruk dalam berinteraksi. 
Apabila penggunaan piranti digital terlampau tinggi, maka mereka akan cenderung mengalami Digital Fatigue. 

Ciri-ciri Digital Fatigue
1) Perasaan lelah, bosan, malas, dengan berbagai kegiatan digital seperti zoom meeting, webinar, media sosial, dan berbagai platform digital lain.
2) Mata terasa sakit, lelah, dan perih.
3) sakit kepala dan migrain
4) Nyeri otot leher, bahu, atau panggung.
5) Sensitif terhadap cahaya
6) Gangguan pada fokus, konsentrasi, dan memori
7) Merasa putus asa dan tidak berdaya.
8) Kewalahan menghadapi situasi yang berulang.
9) Badan terasa lemah, lesu, tidak bertenaga, dan malas bergerak.
10) Muncul perilaku yang aneh dan tidak wajar.
Seorang guru perlu menjadi stakeholder dalam pengembangan literasi media karena media merupakan alam maya yang mampu membawa kita terhubung pada dunia yang lebih luas

5 Kecakaoan yang perlu dikuasiadalam beeliterasi media 
(Bagi pelajar dan semua kalangan)
Mungkin ini juga bagian dari Mind Block di dunia digital.
1) Photo visual literacy: Kemampuan untuk membaca dan menyimpulkan informasi dari visual.
2) Reproduksi literacy: Kemampuan untuk menggunakan teknologi digital untuk menciptakan karya baru dari pekerjaan.
3) Percabangan literacy: Kemampuan untuk berhasil menavigasi di media non-linear dari ruang digital.
4) Informasi literacy: Kemampuan untuk mencari, menemukan, menilai dan mengevaluasi secara kritis informasi yang di temukan di web.
5) Sosio-emosional literacy: Kemampuan yang mengacu pada aspek-aspek sosial dan emosional yang hadir secara online, apakah itu mungkin melalui sosialisasi, dan berkolaborasi, atau hanya mengkonsumsi konten.

8 Elemem eaensial 
Untuk mengembangkan literasi digital: 
1) Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks pengguna digital.
2) Kognitif, yaitu daya pikir menilai konten.
3) Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual.
4) Komunikatif, yaitu memahami kinerja dan jejaring komunikasi di dunia digital.
5) Kepercayaan diri yang bertanggungjawab.
6) Kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru.
7) Krisis dalam menyikapi konten.
8) Bertanggungjawab secara sosial.
Delapan  elemen esensial di atas perlu kita kembangkan dalam bermedia digital yang baik. 
Sadar atau tidak, kita adalah bagian dari dunia. Alam maya membawa kita terbang dari satu tempat ke tempat lain, dari satu negara menuju negara lain.
5 Cara menliterasi Media Sosial
1) Perhatian 
Kemampuan untuk mengidentifikasi ketika dibutuhkan fokus perhatian dan mengenali ketika multitasking bermanfaat. Perhatian dapat dicapai dengan memahami bagaimana pe mikiran orang. Akan sulit untuk memfokuskan perhatian karena pikiran kita cenderung berjalan acak.
2) Partisipasi
Mengetahui kapan dan bagaimana partisipasi merupakan hal penting. Partisipasi memberikan pengguna pengalaman berbeda saat menjadi produktif. Partisipasi dalam media sosial dibedakan menjadi dua yaitu netizen aktif dan netizen pasif. Netizen aktif merupakan pengguna media sosial yang ikut memberikan post di media sosial. sedangkan pengguna pasif merupakan pengguna media sosial yang hanya membaca lini masa media sosial tanpa memberikan posting-an.
3) Kolaborasi
Pengguna dapat mencapai lebih dengan bekerja sama dibandingkan dengan bekerja sendirian. Melalui kolaborasi, redudansi dapat dihilangkan dan pekerjaan dapat didistribusikan. Adanya kolaborasi memungkinkan masyarakat berbagi sumber daya dan membangun ide lain.
4) Kesadaran jaringan
Jaringan sosial saat ini diperluas dengan adanya teknologi. Saat ini masyarakat dapat menjadi anggota dari newsgroup, komunitas virtual, situs gossip, forum dan organisasi lainnya. Pemahaman mengenai sosial dan jaringan teknis.
5) Pemakaian secara kritis
Pemakaian secara kritis adalah evaluasi tentang apa dan siapa yang dapat dipercayai. Sebelum mempercayai, mengkomunikasikan, atau menggunakan apa yang ditulis oleh orang lain, ada baiknya melakukan identifikasi. Cek klaim yang terdapat dalam informasi tersebut, lihatlah latar belakang penulis, sumber daya dan keakuratannya.
Literasi media sosial merupakan suatu keterampilan yang diperlukan untuk tetap dapat melakukan aktifitas ber-media sosial dengan aman. Sebagai warganet yang baik, kita harus mampu menyaring dan memberikan informasi yang edukatif. 

Sesuai dengan istilah media sosial yang dikemukakan oleh (Taylor & Francis Online, 2014) bahwa media sosial memiliki akronim sebagi berikut:
1) Sharing views
2) Optimizing Knowledge
3) Collaborating on projects
4) Investigating new ideas
5) Advocacy for your service provision
6) Learning from others
7) Making new connections
8) Enhancing your practice
9) Debating the future
10) Inspirational support
11) An essensial tools for your information toolbox

Media sosial yang kental dengan kehidupan masyarakat saat ini, menunjukkan bahwa animo masyarakat terhadap kebutuhan informasi juga meningkat. Sebenarnya hal ini merupakan hal yang baik. Sayangnya, karena media sosial merupakan salah satu arena untuk menyebarkan informasi, maka ada banyak informasi yang simpang siur.
Membangun mental digital berarti membangun karakter para generasi bangsa menuju masa emas 2045 Generasi milenial dalam dunia digital akan terus menggelinding dan akan menjadi pemimpin bangsa di masa depan. Target Indonesia emas (2045) akan tercapai bila generasi milenial saat ini melek wawasan kebangsaan, dan menguasai literasi kebangsaan.

Sarat cerdas berliterasi digital adalah memiliki karakter kebangsaan yang perlu dijunjung  tinggi dan harus menjadi poin utama dalam berbagai aspek. Beberapa nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan diantaranya:
1) Nilai Kejujuran
2) Nilai Semangat
3) Nilai Kebersamaan atau Gotong royong
4) Nilai Kepedulian  atau solidaritas
5) Nilai Sopan santun
6) Nilai Persatuan dan Kesatuan
7) Nilai Kekeluargaan
8) Nilai Tanggungjawab

MATERI TAMBAHAN DARI TANYA JAWAB
A. Cara mengatasi kekurangan dalam teknologi tentu dengan ngulik belajar dan memahami aplikasi pada piranti digital. Saya juga bukan anak milenial yang hebat. Tapi saya sering berkelana di youtube untuk mencari pengetahuan.
B. Tak perlu merazia Hp siswa. Kita ikuti saja perkembangan mereka di fb dengan berteman di setiap medsosnya. Terkadang dengan di razia kita malah tak tau mereka membuat konten apa. Tetapi dengan kita melihat story mereka di sosmed kita tahu banyak tingkah mereka
C. Edukasi di pada media digital bisa kita lakukan dengan cara: contoh kecil kita membuat sebuah story di medsos ibu tentang refkeksi pembelajaran, bisa boleh ditambah dengan foto kegiatan mereka. Setelah itu kita tag mereka. Dengan begitu lama kelamaan mereka secara tak sadar sudah terjun dalam literasi media. Langkah kedua bisa diberikan tantangan kepada mereka untuk membuat story di sosmed terkait refleksi pbelajaran dan tag teman-temannya beserta akun kita.
D. Langkah yang perlu kita tempuh agar jejak digital kita terbaca adalah dengan sering melakukan post pada blog. Atau media lainnya. Apabila postingan kita ingin cepat terbaca, menulislah sesuatu yang sangat dicari oleh konsumen/pembaca. Contoh berita yang sangat viral. Media yang mendunia seperti wordpress apabila sering kita isi tulisan akan menyimpan nama kita sebagai penulis yang kontinue.
E. Tips dalam memulihkan digital fatigue adalah membatasi dalam bermedia sosial. Karena suatu faktor saja saya mengalami digital fatigue. Sebelumnya memang tak pernah.
F. Memang banyak anak yang membatasi sosmednya. Bahkan terkadang, dengan Story WA saja mereka privasi agar tidak dilihat oleh gurunya. Nah, cara agar bisa mengintip tingkah mereka adalah dengan akun temannya, yang memang kita lakukan pendekatan  dalam target literasi media. Jadi kita membuat sebuah komunitas di sekolah yang dari mereka kita berikan arahan untuk be aware dalam bermedia sosial. Dan dari komunitas ini lahir informasi-informasi yang yang memantik edukasi. Kita juga bisa menyarankan orangtua siswa agar berteman dengan anaknya di sosmed
G. Cara menggunakan medsos sebagai media membangkitkan literasi, kita bisa berliterasi dengan cara tag siswa kita. Anak yang kita tag di akun sosmed kita, akan merasa terawasi sehingga bertamggungjawab dalam bermedia sosial.
“Mulailah dari diri kita, yang memberi perubahan. Jika mereka tampak acuh, biarkan, semakin acuh mereka semakin penasaran.”
Semoga semua ilmu yang sudah di bagi, waktu yang sudah terganggu dan tenaga yang sudah terkuras ini menjadi kadang ibadah kita, tabungan energy positif kita semua. Amin.*

4 komentar: